13 | Memaafkan

86 40 0
                                    

Happy Reading🌼

***

Aku berlari begitu cepat dengan kedua mataku yang terus mengeluarkan air mata dengan derasnya. Hingga membuatku tanpa sadar melangkahkan kaki menuju ke sebuah tempat yang tidak begitu asing. Sebuah tempat yang memiliki keberadaan paling tinggi dengan bangunan sekolah. Dan, sebuah tempat yang membuatku langsung merasa nyaman ketika aku baru pertama kali menapakkan kaki di sini.

Dengan pelan aku melangkahkan kakiku untuk bisa lebih dekat dengan kursi kayu panjang yang terletak di ujung bangunan. Kuletakkan bokongku di kursi kayu itu dengan pandangan yang terus menatap pada pemandangan yang ada di depanku. Aku menikmati setiap hembusan-hembusan angin yang datang menerpa wajahku. Terkadang aku menutup kedua mataku ketika merasakan hembusan angin yang begitu dapat menenangkanku. Rasanya beban yang ada di dalam diriku perlahan mulai menghilang terbawa oleh hembusan angin tersebut.

"Ternyata elo." Sontak aku mengalihkan pandanganku ketika mendengar suara seseorang.

"Kak Zarel? Kok bisa ada di sini?" tanyaku dengan ekspresi terkejut. Bagaimana tidak, tiba-tiba saja aku melihat sosok Kak Zarel yang telah berada tepat di belakangku. Merasakan kehadirannya saja tidak. Jadi, wajar saja jika aku merasa sangat terkejut sekarang.

"Lagi ada urusan," jawabnya singkat.

"Urusan apa?" tanyaku lagi. Maksudku, yang benar saja? Apakah urusan itu begitu penting hingga mengharuskan mereka bertemu di rooftop sekolah?

"Sama Bagas." Mendengar nama seseorang yang diucapkan oleh Kak Zarel membuatku langsung mengalihkan pandanganku tanpa minat. Baru saja aku dapat merasakan ketenangan. Namun, kini perasaan itu mulai kembali lagi. Perasaan teramat sakit yang sedang bersarang di dalam hatiku.

"Pake," ucapnya sambil menyodorkan sebuah saput tangan berwarna navy ke arahku.

Dengan cepat aku segera menyeka air mataku yang telah kembali turun menggunakan tanganku. "Gak usah, Kak. Gue gak apa-apa kok," tolakku sambil tersenyum. Aku harap Kak Zarel tidak tahu mengenai masalahku dengan teman karibnya itu.

"Gue gak tau apa masalah lo dan gue pikir lo pasti butuh ini." Lagi-lagi Kak Zarel kembali menyodorkan saput tangan miliknya. Namun kali ini aku tidak dapat menolaknya, karena salah satu tanganku telah ditarik begitu saja olehnya agar mau menerima pemberiannya itu. Hingga akhirnya saput tangan ini berada di genggamanku, bersamaan dengan kepergiannya yang telah meninggalkan tempat ini.

Kini aku menatap ke arah saput tangan itu lama. Hingga sebuah senyuman pun tiba-tiba muncul begitu saja tanpa bisa aku cegah. Air mata kesedihanku sekarang telah berganti menjadi senyuman kebahagiaan. Ternyata masih ada seseorang yang memilik hati begitu baik.

Hingga akhirnya aku tersadar bahwa keberadaanku telah begitu lama di rooftop ini. Dengan cepat aku menuruni beberapa anak tangga dan segera berlari menuju kelasku.

"Ri, lo kemana aja? Nih, air mineral lo." Kedatanganku langsung disambut sebotol air mineral oleh Anna.

"Thanks ya," ucapku sambil menerima air mineral tersebut. Lalu, tanganku bergerak untuk menyentuh tutup botol itu dan mencoba untuk membukanya.

"Gue dengar dari yang lain lo habis dipanggil ke BK, masalah apa lagi?" Mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut Mao membuatku berhenti meminum air mineralku. Kemudian beralih untuk menatapnya dan tersenyum tanpa ragu.

"Gak apa-apa kok, cuma salah paham doang," ucapku berusaha untuk meyakinkan Mao.

"Oh gitu."

"Syukurlah kalo gak ada masalah. Akhirnya kita bisa tenang." Aku hanya mengangguki ucapan Ara. Yah, kali ini tidak akan ada lagi masalah yang disebabkan oleh cowok itu.

ArishtaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang