Bagian Dua Tujuh | Bidadari Yang Hilang

22.5K 1.8K 66
                                    

Bismillahirrahmanirrahim.

Updated on: Senin, 14 September 2020.
Republish: Senin, 16 Mei 2022

***


Selamat membaca cerita Keisya dan Zaid.

Vote sebelum membaca dan tinggalkan komentar.

Follow Ig
Ayusumbari

Bagian 27 | Bidadari Yang Hilang

()()()

Zaid terduduk lemas di mobilnya. Sudah seharian dia dan Axero mencari Keisya, tetapi belum juga berhasil untuk menemukan di mana keberadaan wanita paling tangguh itu. Zaid menunduk sambil berzikir, dia juga tidak berhenti berdoa semoga Keisya baik-baik saja. Rasa sesak itu semakin menjalar di dadanya, rasa takut kehilangan semakin jelas ketika Keisya tidak mampu dipandang lagi oleh matanya.

Zaid mencoba berpikir positif jika Allah akan selalu melindungi di mana pun istrinya berada. Keisya adalah wanita baik dan Allah pasti menjaganya. Setidaknya itulah yang Zaid bisikkan ke dalam hatinya. Dia tahu jika Allah tidak akan menguji dirinya melebihi batas kemampuan. Dia mungkin lelah, tapi dia percaya dengan ujian ini Allah akan mengangkat derajatnya jika dia mampu melewatinya dengan sabar dan ikhlas. Seperti yang Keisya selalu katakan jika Allah selalu bersama orang-orang beriman. Allah tidak pernah meninggalkan hamba-Nya.

"Kak Zaid, Allah ngasih ujian ini karena Dia tahu kalau kita itu hamba yang kuat. Semakin sulit ujian seorang hamba, berarti akan semakin tinggi derajatnya jika dia berhasil melewatinya. Kak Zaid nangis nggak papa, tapi jangan ngeluh, jangan memaki Allah. Kak Zaid tahu jika kita ditimpa musibah berarti Allah cinta, Allah ada di dekat kita sekarang. Seharusnya, kita bersyukur karena Allah ngasih kita ujian berat berarti Allah percaya sama kita. Allah ada untuk kita sekarang. Kak Zaid harusnya bahagia karena sekarang Allah lagi merhatiin kita. Allah bersama kita."

Zaid tersenyum, lalu keluar mobil untuk menemui Axero yang dari tadi sibuk dengan ponselnya. Zaid menepuk pundak sang ipar, Axero menoleh dengan mata yang memerah. Zaid sempat tertegun, tapi dia mengerti jika Axero sangat khawatir.

"Gue belum bisa nemuin Keisya di mana sekarang." Axero berucap begitu lirih.

Axero merasa gagal. Dia membenci dirinya sendiri yang tidak bisa menjaga sang adik, bahkan para bawahannya juga tidak berfungsi sama sekali. Axero ingin sekali marah, tapi tidak tahu siapa yang akan menjadi pelampiasan emosinya. Dia berjanji pada dirinya jika nanti dia menemukan siapa yang menculik Keisya darinya, maka dia sendiri yang akan memastikan jika orang tersebut mati di tangannya.

"Nggak papa, Axe. Kita salat dulu." Zaid mencoba tenang.

"Salat?! Itu cuman ngabisin waktu kita, Za! Keisya bisa-bisa dibawa pergi jauh." Axero emosi.

Zaid tetap tenang. Dia menatap ke arah jalanan dan tersenyum, matanya menerawang jauh seolah mampu melihat di mana Keisya sekarang.

"Keisya itu wanita paling baik, dia paling dekat dengan Allah. Dia nggak pernah suudzan sama takdir yang Allah kasih buat dia, sebanyak apa pun luka yang dia terima, nggak sekali pun dia ngeluh sama Allah. Dia selalu percaya jika Allah mencintainya, Allah akan menjaganya, dan memberi dia takdir yang indah." Zaid berucap, senyuman manis terukir di wajahnya bersamaan dengan air mata yang menetes.

KEISYA (Tolong, Cintai Aku Juga) [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang