"Chika suka gak ya?" Gumam Vivi sambil mengangkat 2 minuman boba yang berada di kedua tangannya. Ia menoleh ke arah Mira yang berjalan di sebelahnya, meminta pendapat dari Mira.
"Kalo ragu mending kasih gue aja," ucap Mira sambil menusukkan potongan daging ayam yang sudah digoreng lalu memasukkan ke mulutnya.
Vivi menatap malas ke arah Mira, "Enak di elu, rugi di gue."
Mira terkekeh, ia membuka pintu theater karena tidak mungkin Vivi yang membuka pintu.
"Bagi dong," ucap Vivi sambil menunjuk makanan yang dipegang Mira dengan dagunya. Tanpa lama-lama Mira langsung memberikan makanannya kepada Vivi.
"Lu kagak liat gue pegang apa? Dikira gue gurita kali." Ketus Vivi. Mira menghela napas kasar, ia menusukkan potongan daging ayam itu lalu mengarahkan ke mulut Vivi.
Langsung saja Vivi menggigit ayam itu, ia mengunyah sambil mengangguk-anggukkan kepalanya. Pantas saja Mira sering memakan makanan ini, orang yang rasanya saja enak.
"Cie suap-suapan," celetuk Ara yang entah bagaimana bisa berdiri di depan mereka. Mira menatap malas ke arah Ara, ia mengarahkan alat tusuk itu ke wajah Ara. "Diem lu, gua tusuk lu."
Ara terkekeh, bukannya takut, ia malah membuka mulutnya lebar-lebar. Mira mengerutkan keningnya, ia menghela napas panjang, lalu berganti menyuapi Ara. Vivi berdecih melihat hal itu, ia menatap sinis ke arah Ara.
"Bini lo mana? Kok minta asupan orang lain?" Ketus Vivi.
"Suka-suka gue dong, tuh lo ditungguin bini lo." Balas Ara.
Sesaat Vivi tersadar jika kedatangannya adalah untuk menemui Chika. Tapi mendadak ia lupa karena kehadiran Ara. Tanpa basa-basi Vivi berjalan meninggalkan Mira dan Ara menuju Chika yang duduk di atas kursi dan memainkan ponsel.
Chika mendongak saat sebuah minuman boba berada di depan wajahnya. "Hai Chik."
Vivi tersenyum, ia memberikan boba itu kepada Chika, lalu ia mengambil tempat untuk duduk di samping Chika.
"Udah mau pulang?" Tanya Vivi. Chika menganggukkan kepalanya, ia meminum boba pemberian Vivi. Sedikit aneh rasa boba kali ini, menurutnya, sepertinya Vivi membelikannya varian rasa baru.
"Gak enak ya?" Ucap Vivi saat melihat reaksi Chika.
"Agak aneh sih, tapi gapapa."
"Buang aja, gak usah diminum." Gumam Vivi. Ia sendiri belum merasakan boba miliknya, salahnya sendiri sok-sok an mencoba varian rasa baru. Padahal tadi Mira sudah melarangnya, tapi ia sendiri yang keras kepala.
"Kan sayang, belinya pake duit, bukan pake daun." Ucap Chika, ia harus menghargai usaha Vivi, walaupun kali ini gagal. Tapi ia lebih suka jika Vivi memberikannya gulali seperti dulu, atau mereka pergi ke pasar malam bersama.
"Kak," panggil Chika. Vivi menoleh, "Hmm?"
"Ke pasar malem yuk," ajak Chika. Vivi mengerutkan keningnya bingung, bukannya menjawab ia malah mengambil ponselnya, lalu mengecek jam berapa saat ini.
"Kayaknya kamu beneran gak usah minum itu deh, otak kamu jadi konslet." Gumam Vivi.
Chika mendengus sebal, ia mencubit lengan Vivi. "Bukan sekarang, tapi nanti malem."
Vivi meringis merasakan cubitan Chika yang sudah lama tidak ia rasakan. "Aduh," keluhnya.
"Gimana?" Tanya Chika setelah melepaskan cubitan dari lengan Vivi.
Cukup lama Vivi terdiam, seperti ragu untuk memberikan jawaban. Chika menghela napas panjang, ia sudah tau jika Vivi tidak bisa pergi dengannya nanti. Vivi menoleh, ia mengusap lembut puncak kepala Chika.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pulse
Romance"Aku gak pernah bisa nolak permintaanmu," cerita fanfict Vivi dan Chika. Ada Amel dan Ariel. Ara dan Fiony. Random, mau request siapa boleh Selagi ada bahan, kenapa tidak dieksekusi sekalian?