41 | Permintaan Maaf the Koplak Girls

16 5 0
                                    

Happy Reading🌼

***

"Bunda?" panggilku dengan nada manja.

Bunda menghentikan aktivitasnya mengupas buah, kemudian beralih menatap ke arahku. "Iya," jawab Bunda disertai dengan senyuman hangatnya.

Melihat senyuman dari Bunda membuatku semakin memanyunkan bibirku. "Kapan sih Ari bisa pulang? Ari bosen nih di rumah sakit terus. Ari juga udah sehat banget kok. Tinggal nunggu kaki Ari aja, berobat jalan juga bisa," keluhku.

Tangan Bunda terangkat untuk mengusap-usap kepalaku pelan. "Kata dokter, besok kamu udah bisa pulang," tutur Bunda, yang membuatku langsung tersenyum senang.

"Akhirnya..., Ari bisa pulang juga," ucapku, masih dengan menunjukkan ekspresi luar biasa bahagia. Setelah hampir seminggu dirawat, akhirnya aku bisa keluar dari tempat membosankan ini. Senangnya!!

Pandanganku kini beralih kembali ke arah Bunda. Aku jadi lupa jika beberapa hari ini Bunda selalu menemaniku sampai kurang istirahat.

"Bunda pasti capek ya? Gimana kalau malam ini Bunda tidur di rumah aja? Ari gak perlu dijaga, kan besok udah bisa pulang," usulku.

"Tap—"

"Bunda istirahat aja di rumah. Adik-adik panti pasti juga butuh Bunda," tuturku lagi dengan nada meyakinkan. Jika seperti ini terus, aku khawatir jika Bunda akan jatuh sakit.

"Tapi Bunda gak bisa tenang ninggalin kamu sendirian," tutur Bunda.

Aku terdiam sejenak. Mencoba untuk memikirkan sebuah cara agar Bunda bisa beristirahat di rumah tanpa terus mengkhawatirkan kondisiku.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam," jawabku bersamaan dengan Bunda.

Aku tersenyum ketika melihat objek yang tengah berdiri di ujung pintu ruangan. Mereka sungguh datang di saat waktu yang tepat.

"Bunda gak perlu khawatir, ada mereka yang bakalan temani Ari kok," ujarku cepat dengan sesekali melirik ke arah mereka bertiga.

Ara yang awalnya sempat bingung pun akhirnya mulai sadar dengan kode yang telah kuberikan. Dia mulai menunjukkan senyum sopannya ke arah Bunda.

"Ahh, iya Tante. Kita bakalan temani Ari di sini," ucapnya kemudian.

Anna yang berada di sebelah Ara pun mulai ikut menimpali. "Iya, kita juga udah izin buat nginap di sini kok," jelasnya kepada Bunda.

Bunda sempat terdiam sejenak, hingga akhirnya Bunda memutuskan untuk mulai berbicara. "Tante jadi gak enak sama kalian," tukas Bunda dengan nada tidak yakin.

"Bunda gak perlu sungkan sama mereka, apalagi sama Mao," ujarku yang kembali meyakinkan Bunda untuk kedua kalinya. Setelah itu, pandanganku langsung kualihkan ke arah Mao dan akupun mulai tersenyum dengan sangat lebar.

Aku melihat tatapan tak suka yang diberikan oleh Mao kepadaku. Sedetik kemudian, ia langsung mengalihkan pandangannya kepada Bunda dan tersenyum dengan sesopan mungkin.

"Ah, iya, tante gak usah khawatir," tuturnya.

Bunda terlihat tersenyum lega. "Kalau gitu tante titip Ari sama kalian ya."

"Siap, Tante!"

Bunda mulai berjalan mendekat ke arahku. "Bunda pulang dulu ya sayang," ucap Bunda sambil tersenyum padaku.

"Bunda istirahat aja di rumah, gak usah khawatirin Ari," balasku, tak lupa dengan tersenyum.

Bunda hanya menganggukan kepalanya saja. Setelah itu, langkah kaki Bunda mulai membawa dirinya mendekat ke arah pintu. Hingga akhirnya tubuh Bunda pun tak dapat lagi kulihat sepenuhnya.

ArishtaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang