Bismillahirrahmanirrahim.
Updated on: Sabtu, 06 Juni 2020
Republish: Ahad, 27 Februari 2022***
Selamat membaca cerita Keisya dan Zaid.
Vote sebelum membaca dan tinggalkan komentar.
Happy reading 🖤
Bagian Tiga | Tahu Diri
()()()
"Keisya gak sebaik itu."
Mendengar ucapan pelan Zaid, Keisya meringis. Tangannya meremas kuat gamis bewarna merah muda yang dia pakai, tadi niatnya akan kembali berkumpul bersama keluarga Zaid namun ucapan sang suami tentangnya membuatnya berhenti. Mata bening itu terasa panas seketika, tapi bibirnya tetap mengukir senyum ketika Berlian menatap ke arahnya. Sebisa mungkin Keisya menahan untuk tidak menangis, dia tidak mau semuanya tahu jika dia tidak baik-baik saja. Dia cukup sadar diri jika Zaid memang tidak akan pernah memujinya. Dia juga tahu diri jika dirinya tidak pantas untuk dicintai. Dia telah melakukan kesalahan, dia adalah sahabat yang buruk untuk seseorang di masa lalu.
Ya Allah, sakit sekali. Keisya membatin di saat yang bersamaan bibirnya tidak berhenti melengkungkan senyuman. Setelah merasa cukup aman dengan hatinya, Keisya berbalik dan berjalan kembali mendekati sofa tempat keluarga Zaid berada. Gadis itu mengulum senyum dan mengatakan semuanya sudah baik-baik saja, hanya ada masalah kecil antara Berlian, Alan, dan Lana.
"Kamu ibu yang baik, Kei. Aku kalau udah liat anak kecil nangis rasanya pengen marah aja gitu, kesel." Asma bersuara. Kakak iparnya itu memang terbuka luar biasa.
"Gak, Kak. Lian anak aku. Alan sama Lana juga udah aku anggap anak sendiri, gak mungkin dimarahin. Nanti kalau dimarahin malah nambah nangisnya, tertekan juga. Kalau masih bisa dilembutin, kenapa enggak, kan?"
"Hehe iya." Asma tertawa garing dengan matanya mengarah pada Zaid seolah mengatakan, 'Ini yang kamu bilang bukan cewek baik?!'
Zaid tidak acuh, laki-laki itu mencoba biasa saja dan mengalihkan pandangannya ke arah Berlian. Dia pernah berpikir jika saja nanti Keisya pergi, maka itu karena keegoisannya dan yang akan terluka adalah Berlian. Dia sangat tidak ingin jika anak mungil dan menggemaskannya itu nanti membenci salah satu di antara orang tuanya. Mungkin kakaknya benar jika Zaid harus belajar untuk menerima kehadiran Keisya sebagai seorang istri bukan sekedar partner dalam rumah tangga.
"Kamu nggak mau kasih adek untuk Lian, Za?" Harits bertanya membuat lamunan Zaid buyar seketika.
Putra bungsunya menoleh dengan tatapan penuh pertanyaan. Baginya sudah ada Berlian saja cukup, dia tidak ingin menambah lagi.
"Berlian aja udah cukup, Yah." Zaid menjawab seadanya.
Di sampingnya, Keisya meringis. Bagaimana mungkin bisa memberikan adik untuk Berlian jika mereka sudah jarang tidur sekamar semenjak Berlian lahir?
"Kei, kamu gak mau hamil lagi?" Kini Asma kembali bertanya.
Zaid menoleh pada sang istri, tatapannya masih sama. Keisya mengulum senyum, lalu menggeleng yakin. Dia tahu Zaid tidak akan mau lagi melakukannya, Zaid tidak bisa mencintainya. Karena itu Keisya sadar diri, diterima saja sudah cukup.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEISYA (Tolong, Cintai Aku Juga) [End]
Spiritual"Aku adalah rumah. Tempatnya menaruh luka, bukan berbagi bahagia."-Keisya Zahara Anggia. Menjalani pernikahan selama lima tahun tanpa perasaan cinta tidak membuat Keisya Zahara Anggia menyerah pada rumah tangganya. Muhammad Zaid Aska. Pria itu menja...