37 | Bunga permintaan maaf

24 9 0
                                    

Happy Reading🌼

***

Sesampainya di rumah, aku langsung berjalan pelan menuju ke arah kamarku. Tak lupa untuk kembali menutup pintunya. Tanganku bergerak untuk melempar tas secara asal dan beralih duduk di kursi belajar. Hari yang begitu sia-sia.

Pandanganku menatap ke arah bingkai foto yang berisikan fotoku. Tiba-tiba saja aku kembali teringat akan kejadian teror yang berada di loker. Foto yang tengah aku lihat sekarang adalah foto yang sama persis dengan yang aku temukan di loker. Bagaimana bisa peneror itu mendapatkan yang sama persis? Apakah aku pernah mengunggahnya di social media?

Lagi-lagi penyakit pelupaku mulai muncul. Mungkin saja memang dari social media. Ara begitu sering memposting kegiatan-kegiatan kami di akun social medianya.

"Semenjak kejadian itu, udah gak ada lagi teror apapun," monologku sendiri, sambil terus memegang bingkai fotoku.

Jika dipikir-pikir, memang sudah tidak ada teror apapun lagi. Terakhir kali, ketika aku mendapatkan spam chat dari si peneror itu selama tiga hari berturut-turut. Apakah peneror itu sudah lelah dengan tindakannya? Kalau memang benar, itu sangatlah bagus untukku.

Aku menyandarkan tubuhku pada kursi belajarku. Mencoba untuk menimang-nimang situasiku sekarang.

"Seharusnya gue senang karena ini udah berakhir. Tapi, kok gue malah makin khawatir ya?"

Tangan kananku tanpa sadar terangkat untuk mengelus tengkukku. Entah mengapa, ruangan ini jadi terasa sedikit menyeramkan. Oh ayolah, aku sedang berada di rumahku sendiri. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

"Ahhh! Sebenarnya gue udah buat kesalahan apa sih?!" seruku dengan nada frustasi. Bahkan rambutku kini telah terlihat begitu acak-acakan.

Pandanganku kini beralih menatap ke arah boneka Kaktus yang tidak lama ini diberikan oleh Kak Zarel. "Lo tau gak gue salah apa?" tanyaku padanya. Namun, tidak ada jawaban apapun. Boneka itu masih tetap setia melihat ke arahku dengan senyumannya.

Aku menjatuhkan kepalaku ke atas meja belajarku. "Pusing deh gue. Mana masalah sama Ara belum selesai lagi," keluhku lagi.

Sungguh miris sekali hidupku. Masalah peneroran saja masih belum selesai, justru kini malah bertengkar dengan sahabat.

Ting!
Ting!
Ting!

Dengan malas, tanganku bergerak untuk meraih ponsel milikku pada saku seragamku. Aku dapat melihat nama 'Kak Zarel' yang langsung tertera di layar ponsel.

| Ri?
| Please, jawab chat gue
| Gue bakalan minta maaf sama Ara

Sontak, aku langsung mengangkat kepalaku ketika membaca chat dari Kak Zarel. Jari-jari tanganku bergerak untuk mengetikkan sesuatu.

Serius? |

Tidak membutuhkan waktu lama, pesanku langsung dibaca oleh Kak Zarel dan segera membalasnya.

| Iya

Kapan? |

| Besok
Tpi, gue mau minta bantuan lo

Aku mengernyitkan keningku heran. Bantuan seperti apa yang dimaksud oleh Kak Zarel?

Bantuan apa? |

| Temenin gue beli bunga

Aku tersenyum senang melihat balasan dari Kak Zarel. Ide yang bagus. Ara pasti akan suka.

ArishtaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang