#part 6

6K 470 0
                                    

"Shutt!" Lisa memperingati Jennie agar gadis itu tidak berbicara terlalu keras.

"Eh. Iya-iya." Jennie tersadar dengan suaranya. Kemudian ia melanjutkan membaca artikel itu dalam hati.

"Jennie, aku pengen tanya lagi, boleh?"

"Boleh. Silakan saja." Balas Jennie yang masih fokus menatap layar ponsel.

"Jadi, ada urusan apa Taehyung datang ke rumahmu? Dan dia siapanya kau? Sepertinya Seok-Jin Oppa dan Taehyung terlihat akrab." Tanya Lisa berjejer.

"Hm... Sebenarnya dia..." Jennie terdiam. Ragu untuk membalas ucapan Lisa.

"Dia siapa?" tanya Lisa penasaran sekaligus bingung dengan perubahan wajah Jennie.

Sebenarnya Jennie enggan untuk membalas, namun mau bagaimana lagi, Lisa terlihat sangat ingin tahu tentang pria itu.

"Taehyung adalah calon suamiku." Balas Jennie bernada pasrah.

Lisa langsung tersedak mendengar jawaban dari Jennie. Sangat di luar dugaannya. Ia kira Taehyung datang ke rumah Jennie karena urusan bisnis, ternyata bukan. "Su-suami?" ulang Lisa masih tidak percaya.

"Iya. Aku terpaksa menikah dengannya." Kemudian Jennie menghembuskan nafas panjang.

Wajah Lisa terlihat berubah, seperti menahan tawa yang tiba-tiba menggelitik. "Maksudmu, kau dijodohkan?"

Jennie hanya bisa mengangguk, lagi. Saat mengetahui wajah Lisa yang tengah menahan tawa, Jennie langsung menajamkan sorot matanya. "Apa?! Mau ngatain?" sentak Jennie membuat Lisa merubah raut wajahnya kembali.

"Siapa juga yang mau ngatain?" Lisa mencubit pipi kanan Jennie, namun Jennie secepat mungkin menyingkirkan tangan gadis itu.

"Hmmph!" Jennie memalingkan wajahnya dari Lisa, lalu kembali menatap layar ponsel untuk melanjutkan bacaannya yang sempat terhenti.

"Taehyung? Anak dari pengusaha terkenal? Kok bisa, ya, kenal sama Appa?" gumam Jennie lirih.

Tiba-tiba ponsel milik Lisa bergetar. Jennie melihat notifikasi diponsel itu, ternyata ada pesan yang baru saja masuk.

Lisa yang mengetahui itu langsung merebut ponselnya dari Jennie. Kemudian membuka pesan yang baru masuk itu dengan teliti.

"Ehm... Jennie. Kamu gak perlu, deh, nganterin aku." Ucap Lisa setelah membaca pesan itu kemudian tengah menbalasnya.

"Kok gak perlu? Terus... Yang nganterin kau siapa?"

Lisa menunjukkan chatannya dengan seseorang pada Jennie. "Rose, dia mau jemput aku di sini."

"Kok tiba-tiba dijemput?" Jennie cemberut memandangi Lisa yang asik dengan ponselnya. "Kan, kau bisa aku antar sekalian." Sambungnya.

"Kayaknya gak usah." Lisa menolak. "Lagipula di sini, kan, ada calon suami kau. Aku gak mau jadi pengganggu."

Pipi Jennie seketika memerah. Kenapa? Padahal gadis itu mengatakan hal yang sepele, tapi kenapa pipinya langsung memerah?

"Kenapa dengan pipimu itu?" Lisa menoleh sebentar pada raut wajah Jennie. Dan benar saja, sesuai dugaannya, pipi gadis itu tengah memerah.

"Apa!? Gak apa-apa. Mungkin karena make up." Sangkal Jennie memalingkan wajahnya sekilas.

Lisa hanya senyum-senyum mengerti. "Rose lagi di perjalanan mau ke sini, nih. Oh iya, koper milikku mana?" setelah tersadar tentang koper bawaannya, Lisa langsung mencari ke setiap sisi kamar Jennie.

"Oh iya! Kopermu ada di ruang tamu." Ingat Jennie sambil menepuk ringan keningnya sendiri. "Aku lupa membawanya kemari." Jennie hanya tersenyum-senyum menanggapi kebodohannya sendiri.

My Cold FianceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang