26 | Keceriaan di panti

58 24 11
                                    

Happy reading 🌼

***

Semenjak seminggu belakangan ini, aku merasa hariku sungguh begitu berwarna.

Siapa yang tidak merasa senang, jika bisa bertemu dengan teman masa kecil yang kalian rindukan? Itulah yang aku rasakan sekarang, bahkan jauh lebih daripada itu. Entahlah, akupun tidak tahu lagi bagaimana caranya mendeskripsikan kebahagiaanku saat ini.

"Cafe kuyy!" seru Ara yang telah selesai memasukkan barang-barangnya ke dalam tas.

"Kuyy lahh!" jawab Mao yang tak kalah keras. Sungguh, mereka berdua adalah saudara kembar yang terpisahkan!

"Ri, lo ikut kan?" tanya Anna, yang membuatku mengalihkan pandangan.

Aku sempat berpikir sejenak. Hingga, senyuman masam pun kini terukir di wajahku.

"Kayaknya gue gak bisa deh," jawabku yang merasa tak enak hati.

Akhir-akhir ini aku sudah sangat jarang berkumpul bersama mereka. Bahkan, untuk yang kali ini pun aku harus menolak ajakan mereka. Bukan karena tidak ingin, namun aku sungguh memiliki keperluan yang lain.

"Kenapa?" tanya Anna dengan nada kecewanya.

"Gue ada urusan soalnya," jawabku, mencoba untuk membuat mereka mengerti.

Wajah ceria Ara kini mulai tergantikan dengan wajah kesalnya. "Lo mah selalu sibuk! Gak pernah ada waktu lagi buat kita. Bahkan lo udah gak pernah dengar curhatan gue lagi," keluhnya. Dia berbicara tanpa ingin melihat ke arahku. Sepertinya cewek itu benar-benar ngambek kepadaku.

Aku menghembuskan nafasku panjang. "Iya deh, gue ikut sama kalian," ujarku akhirnya.

Mendengar penuturanku, membuat Ara segera mengalihkan pandangannya. Raut wajahnya kembali berubah menjadi ceria lagi.

Dengan cepat, dia berjalan ke arahku dan segera memeluk lengan kiriku.

"Nah gitu dong!!" serunya yang masih saja memeluk lenganku, tanpa ingin melepaskannya.

🌵🌵🌵

"Ri, lo mau apa?" tanya Ara kepadaku.

Saat ini kami telah berada di sebuah Cafe yang terletak tak jauh dari sekolah. Bukan karena apa? Namun, aku yang meminta mereka untuk mencari Cafe yang dekat dengan sekolah. Aku tidak ingin mengambil resiko pulang terlalu lama dan berakhir dengan nasehat Bunda.

Awalnya Ara sempat menolak keputusanku. Karena dia ingin datang ke sebuah Cafe yang baru saja dibuka dua hari yang lalu. Kabarnya Cafe itu cukup terkenal dengan gaya dekorasinya yang disesuaikan dengan trend anak muda saat ini. Namun, aku mengancamnya dengan beralasan tidak akan ikut, karena lokasi tempat itu yang terlalu jauh. Hingga akhirnya Ara pun menyetujui keputusanku dan berakhirlah kami di tempat ini.

"Gue boba aja," jawabku, tanpa mengalihkan pandangan dari layar ponselku.

"Serius? Lo gak pesen makanan juga? Setidaknya kentang goreng atau apa gitu?"

Aku menggelengkan kepalaku ketika mendengar pertanyaan beruntun dari Ara.

"Gak usah, gue minum aja," jawabku, yang masih terfokus dengan layar ponselku. Angka menit yang terus berganti membuatku menjadi gelisah. Bagaimana jika dia telah menungguku?

"Gue yang traktir deh, lo mau apa?" tanya Ara lagi.

Mendengar hal itu, membuatku menghentikan aktivitasku sejenak. Pandanganku kini tengah menatap kepada Ara yang juga tengah menatapku balik.

ArishtaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang