7 | Teror?

155 75 38
                                    

Happy Reading🌼

***

Jam dinding telah menunjukkan waktu hampir tengah malam, namun kedua mataku masih juga enggan menutup untuk sekedar beristirahat. Suara decitan dari ranjang kasurku pun terdengar begitu jelas ketika aku terus mencoba membalikkan badan ke arah kanan dan juga ke arah kiri. Mungkin aku harus segera menghentikkan keributan yang telah aku buat di tengah malam ini. Tak kunjung membuatku segera tidur, justru yang ada akan membangunkan seluruh penghuni panti termasuk Bunda.

Aku terdiam sejenak. Menatap lama ke arah langit-langit kamarku. Hingga perasaan resah tiba-tiba saja mulai datang menggelayuti diriku. Membuatku setengah sadar bahwa ada sesuatu hal yang telah aku lupakan dan mungkin saja ini yang membuatku tidak bisa tertidur.

Meninggalkan sejenak mengenai masalah kelupaan, aku mencoba untuk membangunkan tubuhku dari atas kasur. Berjalan-berjalan di dalam rumah mungkin akan membuatku teringat sesuatu yang telah aku lupakan itu. Atau lebih bagusnya lagi bisa membuatku segera memejamkan kedua mataku ini.

Sudah cukup lama langkah kakiku menyusuri ruang demi ruang yang ada, hingga akhirnya langkah kakiku ini membawaku ke dapur. Sungguh suatu kebetulan, saat ini aku memang sedang haus. Tanganku pun bergerak untuk mengambil segelas air dan meneguknya hingga tak tersisa. Tepat di saat yang bersamaan, ujung mataku tak sengaja melihat sebuah kotak kardus yang terletak di bawah meja makan. Dengan rasa penasaran, aku mencoba untuk mendekat dan langsung saja disusul oleh kedua tanganku yang terulur untuk mengambilnya. Tak sampai di situ, salah satu tanganku pun bergerak untuk membuka penutup kotak itu. Hingga akhirnya aku mengetahui bahwa isi dari kotak itu adalah sampah.

"Gue kira apaan, ternyata cuma sampah," ucapku akhirnya. Tanganku pun kembali bergerak untuk menaruh kotak sampah itu di tempat semula.

"Tunggu dulu ... kayaknya gue gak asing deh sama ini kotak. Kayak pernah lihat, tapi dimana?" tanyaku pada diriku sendiri. Tak jadi menaruh kotak itu di tempat semula, justru sekarang aku sedang melamun sambil membawanya di tanganku. Aku ulangi sekali lagi, bahwa saat ini aku sedang melamun sambil membawa kotak sampah itu di tanganku.

Hingga akhirnya aku teringat sesuatu. Bahwa bentuk kotak ini sama persis seperti kotak paketan yang telah aku terima sore tadi. Kotak paketan yang tidak tertera siapa nama pengirimnya. Dan, kotak paketan yang belum sempat kulihat isinya, hingga sampai sekarang pun aku belum mengetahui isinya.

Setelah meletakkan kotak itu di tempat semula, aku segera bergegas menuju kamarku untuk menghilangkan rasa penasaran yang mulai bersarang ditubuhku terhadap benda itu.

Sebelum diriku benar-benar sampai di kamar, aku melihat pintu kamar Bunda yang setengah terbuka. Dari luar sini aku bisa melihat Bunda yang telah tertidur dengan sangat nyenyak dan itu sudah cukup membuatku tersenyum senang. Aku pun kembali melanjutkan langkah kakiku menuju kamar. Setelah sampai, langsung saja kualihkan pandanganku untuk mencari keberadaan paketan itu di seluruh penjuru kamar. Hingga akhirnya aku berhasil menemukannya di bawah kolong meja belajarku.

Dengan bermodalkan pisau cutter di tangan, aku mencoba untuk membuka lapisan paketan itu.

Namun, suara dering panggilan masuk membuatku mengalihkan pandangan ke arah sumber suara. Segera kuraih ponselku yang terletak tidak cukup jauh dari tempat dimana aku sedang berada.

Siapa sih yang nelpon gue tengah malam gini? tanyaku heran dalam hati.

Kerutan yang berada di keningku semakin terlihat lebih jelas ketika aku telah melihat layar ponselku. Nomor tidak dikenal. Di saat tengah malam begini masih saja ada seseorang yang menelpon, nomor tidak dikenal pula. Dengan ragu, aku mencoba untuk menggeser tombol bewarna hijau pada layar ponselku.

ArishtaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang