Bagian Dua Tiga | Aku Bukan Kamu

25.5K 2.2K 135
                                    

Bismillahirrahmanirrahim.

Updated on: Kamis, 03 September 2020
Republish: Ahad, 10 April 2022

***

Selamat membaca cerita Keisya dan Zaid.

Vote sebelum membaca dan tinggalkan komentar.

Follow Ig: ayusumbari

Bagian 23 | Aku Bukan Kamu

()()()

Keisya masih terdiam ketika Afsheen mengenalkan anak-anaknya. Berlian, Hanan dan Zaid juga ikut bergabung, bahkan Berlian terlihat akrab dengan putra Afsheen yang paling kecil. Tapi, kali ini Afsheen tidak pergi bersama Davian karena katanya suaminya itu ada urusan yang lebih penting. Keisya tidak mampu menahan air mata ketika Afsheen terus saja bercerita banyak hal tentang kebahagiaan wanita itu selama lima tahun terakhir. Kali ini dia tidak merasa iri. Wanita sebaik Afsheen memang pantas diberi kebahagiaan, berbeda dengannya yang memang harus bersusah payah demi satu kebahagiaan yang ingin diraihnya.

Lima tahun Afsheen hidup bahagia, sedangkan dia menderita. Lima tahun Afsheen hidup penuh cinta, sedangkan dia lelah dengan air mata. Lima tahun Afsheen hidup penuh warna, sedangkan dia terjebak dalam warna hitam yang membuatnya buta. Keisya menghapus air matanya ketika dua anak Afsheen mendekat padanya. Dua anak itu mengukir senyuman manis dengan mata berbinar lalu mencium tangannya.

"Nama aku Affa, Bunda. Daffa Argani Sagara, anak Umi paling tampan. Lebih tampan dari Bang Hanan pokoknya!"

Sontak semuanya tertawa mendengar ocehan anak berumur lima tahun itu. Yah itulah Affa dengan sikap penuh percaya diri. Jika semuanya tertawa, maka Keisya terdiam. Apa dia tidak salah jika anak bernama Affa itu memanggilnya Bunda?

"Kalau aku Ifa, Bunda. Haifa Alisha Sagara."

Keisya menoleh menatap anak lima tahun yang lain. Keisya memegang pipi keduanya dengan air mata yang mengalir.

"Kalian panggil Bunda sama aku?" tanya Keisya mencoba menahan haru.

Si tampan Affa mengangguk semangat, dia mengecup pipi kiri Keisya cepat.

"Iya, Bunda! Umi bilang kalau ketemu Bunda harus manggil Bunda. Eh ... gimana ya bilangnya?"

Kening Keisya mengkerut. Ifa yang di sampingnya menepuk kening sendiri membuat orang-orang yang ada di sana tertawa.

"Gini, Bunda. Umi selalu nunjukin foto orang kayak Bunda, kata Umi kalau ketemu orang yang ada di foto itu harus manggil dengan sebutan Bunda. Kata Umi, Bunda itu sahabat terbaik Umi."

Keisya kembali menangis. Zaid berinisiatif  mendekati sang istri, tapi Keisya menolaknya. Dia memeluk anak kembar Afsheen erat sembari mencium keduanya. Affa tersenyum senang, membalas pelukan Keisya tak kalah erat. Sedangkan, Ifa hanya mengulas senyuman tipis dan memeluk Keisya secara sopan.

"Kalian sayang Bunda?" Keisya bertanya setelah melepas pelukannya.

"Tentu. Bunda cantik, Affa sayang- aw!"

Keisya tidak mampu menahan tawa ketika Affa meringis karena Ifa menepuk kening kembarannya. Mereka terlihat sangat lucu dengan sikap polosnya, meskipun Keisya bisa melihat sikap Ifa jauh lebih dewasa.

KEISYA (Tolong, Cintai Aku Juga) [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang