16. Anak

1.6K 146 5
                                    

"Badrun, Chika!" Teriak Ariel.

Chika dan Vivi yang sedang berjalan bersama menuju tempat latihan langsung berbalik. Ariel dan Amel berjalan menghampiri mereka. Dilihat dari ekspresi Ariel, Vivi tau jika mereka sudah berbaikan. Ariel terlihat lebih bahagia daripada kemarin-kemarin.

"Mau latihan?" tanya Amel.

"Bukan, disuruh kak Beby buat nguras kolam." jawab Vivi dengan cepat. Chika menyubit lengan Vivi. "Latihan kak." jawab Chika kepada Amel.

Ariel tertawa melihat Chika yang melotot ke arah Vivi. Lalu ia seakan tersadar oleh sesuatu, "Semalem lo pulang jam berapa?"

"Oh, gue pulang jam set-" ucapan Vivi menggantung.

"-bukannya semalem abis theater langsung pulang ya?"

Vivi bersusah payah menelan ludahnya, Ariel tersenyum tengil seakan berkata, nah lho nah lho ketahuan.

"I-iya, langsung pulang lah." gugup Vivi. Chika mengerutkan keningnya, "Kok bisa ketemu kak Ariel? Kan semalem tim J nggak perform."

Vivi menggaruk kepalanya yang tidak gatal, ia bingung harus berkata apa lagi. Tidak mungkin ia bilang jika ia berkeluyuran malam-malam, padahal ia sudah memberi pesan kepada Chika jika ia sudah sampai rumah. Ia selalu sial jika bertemu Ariel.

Amel menarik baju Ariel, memintanya untuk tidak menjaili Vivi yang sudah terpojok. Ariel terus tersenyum tengil, menunggu alasan apa yang akan kembali dibuat oleh Vivi.

"Trus semalem pulang jam berapa?"

Vivi menggelengkan kepalanya, "A-aku ketemu Ariel di fx."

Mata Chika memicing, Vivi harus melarikan diri sebelum Chika tambah ragu dengan jawabannnya. Ia tiba-tiba menarik tangan Ariel. "Aku ada urusan sama Ariel, pergi dulu ya."

Vivi menyium pipi kiri Chika sekilas lalu berlari sambil menarik tangan Ariel. "Amel, gue pinjem Ariel bentar."

"Urusan apa?" teriak Chika.

"Bayar utang Aqua!" jawab Vivi yang juga berteriak. Ia merubah posisinya dari menarik tangan Ariel menjadi merangkul Ariel.

"Mulut lo emang gak bisa dikontrol ya." ucap Vivi sambil menghimpit kepala Ariel. Tangan Ariel memukul lengan Vivi untuk melepaskan rangkulannya.

Akhirnya Vivi melepaskan rangkulannya, ia membuka pintu lalu masuk terlebih dahulu. Wajah dan telinga Ariel memerah karena rangkulan Vivi yang sangat kuat.

"Lagian jatahnya pulang malah keluyuran." cibir Ariel, ia mengusap telinganya yang terasa panas.

Vivi duduk bersandar di tepi ruangan, Ariel ikut duduk di sampingnya sambil menata rambutnya yang acak-acakan akibat Vivi.

"Bodo." ketus Vivi.

"Kenapa sih lo gak jujur aja sama Chika?"

Vivi menoleh cepat, "Lo pengen Chika marahin gue, diemin gue berhari-hari, dan ngancem putus, sama kaya yang dulu?"

"Ya enggak sih, tapi lebih baik buat jujur." mata Vivi memicing, jika Ariel sudah begini pasti ada sesuatu terjadi pada Ariel.

"Lo semalem nangis-nangis trus sekarang lo cengengesan sambil nasehatin gue. Kalian udah baikan?"

Ariel hanya tersenyum-senyum sambil mengangguk kecil, mengingat kejadian semalam. Vivi bergidik ngeri melihat Ariel senyum-senyum sendiri. Lalu Ariel membisikkan sesuatu ke telinga Vivi.

Setelah itu Vivi mendorong tubuh Ariel dengan cukup kuat, lalu berteriak. "Jauh-jauh lo dari gue!!"

Ariel langsung menutup mulut Vivi, dan ternsenyum kepada orang-orang yang melihat ke arahnya atau terkejut karena teriakan Vivi. "Tuh mulut gak bisa direm apa gimana?"

PulseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang