| My New Brothers |
SAKURA POV
Aku berjalan menuju ruang makan dengan semangat membara seperti biasanya. Sudah seminggu aku tinggal bersama mereka para saudara baruku, dan dalam seminggu ini pun aku mulai terbiasa dan beradaptasi dengan baik di lingkungan baru ini.
"Ohayou Sakura!"sapaan girang yang berasal dari Naruto membuat ku tersenyum manis dan membalas sapaan nya, begitu pun dengan yang lain nya, mereka mengikuti Naruto yang menyapaku dengan tulus.
kecuali Pein dan hm.... si panda merah itu. Jika Pein memang sudah biasa dan aku pun mengerti. Tapi Gaara, Dia tak menyapaku sama sekali pagi ini. Tidak. Sebenarnya ia tak berbicara apapun padaku dalam seminggu ini, dan ia selalu menghindar jika aku akan mengajak nya bicara duluan. Apa dia harus marah sampai selama ini hanya gara gara aku menghina bau mulutnya?
Ayolah! Bahkan si ino piggie pun tak marah jika kusebut dia mirip babi, tapi kurasa oh! Mereka orang yang berbeda. Gaara lebih diam dan dingin daripada Ino yang sangat periang.
"Ohayou Gaara."ujarku sembari sengaja memilih kursi yang berada didekatnya.
Dia tampak diam kemudian bergeser agar tak terlalu dekat denganku.
Oh ya ampun! Apa dia pikir aku membawa virus berbahaya sampai harus menjauhiku seperti itu?
"Apa kalian baik baik saja?"tiba tiba Nagato melihat kearah kami dan menyadari penghindaran Gaara tadi. Tidak, aku bahkan yakin jika dia menyadari nya selama seminggu ini, mungkin?
"Kami baik-baik saja"ujarku sembari menganggukan kepala, tak lupa senyum lima jari agar mereka terpesona.
"Bukankah sepertinya akhir akhir ini Gaara yang berubah jadi sinting?"celetuk Sasori sembari tersenyum mengejek pada Gaara.
Gaara tampak menunduk dalam dalam sembari memotong daging nya, tapi tangan nya sudah mengepal kuat. Kurasa Sasori mencari masalah pada Gaara yang tak mau diusik.
"Gaara jadi sinting?"tanyaku tak mengerti.
"Yah begitu, minggu lalu dia-"'Ssng'
'Crack'Ucapan Sasori terpotong dengan pisau yang dilempar, suasana yang awalnya hangat langsung menjadi tegang karena Sasori hampir meninggal dunia. Lihatlah! Bahkan pisau nya tertancap tepat di dinding.
Sasori tampak menatap Gaara tak percaya. Sedetik saja ia lengah, Ia pasti akan langsung kehilangan nyawanya!
"Gaara-"
"Kurasa kita akan terlambat jika kalian berdebat."Ucapan Sasuke yang memotong suasana tegang itu menjadi sorotanku, dengan tatapan tak percaya aku menatapnya namun dia hanya menatapku kembali dengan matanya yang seolah olah mengatakan :
'Aku tak mau terlambat dan dihukum'
Itulah yang tergambar diwajahnya.
"Baiklah, cepat habiskan sarapan kalian." ujar akhir Itachi. Ucapan nya mengakhiri ketegangan itu.
oOo
"1,2,3,4,5,6,7,8,22,34,56,78!"Suara hitungan pemanasan dari ketua kelas terdengar sampai ke ujung lapangan.
Sekarang kami tengah menjalani pelajaran olahraga.Meskipun begitu setengah perhatian ku teralihkan pada lantai 3 yang merupakan tempat Gaara berada. Pikiran ku masih terganggu karena dia benar benar menghindariku dengan alasan sepele itu. Kupikir aku harus segera berkata jujur padanya bahwa ia telah dibohongi olehku.