29 | loker Arishta

33 17 1
                                    

Happy Reading🌼

***

Dengan langkah ringan aku berjalan menuju ke arah di mana lokerku berada. Di sepanjang perjalanan, aku harus terus menampilkan senyum indahku ketika aku berpasasan dengan beberapa siswi yang menyapaku. Sepertinya begitu banyak orang yang kenal denganku. Tapi, apakah mereka akan marah, jika saja mereka tahu bahwa sesungguhnya aku tidak mengenali salah seorang pun di antara mereka?

Tak jarang juga aku mendapati beberapa siswi yang terus melayangkan tatapan sinisnya ke arahku. Walaupun itu tidak secara terang-terangan, mungkin mereka harus tahu bahwa yang memiliki mata di dunia ini tidak hanya mereka saja. Aku juga memiliki dua pasang mata yang masih bisa berfungsi dengan baik dan melihat hal itu sungguh membuatku risih.

"Gue masih gak nyangka Kak Bagas mau pacaran sama cewek kayak dia,"

"Biasa aja,"

"Palingan hubungan mereka gak lama."

Oke, sepertinya aku mulai mengerti dengan situasi sekarang. Semua ini karena statusku yang telah menjadi pacar dari seorang anak pemilik sekolah. Yah..., seharusnya aku sudah memikirkan hal ini sejak awal.

Pucuk dicinta, ulam pun tiba! Seseorang yang telah membuat kondisiku menjadi seperti sekarang akhirnya muncul.

Dengan wajah gembira, aku mencoba untuk melambaikan-lambaikan tanganku ke atas. Berharap seseorang yang sedang berada di ujung sana dapat melihatnya. Dan benar saja, seseorang itu kini tengah melihat ke arahku.

Namun, reaksi macam apa itu?! Tidak ingin membalas lambaikan tanganku, justru dia malah memalingkan wajahnya dan pergi begitu saja.

"Dia marah sama gue?" gumamku dengan nada kecil. Tidak biasanya Kak Bagas bertindak cuek kepadaku. Kecuali, jika dia sedang dalam mode marah.

"Atau, gara-gara masalah kemarin kali ya?" tukasku lagi, yang lebih tepatnya bertanya pada diriku sendiri. Kepalaku kembali memutar tentang kejadian kemarin sore sewaktu di parkiran. Sudah bisa dipastikan jika cowok itu marah kepadaku.

"Lo lihat gak? Itu cewek gak diabut sama Kak Bagas,"

"Kasihan banget ya,"

"Gue bilang juga apa, hubungan mereka gak bakalan lama."

Aku menggeleng-gelengkan kepalaku cepat, berusaha untuk mengeluarkan suara-suara yang tidak penting itu dari telingaku.

"Entar gue minta maaf deh," ujarku akhirnya. Tanpa memperdulikan kondisi di sekelilingku, aku mulai melangkahkan kakiku menuju ke arah tempat di mana loker para siswi berada.

"Aaaa!"

Pintu loker yang telah sepenuhnya terbuka harus kembali tertutup dengan kasar. Secepat mungkin aku berlari menjauh dari tempat di mana lokerku berada. Aku sungguh terkejut sekarang.

"Kenapa-kenapa loker gue bisa ada kecoanya?" tanyaku dengan nada bergetar.

Lokerku terletak pada bagian atas. Bagaimana bisa kecoa-kecoa itu bisa masuk ke dalam sana? Bahkan, jumlahnya tidak sedikit.

Aku mencoba memalingkan wajahku ke arah belakang. Aku menutup pintu lokerku dengan sangat kasar, sehingga kini pintu loker itu kembali terbuka lebar. Pandanganku masih terus berfokus pada binatang menjijikkan bersayap itu.

"Atau jangan-jangan, teror itu masih berlanjut?" tanyaku lagi, mencoba untuk menerka-nerka. Jantungku masih berdetak tidak karuan. Aku masih tidak menyangka dengan kejadian yang baru saja aku alami ini.

ArishtaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang