#part 7

5.9K 529 12
                                    

Jennie menghentikan langkahnya ketika ia melihat seseorang yang tengah berjalan menuju sebuah taman kecil yang berada di sisi kiri rumahnya. Jennie mempercepat langkah kakinya untuk menghampiri orang itu.

"Eonnie!" teriak Jennie yang membuat wanita itu menoleh cepat. Setelah sampai di dekat wanita itu. Jennie melambatkan laju kakinya. "Apa yang sedang Eonnie lakukan di sini?"

Wanita itu tidak lain adalah Jisso. Jisso mengambil alat penyiram tanaman yang sudah berisikan air. "Menyiram bungaku, apa lagi? Apa kau mau bantu?" Jisso balik bertanya mengingatkan Jennie dengan Seok-Jin.

Kepala Jennie menggeleng pelan. "Aku bantu temani saja." Kakinya Jennie kembali melangkah mendekati ayunan yang cukup dua orang di taman kecil itu. Taman itu dipenuhi oleh banyak sekali aneka tumbuhan dan bunga-bunga yang Jisso sukai. Jadi tidak heran jika Jennie menghirum bau harum ketika baru saja duduk diayunan.

"Bukankah kau harus pergi ke kantor Appa?" Jisso bertanya sambil menyirami setiap tanaman dan bunga yang berada disekeliling Jennie.

Mata Jennie tidak lepas dari kegiatan yang dilakukan oleh wanita itu. "Iya. Tapi itu sore, bukan sekarang." Balas Jennie. Kedua kakinya mulai bergerak pelan untuk mengayunkan ayunan itu.

"Oh... Kukira sekarang. Dan iya. Aku ingin memberitahumu sesuatu." Jisso mendekatkan jaraknya pada Jennie, namun ia masih melakukan kegiatannya.

"Memberitahuku apa?"

"Soal Taehyung. Dia sedang di dalam kamarmu setelah berjalan-jalan sebentar ke taman belakang rumah." Jisso memutuskan untuk menaruh alat siram tanaman itu. Lalu ia duduk bareng di samping Jennie saat Jennie menghentikan ayunan dengan sengaja.

"Ke kamarku?!" pekik Jennie terkejut. Kenapa pria itu tidak meminta izin dulu dengannya? Bagaimanapun dia adalah pemilik kamar itu! Jennie fokus menatap Jisso. Namun sebaliknya, wanita itu sedang asik mengayunkan ayunan setelah Jennie berhenti. "Kenapa Eonnie tidak melarangnya! Itu adalah kamarku! Itu hakku! Seharusnya dia meminta izin terlebih dahulu." Gerutu Jennie kesal.

"Awalnya aku ingin mencegahnya. Tapi aku ingat kalo dia adalah calon suamimu. Jadi aku membiarkannya saja. Tidak masalah, bukan?"

"Tentu saja masalah!" sungut Jennie. "Aku saja belum mengetahui kamarnya dan rumahnya. Tapi dia sudah mengetahui semua tentang diriku. Bukankah itu tidak adil?!" sambung Jennie seperti meminta pendapat dari Jisso mengenai pemikirannya.

Jisso hanya membuang nafas lirih. Ia kembali mengayunkan ayunannya dengan santai. "Jika kau mau, kau bisa memintanya pada Taehyung. Mungkin dia akan mengabulkannya."

"Ani ani! Aku tidak ingin mengetahui kamarnya ataupun letak rumahnya."

"Lalu? Kau ingin apa? Kalo begitu, biarkan saja Taehyung masuk ke dalam kamarmu. Kalo kau keberatan, kau tinggal bilang kalo kau juga ingin mengetahui kamar dan rumahnya." Kata Jisso, Jennie sebentar mencerna ucapannya lalu berusaha untuk dimengerti.

"Bukan begitu, Eonnie. Aku hanya tidak suka kalo dia masuk ke dalam kamarku tanpa meminta izin dahulu. Bukankah itu terlalu tidak sopan." Jennie membuang pandangannya pada tanaman yang akan diajaknya bicara dalam hati. "Aku meragukan kalo dia adalah anak dari seorang direktur." Gumam Jennie tidak tersampaikan.

"Ya, kau tidak salah. Namun lama-kelamaan kau juga akan terbiasa." Lirih Jisso. "Terima saja. Mungkin itu sudah menjadi kebiasaannya." Lanjut wanita itu.

My Cold FianceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang