Bismillahirrahmanirrahim.
Updated on: Rabu, 03 Juni 2020
Republish: Kamis, 24 Februari 2022***
Selamat membaca kisah Keisya dan Zaid.
Vote sebelum membaca dan tinggalkan komentar.
Happy reading 🖤
Bagian 1 | Masih Sama
()()()
Pukul empat dini hari Keisya menunaikan ibadah salat malam yang sudah bertahun-tahun menjadi rutinitas setiap malamnya semenjak tinggal di pondok hingga sekarang, baginya tahajud adalah pertemuannya dengan sang pencipta yang paling indah. Mengadukan setiap keluh kesah yang menyesakkan dada, dia percaya bahwa Allah akan mendengarkan setiap doa yang terucap dari bibir penuh dosanya. Sholat tahajud bagaikan sebuah cahaya yang memberikan sedikit harapan untuk Keisya bertahan dengan semua ujian yang Tuhan berikan sebagai bukti cinta setiap hamba pada Sang Pencipta.
Setiap rasa sakit ketika Zaid tidak mengacuhkannya, Keisya tumpahkan air mata kesedihannya hanya di depan sang Rabbi. Di depan keluarga atau pun temannya, dia tetap menjadi Keisya yang ceria dengan senyuman lebar yang membuat siapa pun percaya jika hatinya terjaga aman dari luka. Namun, siapa yang tahu jika wanita yatim piatu itu selalu menangis di setiap sujud pertemuannya dengan yang paling dia cintai. Tak ingin berharap lebih seperti yang sudah-sudah, kini Keisya hanya memasrahkan semuanya kepada Allah berharap takdir yang telah dituliskan untuknya akan berakhir bahagia. Sekali saja.
"Hiks ... Umi... hiks... "
Baru saja Keisya mengucapkan salam ke kanan dan kiri, suara tangis Berlian membuatnya kaget dan menunda untuk melanjutkan ke raka'at berikutnya. Keisya segera berdiri, menghampiri sang putri yang menangis dengan mata terpejam. Tangan putihnya terulur untuk mengangkat tubuh mungil Berlian ke dalam gendongan, wanita itu bershalawat untuk menenangkan sang putri yang badannya terasa kian panas. Keisya dan Zaid memang lebih sering tidur terpisah, mereka hanya akan tidur bersama jika Berlian yang memintanya. Seperti malam ini, Keisya tidur bersama Zaid membuatnya lebih ekstra hati-hati dalam menjaga Berlian agar anak itu tidak mengangguk tidur damai suaminya.
"Ehm ... apa Lian baik-baik saja?" Zaid bertanya dengan nada serak. Laki-laki itu mendudukkan dirinya dengan bersandar di kepala ranjang.
"Keisya dengar tadi Lian menangis, mungkin gak nyaman aja." Keisya membalas. Tangan kecilnya juga tidak berhenti menepuk punggung mungil Berlian.
"Sayang, ini Umi, Nak. Lian kenapa? Mau apa? Apa kepala Lian sakit lagi, hm? Ayo kasih tau Umi, mana yang sakit. Nanti Umi cium terus doain biar sakitnya sembuh, ayo kasih tahu Umi." Keisya berujar menenangkan.
"Disini Umi. Sakit." Berlian menunjuk kepalanya yang terasa panas.
Keisya dengan sigap mencium kepala Berlian lembut dan membacakan sholawat, lalu tersenyum manis ke arah putri pintarnya. Berlian juga berhenti menangis dan menguatkan pelukannya di leher sang Umi seolah tidak akan membiarkan siapa pun menyentuh Keisya. Setelah tidak mendengar tangisan Berlian lagi Keisya tersenyum, entah kenapa setiap kali dia bisa menjadi istri atau ibu yang baik, hatinya selalu saja berbunga-bunga layaknya orang jatuh cinta. Semua yang dilakukan Keisya tadi juga tidak luput dari pandangan Zaid.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEISYA (Tolong, Cintai Aku Juga) [End]
Spiritual"Aku adalah rumah. Tempatnya menaruh luka, bukan berbagi bahagia."-Keisya Zahara Anggia. Menjalani pernikahan selama lima tahun tanpa perasaan cinta tidak membuat Keisya Zahara Anggia menyerah pada rumah tangganya. Muhammad Zaid Aska. Pria itu menja...