"Kak Beby," Beby menoleh saat namanya dipanggil, Chika berdiri di depannya. Lalu ia menoleh ke sekeliling, masih sepi, pikirnya.
"Latihannya masih lama, kok udah dateng?"
Memang masih 2 jam lagi sebelum latihan dimulai, dan Chika biasanya datang 30 menit sebelum latihan. Tumben-tumbenan, batinnya.
"Kak, aku boleh berenang gak? Besok ada ujian berenang, jadi aku mau latihan." Beby mengerutkan keningnya, melirik jam dinding di sampingnya. Masih pukul 7 malam, "Yakin? Udah malem lho."
"Gapapa kak, sebentar doang kok."
Beby mengangguk, "Janji jangan lama-lama."
Chika tersenyum, "Makasih kak." ia kemudian pergi dari hadapan Beby, menuju tepi ruangan, menaruh barang-barangnya dan melepas sepatunya.
Ia berjalan pelan menuju kolam, menghela napas panjang, simulasi tadi pagi tidak berjalan dengan lancar. Pikirannya dipenuhi oleh Vivi, pacarnya, alhasil ia tidak mengerjakan dengan maksimal.
Kakinya ia celupkan ke kolam terlebih dahulu untuk mengecek suhu air dan menyamakan suhu tubuhnya. Kemudian ia mulai melompat ke dalam kolam. Sebenarnya tak ada ujian berenang di sekolahnya, entahlah, ia hanya ingin berenang saat itu juga.
Ada banyak pertanyaan di dalam benaknya, pun keraguan dan ketakutan. Seperti tak ada ujungnya. Ia berusaha mempercayai Vivi, tapi entahlah, sulit rasanya.
Salahnya sendiri jarang berfoto dengan Vivi saat sedang jalan berdua. Ia sendiri yang meminta agar tidak mengabadikan momen. Dan sekarang ia sedikit menyesal, karena ponsel Vivi lebih banyak foto dengan Mira daripada dengannya.
Karena terlalu fokus, ia lupa untuk melakukan pemanasan sebelum berenang. Ia berenang ke tepi saat merasakan kram di kaki kirinya. Ia meringis sambil memijat kakinya menggunakan tangan kirinya.
Dirasa enakan, ia kembali berenang, ia baru berenang mengelilingi tepi kolam sebanyak 2 kali. Padahal biasanya ia sampai 5 kali, kurang afdol jika hanya 2 kali putaran.
Saat sudah menempuh setengah putaran, kakinya kembali kram, ia tidak beruntung karena berada di tengah kolam. Kakinya tidak bisa digerakkan, benar-benar kaku.
Tubuhnya meringkuk memegangi kaki kirinya, seluruh tubuhnya sudah masuk ke dalam kolam. Ia, tenggelam. Mungkin lebih baik, daripada menghadapi kenyataan bahwa Vivi memang tidak mencintainya. Bernapas rasanya sangat sakit kali ini.
Beby melemparkan ponselnya ke lantai saat mendengar bunyi kecipak-kecipak dari kolam. Ia langsung berlari dan berhenti melihat Chika tidak muncul ke permukaan.
"Sialan, nyusahin gue mulu!!" umpatnya kemudian melompat ke dalam kolam. Ia menggerutu di dalam air karena lupa melepas sepatunya.
"Shit, sepatu gue!!" batinnya.
Ia mengangkat tubuh Chika yang hampir menyentuh permukaan, padahal jika seseorang tenggelam, maka tubuhnya akan naik ke permukaan, tapi ini tidak, malah semakin turun ke dasar.
Beby berniat menguras kolam renang besok, supaya tidak ada yang sok-sokan berenang seperti ini. Ia bersusah payah mengangkat tubuh Chika keluar dari kolam.
"Chik, woy, Chika." ia menepuk pelan pipi Chika. Ia mendekatkan telinga di mulut Chika, ia tak merasakan deru napas yang keluar baik dari mulut ataupun dari hidung Chika.
Ia meraih tangan Chika dan mengecek denyut nadi di pergelangan tangan, masih terasa, tapi lemah, batinnya. Ia menggoyangkan pundak Chika dengan kuat. "Chika, ga lucu kalo mati disini!"
"Sialan, apa gak ada orang selain gue disini?!" teriaknya. Ia mengacak rambutnya, frustasi.
"Chik, bangun!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pulse
Romance"Aku gak pernah bisa nolak permintaanmu," cerita fanfict Vivi dan Chika. Ada Amel dan Ariel. Ara dan Fiony. Random, mau request siapa boleh Selagi ada bahan, kenapa tidak dieksekusi sekalian?