Bagian Tiga Tiga | Menjemput Bidadari

23.9K 2.1K 200
                                    

Bismillahirrahmanirrahim.

Updated on : Selasa, 29 September 2020
Republish: Jum'at, 03 Juni 2022

***

Selamat membaca cerita Keisya dan Zaid.

Vote sebelum membaca dan tinggalkan komentar.

Bagian 33 | Menjemput Bidadari

()()()

Menunggu tanpa kepastian. Tidak setiap orang mampu bertahan. Jangankan dalam waktu yang lama, bahkan dalam hitungan menit saja ada yang tidak bisa karena kurangnya rasa sabar di dalam dada. Menunggu memang menjadi suatu hal yang tidak diinginkan, menunggu seseorang yang bahkan belum tentu mampu ditangkap oleh pandangan. Namun, ada dua hal yang membuat seseorang mampu bertahan yaitu cinta dan rasa percaya pada Allah. Jika dua hal itu sudah ada, maka seberapa lama menunggu seseorang tetap akan setia.

Begitu juga dengan Zaid. Dia punya dua hal itu di dalam dirinya. Ada cinta membara di hatinya dan ada kepercayaan besar di balik diamnya. Dia hanya menunggu waktu di mana nanti semua pertanyaan yang ada di kepalanya akan terjawab. Semua keraguan dan kekecewaan akan lenyap. Zaid hanya perlu bersabar sedikit lagi. Dia percaya jika cintanya dan cinta Keisya akan kembali bersatu, lalu mereka akan membuat keluarga harmonis penuh canda tawa.

"Aku benar-benar merindukanmu, Sya. Aku tahu dua tahun masih sebentar dibandingkan kamu yang menanggung luka dari kecil. Aku akan bertahan menunggumu dan aku yakin kamu juga akan kembali sesuai janjimu, Sya. Aku tidak akan bertanya kapan, karena aku percaya cepat atau lambat kamu pasti kembali."

Zaid tersenyum manis. Lagi-lagi bukannya bekerja, dia lebih memilih bercerita sendiri dengan sebuah foto Keisya di depannya. Dia sama sekali tidak berpikir untuk memaki, marah, atau membenci keadaan karena dia tahu itu sama sekali tidak akan merubah apa pun malah akan memperburuk suasana. Seperti kata Keisya, jika semuanya akan berakhir bahagia. Kalau pun dosanya memang terlalu banyak, semoga Allah memberi bahagia itu pada Keisya. Baginya, melihat Keisya saja sudah cukup. Hatinya tak lagi mau mengatur Allah untuk takdirnya, karena dia akan serahkan semuanya pada sang pencipta.

Asma yang baru saja masuk ke dalam ruangan sang adik menghela napas ketika melihat Zaid tersenyum sendiri sambil melihat foto istrinya yang sudah dua tahun ini belum kembali. Asma sadar Zaid mencintai Keisya, Zaid merasa bersalah atas semua luka wanita itu, hanya saja sebagai seorang kakak dia juga ingin melihat Zaid bahagia, bukannya tenggelam dalam sebuah harapan semu dan ilusi. Asma juga sangat yakin jika Keisya wanita baik, sangat baik malah. Namun, dia mencoba berpikir logis, bukan hanya sekedar perasaan yang memang terkadang salah dalam memutuskan. Berlian butuh sosok ibu untuk membimbingnya dan itu juga akan menjadi cara agar keponakannya melupakan Keisya beserta kenangan itu.

"Assalamualaikum, Za."

Zaid mengangkat pandangan melihat Asma yang berjalan mendekat. Dia masih kesal dengan pembicaraan Asma kemarin yang memintanya untuk menikah lagi, dia tahu jika Berlian butuh sosok ibu, tapi tidak ada ibu lain sebaik Keisya.

"Waalaikumussalam. Kakak mau apa?" Zaid bertanya datar.

Asma tetap tenang, tidak tersinggung atau merasa bersalah. Dia duduk di depan Zaid, menatap sang adik dengan ekspresi serius. Ada sesuatu hal yang ingin dia katakan pada Zaid, sesuatu yang bisa saja mematahkan hati Zaid atau sebaliknya.

KEISYA (Tolong, Cintai Aku Juga) [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang