Bagian Lima Belas | Umi, you okey?

34.1K 2.7K 101
                                    

Bismillahirrahmanirrahim.

Updated on: Kamis, 23 Juli 2020
Republish: Ahad, 20 Maret 2022

***

Selamat membaca cerita Keisya dan Zaid.

Vote sebelum membaca dan tinggalkan komentar.

Bagian 15 | Umi, you okey?

()()()

Anak kecil yang hampir berusia 4 tahun itu tersenyum senang ketika melihat sang Umi datang dan berjalan ke arahnya. Berlian berlari penuh semangat, menggenggam tangan sang Umi dan mengajaknya untuk duduk di sampingnya. Berlian bercerita banyak hal tanpa diminta, sesekali tertawa tanpa dia tahu Keisya meneteskan air mata. Lila yang melihat itu hanya terdiam. Dia memiliki menantu yang luar biasa tegar dan sabar. Kehilangan Keisya layaknya sebuah pelita yang selalu menerangi tiba-tiba padam. Semua menjadi gelap ketika senyuman lebar Keisya tak mampu lagi terukir dengan sempurna.

"Umi, ndak sakit lagi? Umi dah sehat?" Lian bertanya penasaran, tangan mungilnya mengelap dahi Keisya yang berkeringat.

Keisya tersenyum manis, dia menggeleng. Kemudian, membawa Berlian duduk di pangkuannya yang ditolak oleh sang putri. Anak kecil itu berucap, "Lian berat, Umi." Berlian berucap tak enak.

"Lian gak berat. Emang Lian nggak mau dipangku lagi sama Umi?" tanya Keisya dengan raut sedih.

"Lian rindu dipangku Umi!" balasnya dan duduk di pangkuan Keisya.

Tangan Keisya mengelus lembut rambut sebahu Berlian. Setiap sentuhannya dia nikmati baik-baik seolah itu adalah sentuhan terakhir yang bisa dia rasakan. Bibir pucatnya berulang kali mengecup rambut Berlian. Tangannya mulai bergetar dan tubuhnya juga terasa lemas. Berlian menoleh ketika sentuhan Keisya di kepalanya berhenti.

"Umi, darah! Darah Umi!" Berlian berteriak histeris.

"Sayang, Umi gak papa." Keisya berucap menenangkan. Jemarinya menutup hidung yang mengeluarkan cairan merah.

Berlian bangkit dari pangkuan Keisya, berlari ke atas tempat di mana sang Abi sedang bekerja. Melihat itu Keisya cepat-cepat menghapus darah yang keluar dari hidungnya, tapi masih belum berhenti. Lila mengusapi punggung Keisya, ikut panik karena tidak tahu harus berbuat apa. Tidak lama, Zaid turun dengan tergesa. Laki-laki itu dengan segera ikut berjongkok di hadapan sang Istri, sedangkan Berlian menjauh dari Keisya.

"Sya, kamu baik-baik aja? Perlu kita ke rumah sakit?" tanya Zaid khawatir.

"Gak apa-apa. Aku baik-baik aja kok, Kak."

"Huaaaa!"

Zaid dan Keisya menoleh melihat Berlian yang menangis keras.

"Lian nggak mau main sama Umi lagi. Lian nggak mau Umi sakit kalau deket-deket sama Lian. Umi gak boleh deket sama Lian lagi!"

Keisya terhenyak. Air matanya tanpa mampu dia tahan luruh begitu saja. Dia mencoba mendekat, tapi Berlian lebih dulu berlari dan pergi. Keisya menutup mulutnya untuk menahan isakan agar tidak keluar.

"Kak?"

"Gak apa-apa, Sya. Gak apa-apa."

Zaid memeluk Keisya erat. Tubuh istrinya bergetar hebat dan suara tangisnya semakin terdengar memilukan. Zaid mencoba untuk menenangkan dirinya sendiri untuk tidak mengeluh atas ujian yang Allah timpakan pada keluarganya. Hidupnya memang penuh drama menyedihkan, tapi dia percaya akhir semuanya adalah kebahagiaan. Bukankah semuanya hanya titipan? Itu berarti masalah, kesedihan, dan penderitaan mereka juga titipan yang akan diambil bukan?

KEISYA (Tolong, Cintai Aku Juga) [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang