#part 3

7.4K 542 0
                                    

Pukul 07.00 pagi.

Jennie masih tertidur pulas diselimuti selimut tebal berwarna pink kesukaannya di atas kasur.
Jam alarm yang seharusnya sudah berdering kini lenyap gara- gara kemarin ia melemparkan bantal ke arah jam itu, sehingga jam itu jatuh dan alhasil jam itu rusak dan pecah. Kini entah apa yang bisa membuat Jennie terbangun dari tidurnya.

Drett...
Drett...

Ponsel Jennie tiba-tiba berdering dari bawah tubuh gadis itu, menandakan ada seseorang yang memanggilnya dan ingin agar Jennie segera menjawab.

Jennie mendecak kesal sebelum tangannya mulai meraba-raba untuk mengambil benda itu. "Mengganggu saja!" Jennie terbangun dengan mata yang masih sipit karena ia masih merasakan kantuk.

Hingga akhirnya, ia memegang ponsel itu.

"Hm... Siapa, sih?" Jennie mengucek kedua matanya, berusaha untuk menatap layar ponselnya itu dengan baik sambil mengumpulkan niat untuk bersender dikasurnya.

"Hah! Lisa?!" pekik Jennie ketika mengetahui siapa pemanggil itu, seketika rasa kantuk yang tersisa sudah hilang. Ia segera membalas panggilan dari Lisa.

Panggilan suara pun berlangsung.

"Good morning, Jennie." Sapa riang dari Lisa setelah mengetahui Jennie membalas panggilannya.

"Hm, too... Ada apa nih? Pagi-pagi bangunin orang yang lagi tidur." Jennie menyenderkan tubuhnya ke belakang —bersenderan pada kepala kasur.

"Baru bangun?" tebak Lisa mengoleksi suara Jennie yang seperti orang bangun tidur.

"Iya. Langsung ke intinya aja, ada apa?"

Lisa terdiam sekilas, "em... Aku ke Seoulnya hari ini, Jennie." Lisa sedikit ragu mengungkapkannya.

"Mwo? Hari ini?" Jennie langsung bangkit lalu duduk bersila di atas kasurnya.

"Nee.  Appa bilang tidak apa-apa, jadi aku memutuskan untuk pergi hari ini saja. Gimana?"

"Memangnya sekarang kau sedang ada di mana? Seoul?"

"Masih di Tokyo. Tapi aku sudah bersiap-siap untuk pergi ke Seoul."

"Aku jemput, ya."

"Ya iyalah, kan udah bilang sendiri. Nanti kali aku sudah sampai Seoul, kau harus udah ada di sana, ya. Jangan terlambat!" Suara Lisa terdengar memperingati Jennie.

"Arraseo arraseo. Aku akan segera mandi sekarang." Kaki Jennie turun dari kasur, lalu berjalan sempoyongan menuju kamar mandi.

"Ppali! Jangan terlambat. Pokoknya ketika aku sudah ada di stasiun, kau harus sudah ada. Nee?"

"Nee." Jennie terdiam didalam kamar mandi. Masih merasa enggan untuk membersihkan dirinya dengan air.

Dari seberang sana. Terdengar suara kereta yang semakin lama semakin keras.Jennie menebak kalo kereta itu adalah kereta yang sedang ditunggu oleh Lisa.

"Udah dulu, ya. Keretanya sudah datang. Aku harus bersiap-siap." Dilanjut dengan suara langkah kaki, sepertinya Lisa tengah berjalan mendekati kereta itu.

"Baiklah. Aku akan menjemputmu. Tenang saja."

"Nee. Sampai jumpa."

Panggilan suara itu terputus sepihak oleh Lisa, lagi.

Jennie keluar dari kamar mandi sebentar, ia melemparkan ponselnya di atas kasur lalu ia kembali memasuki kamar mandi dan mulai membersihkan dirinya dengan air dingin bercampur segar itu.

~♥M c F♥~

Jennie sudah mandi dan sudah berpakaian dengan sangat rapih. Ia memakai kemeja putih dengan rok hitam di atas lutut. Jennie berjalan menyusuri tangga untuk sampai ke lantai bawah, setelah berada dianak tangga terakhir, ia dihadang oleh seorang pria yang tengah memakan sebuah apel berwarna merah ditangan kanannya. Dia Kim Seok-Jin, selaku kakak prianya.

Seok-Jin menatap teliti Jennie dari ujung rambut sampai ujung kaki. Terlihat sangat cantik, itulah kata yang sesuai untuk keadaan Jennie saat ini.

"Sudah bangun? Mau kemana?" tanya pria itu memberikan gigitan pada permukaan buah apel yang tengah dipegangnya.

"Engg-- mau jemput Lisa." Jennie berjalan melewati Seokjin dari samping, sedangkan mata Seokjin sendiri menatap lekat tubuh gadis itu.

" Lisa?" Seok-Jin memasang wajah bingung. Padahal sebelumnya dia sudah kenal dengan Lisa, mungkin karena sudah lama tidak bertemu, jadinya dia sedikit lupa.

"Iya, Lalisa. Aku mau menjemputnya di stasiun." Wajah Jennie menoleh Seok-Jin.

"Oh iya, aku baru ingat." Seok-Jin hendak meninggalkan Jennie. Tapi sesaat ia teringat sesuatu. "Hei, bukankah Appa menyuruhmu untuk ke kantornya?" Seok-Jin menatap tajam manik mata Jennie. Ia akan memarahi gadis itu jika dia mengatakan kata lupa atau alasan lainnya.

"Iya, aku tahu. Tapi itu sore. Bukan sekarang." Balas Jennie.

"Jam?" Seokjin menggigit lagi buah apelnya lalu mengunyahnya dengan tatapan tajam yang masih memerhatikan Jennie.

"Sepertinya jam 3 sore."

"Oh... Arraseo." Seokjin berjalan menaiki anak tangga, meninggalkan adiknya yang memasang wajah datar.

"Punya Oppa kok merepotkan." Jennie bergegas keluar rumah dan berjalan menuju mobil hitamnya yang terparkir di halaman rumah.

Tangan Jennie menjangkau pegangan pintu mobil lalu membukanya. Jennie tidak membuang waktu lama lagi, ia segera memasuki mobil itu lalu menyalakan mesinnya.

Tidak lama kemudian, mobil hitam itu langsung berjalan meninggalkan halaman rumah.

"Oh iya. Kenapa Appa memanggilku, ya." Gumam Jennie yang terus menyetir mobil hingga ia sampai di tempat tujuan.

~bersambung~

Selesai revisi: 6 Juni 2021

My Cold FianceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang