34 | Hubungan yang mulai meregang

29 10 0
                                    

Happy Reading🌼

***

Sedikit lagi. Tinggal sedikit lagi aku akan sampai di depan kelasku.

Hingga saat itu tiba, aku langsung menuju ke arah tempat dudukku. Aku bisa melihat Ara yang tengah menangis dengan Mao dan Anna yang mencoba untuk menghiburnya.

"Ra, lo dengerin penjelasan gue dulu ya?"

Baru saja tanganku hendak menyentuh Ara, aku telah terdorong ke samping karena ulah seseorang. Ketika aku menolehkan kepalaku, aku dapat melihat bahwa seseorang itu adalah Mao. Ia terlihat begitu marah padaku.

"Lo sadar gak sih? Lo udah punya Kak Bagas. Sekarang lo mau ambil Kak Zarel juga?!" seru Mao dengan keras.

Aku tau kalau Mao begitu peduli dengan masalah apapun yang menimpa kami. Namun, aku belum menjelaskan jika ini hanyalah salah paham.

Dengan pelan aku kembali berjalan mendekat ke arah mereka. "Gak gitu Mao, gue bisa jelasin," tukasku, yang hanya dianggap angin lalu olehnya.

"Gue gak nyangka sama lo, Ri."

Aku menolehkan kepalaku ke arah Anna.
"An? Lo juga gak percaya sama gue?" tanyaku dengan nada lirih.

Aku yakin, Anna tidak akan melihat masalah ini dari satu sisi saja. Aku bisa melihat dari matanya. Masih ada rasa percaya yang Anna berikan untukku.

"Udah, An! Lo gak usah ladenin dia!"

Aku hanya bisa diam ketika Mao mulai menarik Anna untuk menjauh dariku.

Hingga bel pertanda masuk pun mulai berbunyi. Kelas yang tadinya sepi, kini mulai menjadi ramai karena kedatangan teman-teman sekelasku yang lainnya.

Sebaiknya aku membiarkan Ara untuk tenang terlebih dahulu. Jika aku terus memaksa untuk menjelaskan semuanya sekarang, tentunya teman-teman yang lain pasti akan tahu. Aku tidak ingin masalah ini sampai menyebar luas. Karena akan semakin susah untukku menjelaskan kesalahpahaman ini.

Tidak seperti biasanya. Aku sendirian sekarang. Sejak pembelajaran dimulai, Anna yang berada di sampingku tidak pernah mengucapkan apapun kepadaku. Bahkan, Mao yang biasanya selalu memanggilku untuk meminjam pensil pun kini tak lagi terdengar. Mereka benar-benar mengabaikanku.

"Ra, lo gak nyatet?"

Pertanyaan Mao yang masih bisa tertangkap oleh indera pendengaranku. Namun, aku tidak dapat mendengar jawaban apapun dari Anna.

"An, tubuh Ara panas!"

Mendadak, aku menghentikkan aktivitas mencatatku ketika mendengar seruan pelan dari Mao. Ara sakit? Ini semua pasti gara-gara masalah tadi. Ara pasti terus kepikiran.

"Kita bawa ke UKS. Maaf Bu, kami minta izin untuk bawa Ara ke UKS," ucap Anna kemudian, dengan nada yang sopan.

"Memangnya Ara kenapa?" tanya Bu Linda yang terlihat khawatir. Namun, itu tidak dapat dibandingkan dengan rasa khawatirku sekarang.

"Ara demam, Bu."

"Baiklah, Ibu izinkan."

Anna kini telah berdiri dari tempat duduknya menuju ke meja belakang. Setelah itu, aku dapat melihat Anna dan Mao yang berusaha untuk membantu Ara berjalan keluar dari kelas.

Aku tidak bisa hanya diam dan melihat saja. Aku harus membantu sahabatku.

"Sini gue bantu," tukasku sambil berjalan mendekat ke arah mereka.

Namun, uluran tanganku langsung ditepis begitu saja oleh Mao. "Kita bisa sendiri," ucapnya dengan nada dingin. Hingga aku hanya bisa melihat kepergian mereka begitu saja.

ArishtaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang