28 | Boneka Kaktus

37 15 0
                                    

Happy Reading🌼

***

Tidak memerlukan waktu yang lama, akhirnya aku berhasil menemukan keberadaan Kak Zarel. Cowok itu ternyata juga tengah berada di area parkir yang tak jauh dari posisiku berada saat ini. Dengan langkah cepat aku mulai mendatanginya.

"Kak Zarel!" seruku sambil menepuk bahu kanannya keras.

"Hem," jawab Kak Zarel dengan nada santainya yang masih membelakangiku.

Aku mengerucutkan bibirku ke depan. Ternyata usahaku barusan tidak dapat membuat cowok yang ada di depanku ini terkejut. Mungkin, lain kali aku harus berteriak lebih keras lagi atau menepuk bahunya dengan keras, hingga mampu membuat cowok itu terkejut akan ulahku. Yah, lain kali aku harus mencobanya.

Segera aku bergerak naik ke atas motor Kak Zarel dengan helm yang tentunya telah terpasang di kepalaku. Kak Zarel mulai menghidupkan mesin motornya dan kami meninggalkan halaman sekolah.

"Mau beli hadiah apa?" tanyaku di tengah-tengah perjalanan. Selain itu, aku merasa sedikit tidak nyaman dengan kesunyian di antara kami.

Kepala Kak Zarel terlihat menoleh ke arahku. Tangan kirinya bergerak untuk membuka kaca helm full face yang ia kenakan.

"Adik panti sukanya apa?" tanya Kak Zarel balik, dengan nada yang sedikit keras.

Aku berpikir sejenak. "Apa yang Kak Zarel kasih, pasti mereka suka kok. Atau gak ... gimana kalau kasih sesuatu yang bisa dikenang aja?" usulku.

Sempat terjadi keheningan untuk sementara. Hingga akhirnya, aku kembali mendengar suara dari Kak Zarel. "Gue tau," ucapnya singkat.

Setelah itu, Kak Zarel mulai menaikkan kecepatan berkendaranya, membelah jalanan ibu kota. Untung saja jalan yang Kak Zarel ambil terbebas dari kemacetan. Hingga kami dapat melewati beberapa pengendara motor dan mobil dengan leluasa.

"Toko boneka?" tanyaku, setelah motor Kak Zarel berhenti tepat di depan sebuah toko yang memajang berbagai jenis boneka.

"Anak kecil suka sama boneka," jawabnya dengan nada santai. Kemudian segera menarik tanganku untuk masuk ke dalam toko tersebut.

Cukup memakan waktu yang lama bagi kami untuk menjelajahi seluruh tempat yang ada di dalam toko ini. Apalagi, saat ini aku telah dilanda keraguan yang sungguh besar. Semua boneka yang terpajang di sini begitu imut dan lucu. Ingin rasanya aku membawa semua boneka ini pulang.

"Sudah?"

Aku memalingkan wajahku ke arah sumber suara. Sontak, aku membulatkan kedua mataku dengan mulut yang terbuka lebar. Aku sungguh terkejut.

Bagaimana tidak terkejut? Saat ini, Kak Zarel tengah berjalan ke arahku dengan puluhan boneka yang telah memenuhi troli-nya.

"Ini beneran gak apa-apa? Kayaknya bonekanya kebanyakan deh," tanyaku dengan nada kikuk. Aku merasa tidak enak hati dengannya.

Kak Zarel menganggukan kepalanya. "Gak apa-apa," jawabnya santai.

Pandangannya masih terus menyusuri ke arah pajangan-pajangan yang lain.

Sebelah tanganku bergerak untuk mengambil salah satu boneka yang berada di dalam troli tersebut. Lagi-lagi aku dibuat terkejut setelah aku berhasil menemukan label harganya.

"Satu boneka aja harganya udah segini. Gimana sama yang lain?" gumamku pelan. Harga satu boneka ini setara dengan uang jajanku selama seminggu.

"Kak, gimana kalau bayarnya dibagi dua aja. Kita patungan gitu," ujarku yang mencoba melakukan penawaran. Walaupun sebenarnya aku tidak benar-benar berniat ingin membayar setengahnya.

ArishtaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang