Beby tersentak mendengar suara Viny yang tiba-tiba meninggi. Ia mengelus dadanya, menoleh ke arah Viny yang sudah memerah wajahnya.
"Tenang, Vin, tenang."
Viny melempar kertas yang ada di depannya. "Males gue bahas ginian."
"Vin..."
"Gue udah capek, Beb. Beneran capek, gue udah coba lupain, tapi tetep aja, sakit rasanya. Gue udah berikan semuanya ke dia, tapi apa?"
Beby terdiam, ia dapat melihat kedua mata Viny berkaca-kaca, menahan tangis. Tiba-tiba Viny tertawa kecil sambil mengusap ujung matanya,
"Seandainya gue tau sejak awal, gue ga akan ngerasa sesakit ini. Lucu ya, Beb...."
Viny mendongakkan kepalanya, "Gue bisa liat dia, bisa sentuh dia, bisa milikin tubuhnya, bisa liat senyumnya khusus buat gue, gue punya semuanya dari dia, tapi ada satu yang gak gue punya dari dia."
Viny mengangkat jari telunjuknya, "Gue gak milikin hatinya, sama sekali enggak. Dan bodohnya gue tetep percaya kalo dia punya rasa yang sama."
Tangan Viny mengusap wajahnya kasar, menghapus jejak air mata di pipinya. Ia berdiri, memunguti kertas yang ia lemparkan tadi, lalu ia berikan kepada Beby. "Titip buat kak Putri, gue cabut dulu."
"Vin," panggil Beby namun tidak dihiraukan Viny, ia terus berjalan keluar dari ruangan tersebut.
Kepala Shani tertunduk, tubuhnya bersandar ke dinding, lalu merosot ke bawah, ia memeluk tubuhnya. Ini karma yang ia terima akibat perbuatannya tempo dulu.
Putri menoleh, ia bingung berada di posisi ini. Ia berdehem kecil, lalu berjalan menghampiri Beby.
"Hei, Beb." panggilnya, Beby yang menunduk langsung menoleh dan melihat Putri berjalan ke arahnya. "Udah lama? Sorry ya, biasa ada urusan."
Beby mengangguk, ia memberikan kertas dari Viny tersebut kepada Putri. "Dari Viny."
Putri menerima kertas itu, membaca sekilas lalu mengangguk, ia duduk di samping Beby, kursi yang tadi di duduki Viny. Mereka berdua menoleh saat ada seseorang yang berlari di belakang mereka.
"Shani," gumam Beby.
Shani terus berlari keluar dari ruang tersebut, hendak menghampiri Viny dan menjelaskan semuanya.
"Kak Viny..." ucapnya sambil membuka pintu.
"Kak Viny!!" teriaknya, semua orang yang di backstage menoleh ke arahnya, termasuk Viny yang langsung membalikkan badan.
Show 2 malam ini adalah tim J, sudah ada banyak member yang datang, karena show akan dimulai sebentar lagi.
"Iya, kenapa Shan?"
Selalu saja begini, pikir Shani. Viny selalu memperlihatkan jika tidak ada masalah antara mereka di depan member lain. Orang lain akan mengira jika hubungan mereka baik-baik saja, padahal saat mereka tidak sengaja berpapasan, Viny akan membuang muka.
Tubuh Shani berhenti, ia menatap Viny, tidak tau apa yang akan ia ucapkan pada Viny. Beberapa member yang melihat ke arahnya kembali fokus dengan aktivitas masing-masing.
"Kalo gak ada apa-apa, aku mau pulang." Viny mengambil tasnya dan bersiap melangkah pergi.
Shani memainkan ujung bajunya, kalau ia bicara sekarang, semua orang akan tahu yang sebenarnya. Tapi kalau ia terus diam, akan selamanya seperti ini. Ia menundukkan kepalanya, menarik napas dalam.
Shani membungkukkan badannya. "Kak Viny, aku minta maaf. Aku ngaku, aku salah." Teriaknya hingga semua orang menoleh ke arahnya dengan tatapan bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pulse
Romance"Aku gak pernah bisa nolak permintaanmu," cerita fanfict Vivi dan Chika. Ada Amel dan Ariel. Ara dan Fiony. Random, mau request siapa boleh Selagi ada bahan, kenapa tidak dieksekusi sekalian?