"Mira mira," Mira mendongakkan kepalanya, lalu matanya memicing saat melihat siapa yang berdiri di depannya sambil tersenyum penuh arti.
"Apa?" jawabnya, ia menyimpan ponselnya lalu memusatkan pandangannya pada gadis yang telah mencuri hatinya dan tidak pernah dikembalikan.
Vivi tersenyum manis, tangannya yang ia sembunyikan di balik tubuhnya langsung bergerak ke depan. Ia berjongkok di depan Mira, tangannya yang membawa sebutir telur ayam di dekatkan ke wajah Mira.
Hubungan mereka sudah membaik, bahkan lebih baik dari sebelumnya. Mereka tetap tertawa bersama, Mira juga sudah berjanji untuk tidak merebut Vivi, selonggar apapun kesempatannya.
Mira menaikkan alisnya, menunggu Vivi menjelaskan kepadanya apa maksud kedatangan orang ini kepadanya sambil membawa sebutir telur.
"Gue tadi iseng-iseng ke dapur, siapa tau ada makanan, tapi gue malah nemu ini."
"Trus? Lo mau ternak ayam?"
Kepala Vivi menggeleng cepat, "Temenin goreng telur."
Mira menghela napas panjang, lalu mengangguk pelan, "Ayo."
Mereka sudah berdiri di depan kompor, Vivi sibuk memecahkan telur ke dalam mangkuk lalu mengaduknya setelah menaburi sedikit garam. Sembari mengaduk, Vivi menoleh ke arah Mira yang berdiri di sampingnya tanpa melakukan apa-apa.
"Lo gak mau bantuin gue? Nyalain kompor kek, naruh wajan kek, nuang minyak kek, atau ngapain kek."
"Lo tadi minta gue buat nemenin doang bukan buat bantuin."
Vivi mendengus pelan, "Iye-iye."
Ia meletakkan wajan di atas kompor dan menuang minyak sambil mendumel pelan. Mira membelalakkan matanya melihat jumlah minyak yang dituang Vivi ke dalam wajan.
"Lo mau goreng telur apa mau berenang?" cibirnya.
Vivi tertawa kecil, meletakkan minyak ke tempat semula ia ambil. "Kagak sadar gue."
Mangkuk yang berisi telur itu Vivi berikan kepada Mira, meminta Mira untuk menggoreng telur itu. Jujur ia mengajak Mira bukan untuk menemani, tapi untuk menggorengkannya.
Mira menatap sinis ke arah Vivi dan mengambil mangkuk itu, "Bilang aja lo takut sama minyak."
"Lah itu lo tau, peka juga lo."
"Emang elo, kagak pernah peka sama orang lain." ucapnya sambil menuangkan minyak ke dalam wajan yang minyaknya telah panas.
Vivi mengambil spatula kemudian di berikan kepada Mira, setelah itu ia menjaga jarak antara dirinya dengan kompor. Ia heran dengan orang yang sama sekali tidak takut dengan minyak panas, pernah sekali ia terkena percikan dan setelah itu ia tidak pernah mau menggoreng apapun.
"Tumben lo makan disini, biasanya juga makan bareng Chika." tanya Mira sambil menunggu telur bagian bawah matang.
Vivi mendengus pelan, "Kagak mau dia, lagi belajar buat UN. Gue heran aja, kenapa dia sebegitunya belajar buat UN. Dulu aja gue belajar itu sehari sebelum UN, nyatanya gue juga lulus."
Mira berbalik, tangan kirinya berada di pinggang, tangan kanannya yang memegang spatula diarahkan ke wajah Vivi. "Elu sekolah biar dapet ijazah, Chika sekolah biar dapet ilmu."
"Wey, ati-ati itu panas." tangan Vivi mencoba menghalau spatula yang terus berada di depan wajahnya. Lalu tangannya menunjuk telur yang hampir gosong. "Gosong itu!!"
Mira buru-buru membalik telur itu, sebenarnya cara membaliknya sudah benar. Tapi karena minyak di wajan itu kebanyakan, saat telur itu terbalik sempurna, tak sengaja minyak itu melompat keluar dan mengenai punggung tangan Mira.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pulse
Romance"Aku gak pernah bisa nolak permintaanmu," cerita fanfict Vivi dan Chika. Ada Amel dan Ariel. Ara dan Fiony. Random, mau request siapa boleh Selagi ada bahan, kenapa tidak dieksekusi sekalian?