"Lo yakin Chika ga bakalan kesini?" tanya Mira sambil membuntuti Vivi dari belakang. Mereka berjalan menuju kolam renang, Vivi rasa ini adalah tempat yang tepat untuk berbicara dengan Mira.
"Gak kok," jawab Vivi.
"Yakin? Dia kan sukanya tiba-tiba dateng."
Vivi berdecak kesal, ia berjonglok dan membenahi tali sepatu kanannya. "Percaya deh sama gue."
"Musyrik dong kalo percaya sama elo,"
Vivi mengangkat tubuhnya, ia menatap malas ke arah Mira. "Udah pernah ngerasain tenggelem belum?"
Mira tertawa kecil, ia melipat tangannya ke depan dada. Menunggu Vivi untuk bercerita. Sejujurnya semalam ia tidak bisa tidur karena penasaran apa yang hendak diucapkan Vivi kepadanya. Disisi lain ia takut jika tiba-tiba Chika datang dan memergoki mereka berdua.
Berkali-kali Vivi meyakinkannya jika Chika tidak akan datang kali ini. Vivi juga sudah meminta agar Aiko berjaga di sana, mengantisipasi jika Chika benar-benar datang. Jadi tak ada yang perlu ditakutkan oleh Mira.
"Gue seneng kita ga diem-dieman lagi," ucap Vivi lalu tersenyum. Mira ikut tersenyum karena melihat Vivi tersenyum.
Aneh, batinnya, ia bisa bahagia dengan mudah hanya dengan melihat seseorang yang disukainya tersenyum. Cinta memang sederhana, ya.
Mata Vivi melirik pergelangan tangan Mira yang tidak lagi kosong. Ia tertawa kecil, "Tumben make gelang,"
Mira menunduk, "Tiap hari gue juga make gelang ini."
"Cie, gelang dari siapa sih, kok tiap hari dipake." goda Vivi.
Mira berdecak sebal, "Ngomong lagi gue dorong lo ke kolam."
Sudah tentu gelang ini pemberian Vivi dulu. Bukan artinya ia selingkuh kepada Mira, melainkan gelang ini adalah hadiah yang ia dapat setelah membeli kalung untuk Chika. Rasanya tidak pantas jika memberikan Chika sebuah gelang hadiah ini. Jadi ia memberikan satu kepada Mira dan satunya lagi ia simpan.
"Canda," Vivi menatap pergelangan tangannya yang kosong, "Gelangnya gue simpen di laci,"
"Takut ketahuan Chika, ya." Vivi mengangguk sambil sesekali tertawa.
"Salah sendiri bukannya dikasih ke Chika malah dikasih ke gue."
Vivi menggaruk pipinya yang tidak gatal, "Udah terlanjur, ya kali gue minta lagi gelangnya."
"Iya juga ya," Mira menoleh ke samping, tatapannya turun ke arah kolam yang memantulkan gambar dari langit.
Vivi mengikuti arah pandang Mira, ia memutar tubuhnya sampai menghadap ke kolam. Tangannya ia masukkan ke dalam saku celana. Hembusan napas keluar terdengar cukup berat.
"Gue mau cerita." lirih Vivi.
Mira menoleh sebentar lalu kembali melihat ke kolam, membiarkan Vivi menceritakan semuanya. Toh, sudah lama mereka tidak berdua seperti ini.
"Gue ngerasa aneh aja, kayak ada beda, tapi gue gak tau itu apa. Sorry kalo akhir-akhir ini gue kesannya posesif banget sama elo, terlalu perhatian sama elo. Gue waktu itu ga sadar kalo perilaku gue bikin lo tersiksa, yang gue tau cuma gue gak mau kehilangan lo."
Kedua ujung bibir Mira tertarik, "Lo gak pernah kehilangan gue, karena gue selalu disini. Kayaknya gue udah pernah bilang deh, kalo gue itu seneng lo perhatiin, tapi itu nyiksa, bener."
"Makasih udah bantuin gue bikin Chika percaya lagi sama gue, ya, gue seneng sih."
Mira menoleh, "Kok ada embel-embel sih?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pulse
Romance"Aku gak pernah bisa nolak permintaanmu," cerita fanfict Vivi dan Chika. Ada Amel dan Ariel. Ara dan Fiony. Random, mau request siapa boleh Selagi ada bahan, kenapa tidak dieksekusi sekalian?