Prolog

114K 5.5K 241
                                    

Bismillahirrahmanirrahim.

Updated on: Selasa, 02 Juni 2020
Republish: Rabu, 23 Februari 2022

***

Selamat membaca kisah Keisya dan Zaid.

Vote sebelum baca dan tinggalkan komentar.

Happy reading 🖤

[Prolog]

()()()

Wanita cantik berusia dua puluh enam tahun itu menghela napas berkali-kali, wajah putih pucatnya juga tampak memancarkan raut lelah. Namun, belum ada keluhan terucap dari bibir ranumnya. Wanita itu masih mengukir senyum manis ciri khas setiap ibu di depan anak mereka, sama seperti yang dia lakukan sekarang di depan putrinya. Jam dinding bewarna putih itu telah menunjukkan pukul lima sore, berarti sang suami akan pulang sebentar lagi.

Keisya Zahara Anggia, namanya. Dia mendesah lega ketika putrinya yang berumur tiga tahun sudah terlelap dalam gendongannya. Putrinya adalah satu-satunya alasan yang membuatnya bertahan dengan hubungan tanpa cinta ini, anak mungilnya yang baru dia dapatkan setelah dua tahun menikah. Nama putrinya adalah Berlian Anggia Aska. Dia berharap dengan adanya sang putri bisa membangun hubungan antara dirinya dan sang suami yang masih saja jalan di tempat tanpa perkembangan semenjak lima tahun yang lalu.

Muhammad Zaid Aska. Laki-laki yang selalu kaku dan bersikap dingin padanya. Tidak ada yang berubah meskipun mereka kini telah tinggal di luar pondok agar bisa membangun rumah tangga lebih baik. Berulangkali Keisya ingin membangun cinta di antara keduanya dan berulang kali pula Zaid mematahkannya dengan menegaskan kalau Zaid tidak bisa mencintai siapa pun kecuali gadis yang sudah bertahta hampir sepuluh tahun di hatinya. Keisya hancur, lemah, dan pasrah. Hatinya seolah dihantam kuat, membuatnya tidak mampu bangkit dan akhirnya tenggelam di dalam kepura-puraan.

"Assalamualaikum."

Keisya mengangkat pandangan untuk melihat laki-laki yang berstatus sebagai suaminya itu. Wanita itu mengukir senyuman lebar ke arah sang suami, lalu berjalan penuh semangat dengan Berlian yang masih ada di gendongannya. Putrinya yang masih berumur tiga tahun itu memang sedang sakit beberapa hari ini, tetapi  tidak membuat Keisya kewalahan dan dirinya tetap berusaha menjadi istri yang baik untuk Zaid.

"Waalaikumussalam, Kak. Kakak udah pulang? Mau makan? Aku siapin. Tapi, aku mau tidurin Lian di kamar dulu." Suara lembut Keisya menginterupsi.

Zaid menoleh dan menggeleng, dia mengambil Berlian dari gendongan Keisya dengan penuh kasih sayang. Meskipun kaku, Zaid tetap memperlakukan Berlian dengan baik. Lagipula Berlian adalah anak kandungnya walaupun Zaid melakukan itu dengan Keisya atas permintaan kedua orangtua dan keluarga besarnya, tapi dia tetap mencintai Berlian layaknya seorang ayah yang baik.

"Biar saya saja yang gendong Lian, kamu siapin makan aja. Lian juga belum makan, kan?" tanya Zaid dengan tangan yang menepuk punggung sang putri dengan sayang.

"Iya, Kak."

Detik berikutnya Keisya melangkahkan kaki menuju ruang makan. Untung saja tadi sebelum menangis, Berlian masih sempat tertidur, jadi Keisya sudah memasak makanan jika Zaid pulang. Keisya tersenyum manis ketika dia sudah menyiapkan makanan di atas meja, hatinya terasa berbunga setiap kali  melakukan kewajibannya sebagai seorang istri walaupun Zaid tidak pernah memujinya. Baru saja Keisya ingin berbalik untuk memanggil Zaid, tiba-tiba suaminya itu sudah berjalan ke arahnya dengan Berlian yang masih tertidur di gendongan sang ayah.

KEISYA (Tolong, Cintai Aku Juga) [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang