Segitiga Cinta (part 14)

63 30 3
                                    

Assalamualaikum, hai yuk lanjut baca ceritanya. Vote dulu dong klik sekarang klik⭐ Sipp
#EnjoyToReading:)

"Haalo.."
"....."
"Iyah betul...."
"....."
"Apa!!!"
"....."
***

"Halo.."
"Apakah ini dengan keluarga ibu Surtinah.?"
"Iyah betul, ada apa yah.?"
"Kami ingin mengabarkan, bahwa ibu Surtinah meninggal dunia di Malaysia dikarenakan beliau mengidap penyakit kangker otak."
"Apa. Innalillahiwainnalillahi roji'un!!!"

Praakkk!!!. Alfi menjatuhkan gelas yang ada ditangannya.

"Untuk itu pihak rumah sakit akan membawa jenazah ke kediaman beliau."

Ayah Alfi terkejut sekali, karena mendapati Alfi yang tengah menteskan airmatanya perlahan-lahan dan kepingan pecahan gelas yang sudah berserakan. Ayahnya pun langsung mengampiri Alfi dan bertanya.

"Nak ada apa ini, kenapa nak.?" Ucap Pak Ahmad dengan nada cemas.
"Ibu...yah..ibu. Hiks...hiks." Alfi berusaha menjelaskan namun terhalang dengan isakan tangisnya yang kian semakin pecah.
Alfi pun langsung memeluk pak Ahmad.

"Ibu...kenapa nak ibu kenapa.?" Pak Ahmad kembali bertanya.
"Ibu...meninggal yah....hikss...hiksss."
"Innalillahi wainnalillahiroji'un. Enggak gak gak mungkin." Pak Ahmad melepaskan pelukan Alfi dan menatap Alfi dengan mata berkaca-kaca.

"Pa-a-asti itu salah, kamu dapat info dari s-s-siapa.?" Jawab Pak Ahmad dengan terbata-bata.
"Pi-i-hak rumah sakit y-a-ang menghubungi yah."

Ayahnya Alfi langsung jatuh pingsan dihadapannya. Kemudian dia memapah Ayahnya untuk duduk dan bersandar di kursi.
***
Beberapa jam kemudian, sekitar pukul 10:00 pagi WIB. Jenazah Bu Surtinah, ibu Alfi sampai dikediamannya. Disertai gerimis yang masih setia menyertai kesedihan yang tengah Alfi, sanak saudara, dan tetangganya alami.

Kepergian Ibunda tercintanya membuat Alfi sangat terpukul begitupun dengan Ayahnya yang setia mendampingi disebelah jenazah istri tercintanya. Kini hanyak jazat yang pulang bukan jiwa raga ibunya yang utuh hidup.

"Cepat sekali kau meninggalkan aku dan anakmu. Hiks...hiks..hikss." Isak tangis pun pecah kala pak Ahmad memeluk istri tercintanya untuk yang terakhir kalinya sebelum dimakamkan.

Terlihat teman-teman beserta guru-guru sekolah Alfi datang untuk melayat. Pia menghampiri Alfi yang masih menangis di hadapan jenazah ibunya.
"Alfi...sudah jangan tangisi kepergian ibumu. Doakan saja semoga ibumu tenang disana yah." Ucap Pia sembari mengusap-usap pundak Alfi.

Kemudian sekitar pukul 11:00 WIB jenazah ibu Surtinah dimakamkan di TPU terdekat tempat tinggal Alfi. Semua rombongan pelayat mengikuti proses pemakaman tersebut.

Tangisan demi tangisan bercucuran kala jenazah ibu Surtinah dimasukan kedalam liang kubur. Alfi semakin tidak bisa membendung tangisannya begitipun Ayahnya yang berada disampingnya.
Terlihat pakaian serba putih bersih memenuhi sekitar pemakaman ibu Surtinah.

Kini Alfi terlihat tengah menaburi bunga-bunga diatas kuburan ibunda tercinta disertai tangisan demi tangisan. Ayahnya terlihat pucat namun dengan tabahnya beliau menaburi bunga diatas tanah kuburan istri tercintanya dengan penuh duka.

"Alfi, lo yang sabar yah." Ucap Alfin yang ada disampingnya. Semua teman dekat Alfi juga ikut datang melayat meninggalnya ibunda tercinta Alfi.

"Do'akan saja, semoga ibu lo diterima amal ibadahnya." Kemudian Ali ikut berempati dan nampak wajahnya yang ikut bersedih. Semuanya pasti bersedih setelah ditinggal ibunda tercinta Alfi.

Bagaimana tidak, ibu Surtinah yang terkenal pekerja keras, suka menolong, dan sangat sayang sekali dengan keluarganya kini harus pergi untuk selama-lamanya.

Satu persatu para pelayat meninggalkan pusara pemakaman ibu Surtinah. Kini hanya ada, Alfi, ayahnya, Ali, Alfin, kedua orang tua Alfin, dan Pia.

"Ibu...kenapa ibu tinggalin Alfi. Hikss...hiks...hikss." Terlihat Alfi memeluk papan nisan yang bercat putih yang terbuat dari kayu dengan eratnya. Dia masih belum bisa mengikhlaskan kepergian ibunda tercintanya.

"Ayo al, kita pulang yah..." Ucap Pia dengan nada lembutnya mengajak Alfi untuk segera pulang kerumah.

Dengan langkah yang begitu berat, perlahan Alfi menjauh dari pemakaman ibunya diikuti ayah beserta teman-temannya.

Malam pertama sepeninggalan ibunda tercinta Alfi, sanak saudara dan tetangga berdatangan kerumah Alfi untuk membacakan surat Yasin dan mendo'akan supaya ibunda tercinta Alfi tenang disana dan diampuni dosanya.

Kepergian ibunya ini akan selama-lamanya dan tak akan bertemu kembali. Kasih sayang seorang ibu kini sudah tak dapat dirasakan oleh Alfi.

Terlebih hari ini setelah satu minggu ditinggal oleh ibunya, ada UNBK untuk menentukan kelulusan para siswa kelas 12. Kini Alfi masih terlihat pucat dan lemas. Namun demi kelulusan dia tetap berangkat ujian.

Pia yang melihat Alfi tengah melamun dan memegang buku yang ada ditangannya dan pandangan dengan tatapan kosong.
"Alfi..." Ucap Pia lirih sembari memegang pundak Alfi. Kemudan Alfi tersadar dari lamunannya itu.

"Pia..." Jawab Alfi dengan tersenyum palsu terlihat jelas diwajahnya bahwa kesedihan masih nampak membekas butiran air mata yang masih menetes membasahi pipi Alfi, lalu Pia merasa iba dan mencoba menghapus air mata Alfi dan menyemangati dia supaya dia bisa mengikhlaskan kepergian ibunya.

"Loohh, lo nangsi fi? Udah yah udah jangan nangis guwe tahu kok pasti lo belum sepenuhnya ikhlas dengan kepergian ibu lo."

"Ehheh, enggak kok tuh aku senyum kan." Alfi memalingkan wajah sedihnya dari hadapan Pia.

"Jangan bohong fi, sudah yah kalo lo sayang sama ibu lo, lo harusnya bisa mengikhlaskan kepergian ibu lo. Lo pasti kuat, lo pasti bisa, yakin itu." Usaha Pia untuk membuat Alfi tersenyum akhirnya sedikit berhasil. Kini dia mengajak Alfi untuk belajar sebentar sebelun UNBK dimulai.

Terlihat Alfin dengan Ali yang berjalan bersama menghampiri Alfi yang berada didepan ruangan kelas.
"Hai guys..." Sapa Ali dengan raut wajah ceria.
Kemudian Alfin menatapan Alfi dengan penuh kecemasan. "Alfi, kok mata lo bengkak gini sih. Pasti ini karena kepergian ibu lo yah? Hmmm fi udah yah ikhlasin kepergian ibu lo."

Ali pun dengan sigap duduk disamping Alfi. "Ya ampun fi, udah dong jangan nangis kan masih ada kita-kita, sahabat lo yang selalu ada buat lo." Ali pun menyengir.
Alfi membalas dengan nada sedikit serak dan berusaha tersenyu. "Terimakasih yah, kalian udah mau jadi sahabat guwe dan kalian selalu ada buat guwe. Makasih yah."

"Santuy fi, hahah namanya sahabat harus selalu bersama dalam suka maupun duka."
Ucap Alfin sembari menata rambut hitamnya itu.

Hadeh bang Alfin nambah ganteng kalo lagi pose kayak gituh. Hahah.

Akhirnya sedikit demi sedikit senyuman Alfi kembali seperti semula. Disaat belajar mereka semua saling canda tawa. Berusaha menghibur Alfi supaya tersenyum kembali.
***
Alhamdulillah guys, akhirnya bisa update bab 14 nya jangan lupa vote and comment, and follow my akun @septiani5635
So, see you next time guys:)
#SalamSegitigaCintaPart14
#Byebye;)

Segitiga Cinta [Finish]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang