8. Setia

1.8K 145 8
                                    

"Kenapa lagi? Udah 5 menit gue disini dan elo gak ngomong apa-apa." tukas Mira kepada Vivi. Mereka sedang berada di ruangan rapat, Mira duduk di depan Vivi yang masih terdiam.

Mira mendorong kursinya ke belakang berniat untuk keluar namun suara yang lolos dari bibir Vivi menahannya untuk tetap disana.

"Gue ga nyangka lo bisa suka sama gue. Gue ga bisa nyalahin elo atau perasaan lo itu. Baik gue maupun elo sama-sama tahu kalo cinta itu sebuah karunia dari Tuhan. Bahagia itu bonus, kecewa, marah, sedih, cemburu, terluka, itu konsekuensinya." Vivi menatap lampu yang berada di tengah-tengah ruangan. Setelah latihan selesai awal karena kepalanya tak sengaja disenggol oleh Freya, ia mengajak Mira untuk menyelesaikan apa yang harus diselesaikan.

Mira menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi, "Karena Tuhan menciptakan rasa bahagia senang gembira suka cita, bersamaan dengan rasa sedih kecewa marah cemburu terluka. Kita gak bisa milih buat bertahan di salah satu rasa, kita harus hidup bersama semua rasa."

Vivi menoleh, "Apa alesan lo masih suka gue setelah lo tau gue pacaran sama Chika?"

Mira terdiam sejenak lalu menggelengkan kepala, "Apakah rasa perlu alasan? Gue ga tau, yang jelas lo orang pertama kali yang bisa bikin gue ngerasain semua rasa itu bersamaan."

Ada banyak cara Tuhan menghadirkan cinta
Mungkin engkau adalah salah satunya
Namun engkau datang disaat yang tidak tepat
Cintaku tlah dimiliki

Suara nyanyian Vivi membuatnya menoleh, ya dia menyukai seseorang yang sudah punya pacar, yang hatinya sudah dimiliki oleh orang lain.

Maafkanlah diriku tak bisa bersamamu
Walau besar dan tulusnya rasa cintamu
Tak mungkin membagi cinta tulusku
Dan aku memilih setia

"Tanpa gue kasih tau pun lo harusnya udah tau," Mira mengangguk, "Gue orangnya emang bosenan, tapi kalo masalah hati, sorry Mir, gue setia."

***

"Kak Chika, mau gak?" Kristi mengangkat tangannya yang membawa wadah berisi mangga yang sudah terpotong-potong di depan wajah Chika.

"Wah, bikin sendiri apa beli?" Kristi menusuk mangga dengan garpu lalu memasukkan ke dalam mulutnya. "Dibuatin mamah, biar kristi cepet gede."

Chika tertawa kecil, lalu menggeleng, "Kristi abisin aja, kak Chika udah gede, kalo makan mangga nanti tambah gede kayak ci Desy."

"Oh iya bener juga," Kristi menarik kembali wadah itu lalu duduk disamping Chika. "Buat Kristi semua aja."

Kristi menoleh ke samping, mencuri pandang di layar ponsel Chika. "Kak Chika kangen kak Vivi, ya."

Sontak Chika menyimpan ponselnya, lalu tersenyum kecut, menyembunyikan kebenaran jika ia memang merindukan Vivi. Sudah seminggu lebih Vivi tidak mengabarinya, ia hanya mengecek keadaan Vivi lewat akun twitter.

"Aku lebih kangen sama Kristi," ucap Chika sambil memeluk, Kristi membalas pelukan Chika. "Kristi juga kangen kak Chika."

"Em, kak Chika," Chika melepaskan pelukan, memusatkan perhatian kepada Kristi. "Aku udah lama gak liat kak Chika bareng kak Vivi, kenapa?"

Chika terdiam, mencoba untuk tersenyum. "Kan aku sama Vivi udah beda tim, udah jarang ketemu juga."

"Aku kangen kak Vivi kayaknya." lirih Kristi. Chika hanya tersenyum tipis.

"Kristi kristi, muthe mau mangga." ucap Muthe langsung jongkok di depan Kristi.

Kristi menoleh, menyerahkan wadah berisi mangga kepada Muthe. Lalu mereka berjalan meninggalkan Chika. "Boleh, biar bisa gede bareng-bareng."

PulseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang