Bismillahirrahmanirrahim.
Updated on: Kamis, 10 September 2020
Republish: Jum'at, 29 April 2022***
Selamat membaca cerita Keisya dan Zaid.
Vote sebelum membaca dan tinggalkan komentar.
Bagian 25 | Luka Masa Kecil
()()()
"Allahumma soyyiban nafi'an."
Keisya tersentak ketika suara lembut itu masuk ke dalam pendengarannya bersamaan dengan dua tangan memeluk perutnya. Keisya tersenyum ketika menyadari orangnya adalah Zaid. Zaid mengecup pipi kiri Keisya sekilas, lalu meletakkan kepalanya di pundak sang istri. Keisya mengangkat tangan untuk mengelus rambut Zaid sebagai respons. Kemudian, kembali mengalihkan pandangannya ke arah hujan yang masih turun deras, Keisya mengukir senyuman tipis.
"Kakak mau dengar cerita Keisya?"
Zaid menatap Keisya dari samping, melihat senyuman cantik sang istri. Zaid mengeratkan pelukannya membuat wanita itu terkekeh.
"Mau dengar nggak?" tanya Keisya kembali.
"Ceritalah, Sya."
Keisya mengangguk, bibirnya masih mengukir senyuman manis.
"Dulu waktu kecil, Keisya takut banget sama hujan, Keisya nggak suka kalau ada hujan."
Zaid menjauhkan dirinya untuk melihat ekspresi sang istri, tapi Keisya kembali meletakkan kepala Zaid di pundaknya. Laki-laki itu merasa heran, biasanya anak kecil sangat menyukai hujan namun ternyata Keisya berbeda.
"Kakak tahu kenapa?"
Zaid menggeleng. "Kenapa?"
"Karena setiap hujan datang, Keisya selalu sendirian. Paman dan Bibi nggak ada untuk Keisya, Keisya selalu lari dari hujan dan masuk kamar, menutup telinga. Keisya takut dengan hujan, Keisya nggak suka ribut dan hujan itu ribut. Di saat sepi aja suara Keisya nggak pernah didengar apalagi kalau hujan."
"Sya ..."
"Tapi, sekarang Keisya suka hujan!" lanjut Keisya semangat. Dia menoleh menatap Zaid yang meringis. "Karena Keisya punya Kak Zaid." Suara Keisya melembut begitu juga dengan tatapannya, bibir pucatnya bergetar namun tetap mengukir senyuman.
"Karena sekarang ada Kak Zaid yang akan selalu nemenin Keisya, ada Kak Zaid yang menghapus rasa sepi Keisya. Keisya nggak pernah bermimpi untuk keluar dari kesepian itu, Kak, tapi Allah memberi Kak Zaid untuk Keisya. Terima kasih, Kak."
Zaid membalik tubuh Keisya dan memeluknya erat, menyalurkan kehangatan yang mungkin sedikit mampu membuat Keisya bahagia. Keisya tidak ingin menangis namun tetap saja matanya meneteskan air mata. Terasa seperti mimpi, terasa seperti sebuah ilusi, terasa seperti imajinasi. Dia sudah biasa dengan rasa sakit, kecewa, dan juga sepi. Jadi, Keisya tidak tahu bagaimana caranya mengekspresikan bahagia kecuali dengan menangis.
"Jangan menangis lagi, Sya."
Keisya mengangguk, dia melepaskan pelukannya dan menghapus air matanya sambil terkekeh. Zaid bilang jangan menangis, tapi laki-laki itu juga menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEISYA (Tolong, Cintai Aku Juga) [End]
Spiritual"Aku adalah rumah. Tempatnya menaruh luka, bukan berbagi bahagia."-Keisya Zahara Anggia. Menjalani pernikahan selama lima tahun tanpa perasaan cinta tidak membuat Keisya Zahara Anggia menyerah pada rumah tangganya. Muhammad Zaid Aska. Pria itu menja...