"Iya, aku minta maaf. Janji gak kayak gitu lagi. Kamu jangan pulang, ya. Bentar lagi latihan selesai kok." Rayu Vivi kepada Chika yang terus berkata ingin pulang sejak ia menyiumnya dengan tiba-tiba.
"Ah, males, ntar kayak gitu lagi. Kan aku malu. Emang kamu yang urat malunya udah putus sejak lahir." Chika masih bersikukuh untuk pulang saat itu juga. Ia juga sudah mengepak barang-barangnya.
Vivi masih menahan tangannya sambil bergelayut di lengannya. "Enggak, Chika sayang. Ntar kita jalan-jalan deh."
"Gak mau, aku mau pulang sekarang."
"Aku beliin es krim?"
"Gak."
"Aku bikinin diagonal kopi?"
"Gak."
"Aku beliin gulali?"
"Oke, aku tunggu disini."
Vivi menghela napas lega. Kalau memang gulali bisa meruntuhkan amarah Chika, sudah tentu sejak dulu ia memborong gulali beserta abang-abangnya.
"Kenapa sih suka banget sama gulali? Kan manis banget. Ntar kamu diabetes lho." tanya Vivi sambil menyenderkan kepalanya di pundak Chika.
"Gak tau, dulu pas bad mood aku beli itu langsung moodnya bagus. Waktu kita lagi berantem, aku sering keluar sendiri buat nyari gulali."
Vivi terdiam, "Em, Chik," panggilnya, ia sedikit mendongakkan kepalanya agar bisa melihat wajah kekasihnya. "Jangan bahas itu lagi ya, aku takut kita bakal berantem lagi."
Tangan Chika terangkat dan mengusap lembut pipi Vivi, "Iya kak Vivi."
Vivi menegakkan tubuhnya, "Aku latihan dulu ya." ia langsung berdiri ketika mendengar aba-aba untuk melanjutkan latihannya.
Hari sudah terlalu larut, sebenarnya Vivi meminta agar mereka membeli gulali lain hari saja, ketika waktu tidak terlalu larut. Toh, masih ada hari esok. Tapi Chika tidak mau, ia tetap ngotot ingin membeli gulali saat itu juga, atau Chika akan mendiamkannya selama beberapa hari.
"Abis beli gulali kita langsung pulang ya. Aku takut kamu pulang kemaleman, ntar dimarahin sama mamah kamu."
"Iya-iya." ucap Chika sambil memainkan jemari tangan kanan Vivi yang berada di genggamannya. Mereka masuk ke pasar malam yang kemarin mereka datangi.
Sebenarnya mereka sering datang kesini hanya untuk membeli gulali, dan melihat suasana malam hari.
"Ntar aku sewa abang gulalinya biar bisa bikin gulali tanpa harus datang kesini."
"Ah yang bener?" ucap Chika sambil memakan gulalinya, ia tidak pernah menjilat gulalinya, ia selalu menggigit dan mengunyahnya. Lebih terasa katanya.
Vivi mengangguk, "Iya, biar kamu ga perlu repot kesini kalo lagi pengen."
Chika menunjuk salah satu bangku, "Duduk yuk."
Vivi menarik tangan Chika menghentikan langkahnya. "Kan harus pulang, udah malem banget ini. Besok kamu kan sekolah."
"Sekali-kali jalan sama kamu masa ga boleh."
"Kan besok masih ada waktu."
"Bilang aja ga mau."
Vivi merubah raut wajahnya lalu tersenyum, tangannya menyupit pelan pipi Chika. "Iya, boleh, yuk duduk disana."
"Makasih kak Vivi."
Mereka duduk berdampingan sambil melihat lalu lalang orang di depan mereka. Ada yang bersama pacarnya, temannya, keluarganya, atau bahkan selingkuhannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pulse
Romance"Aku gak pernah bisa nolak permintaanmu," cerita fanfict Vivi dan Chika. Ada Amel dan Ariel. Ara dan Fiony. Random, mau request siapa boleh Selagi ada bahan, kenapa tidak dieksekusi sekalian?