Bagian Tujuh | Malam Romantis

38K 3.5K 155
                                    

Bismillahirrahmanirrahim.

Updated on: Minggu, 14 Juni 2020
Republish: Jum'at, 04 Maret 2022

***

Selamat membaca cerita Keisya dan Zaid.

Vote sebelum membaca dan tinggalkan komentar.

Bagian 7 | Malam Romantis

()()()

Keisya mengerjapkan mata berkali-kali ketika wajahnya seperti terkena cipratan air. Wanita itu berusaha menutupi wajahnya dan membalikkan badan, tapi air itu tetap mengganggu ketenangan tidurnya membuat Keisya membuka mata secara paksa dan mendudukkan diri. Pandangan yang pertama kali dia lihat adalah Zaid yang sudah rapi dengan baju koko warna putih, kain sarung dan juga peci hitam. Terlihat tampan dan dewasa seperti biasa. Namun, apa maksud Zaid mencipratkan air ke wajahnya?

"Allah subhanallah wa ta'ala merahmati laki-laki yang bangun di waktu malam lalu salat dan membangunkan istrinya, jika istrinya tidak mau maka dia memercikkan air pada wajahnya. Dan Allah juga merahmati wanita yang bangun di waktu malam lalu salat dan membangunkan suaminya, jika suaminya tidak mau maka dia percikkan air pada wajahnya."

Zaid tersenyum manis setelah membacakan hadis itu, sedangkan Keisya masih terdiam di tempatnya. Ini seperti malam romantis yang dia inginkan, dan Zaid melakukan ini untuknya? Keisya rasanya ingin menangis saja karena terlalu terharu dan bahagia, dia sama sekali tidak menyangka jika Zaid akan mengerti apa yang dia inginkan. Wanita dengan nama lengkap Keisya Zahara Anggia itu kembali terkejut ketika Zaid mengangkat tubuhnya dan menggendongnya ke kamar mandi, hampir saja Keisya memekik jika Zaid tidak menurunkannya.

"Berwudulah, saya tunggu." Setelah mengatakan itu, Zaid mendorong Keisya pelan ke dalam kamar mandi dan menutup pintu.

Di dalam kamar mandi, Keisya menyentuh dadanya yang berdegup kencang. Kenapa Zaid bisa tahu seperti apa malam romantis yang dia inginkan? Padahal dia tidak menceritakan kepada siapa pun tentang malam romantis yang dia maksud. Yang tahu tentang hal ini juga hanya dirinya dan sang sahabat, lalu kenapa Zaid bisa mengerti? Ah, dari pada memikirkan itu, Keisya lebih baik mengambil wudu seperti yang Zaid perintahkan. Selang beberapa menit Keisya kembali membuka pintu dan sudah ada Zaid yang menunggu sembari memegang mukenah putih miliknya. Laki-laki itu tersenyum manis membuat mata Keisya semakin berkaca-kaca.

"Ini mukenanya, Sya. Mau saya yang pakaikan juga?" Zaid tersenyum menggoda sembari membuka lipatan mukena dan bersiap menyarungkannya ke kepala Keisya.

"Gak usah, Kak." Keisya menolak. Dengan segera dia memakai mukenanya.

Zaid tersenyum tipis dan memberikan elusan lembut di kepala Keisya membuat sang istri menatapnya tak paham. Malam ini Zaid benar-benar romantis. Tidak mengatakan apa pun pada Keisya, Zaid segera berjalan mendahului dan mengambil posisi sebagai seorang imam disusul Keisya yang ikut berdiri di sebelah kanan sebagai makmum. Keisya menahan air matanya agar tidak tumpah ketika mendengar lantunan ayat demi ayat yang begitu merdu. Dari dulu dia memimpikan ini.

Malam romantis.

Malam yang diisi dengan salat sunah bersama dia sang kekasih halal. Malam yang selalu Keisya impikan. Salam ke kanan dan kiri mengakhiri ibadah indah mereka, Zaid membalikkan badannya yang disambut dengan ciuman Keisya di punggung tangan. Keisya menumpahkan air matanya ketika mencium tangan Zaid, tangisannya semakin terisak ketika Zaid membalas dengan usapan penuh kasih di kepalanya. Setelah melepas tangan, kini giliran Zaid mencium kening Keisya lama. Ekspresi yang dia tunjukkan memang tidak banyak seperti Keisya, tapi Zaid tidak bisa memungkiri jika jantungnya berdebar-debar sekarang.

KEISYA (Tolong, Cintai Aku Juga) [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang