35 | Hibur bagas

29 9 0
                                    

Happy Reading🌼

***

Entah mengapa, hari ini aku begitu banyak menghabiskan waktu bersama Kak Bagas. Hari telah menjelang sore, namun aku masih juga bersama dengannya. Saat ini kami berada di depan minimarket dekat dengan rumahku.

"Minum!" seruku cepat.

Beberapa detik kemudian, terlihat tangan seseorang yang terulur ke arahku dengan memegang sebotol minuman dingin. Seseorang yang kini telah merangkap menjadi pesuruhku.

Aku menerima minuman itu dengan senang hati dan segera meminumnya. Lalu, kembali melanjutkan aktivitas makanku.

Pandanganku kini beralih ke arah Kak Bagas. Kasihan juga melihatnya menjadi pesuruhku.

"Mau gak?" tanyaku mencoba untuk menawarkan amplang kepadanya.

Dia sempat menoleh dan melihat ke arah makanan yang aku tawarkan. Setelah itu dia menggeleng-gelengkan kepalanya dan kembali melihat ke arah jalanan depan.

"Coba aja dulu," tawarku lagi.

"Udah pernah," tukasnya singkat tanpa melihat ke arahku.

Aku menghembuskan nafasku kasar. "Waktu itu pake saos, yang ini gak pake," jelasku yang mencoba untuk meyakinkannya.

"Gak!"

Aku menatap lama ke arah Kak Bagas. Dasar cowok keras kepala! Kapan lagi dia bisa merasakan kebaikan hati dari seorang Ari?

"Satu aja deh. Nih, gue ambilin yang kecil," ujarku masih tak mau mengalah. Tanganku bergerak untuk mencari satu amplang yang terlihat paling kecil di dalam bungkusan.

Setelah berhasil mendapatkannya, segera aku ulurkan tanganku untuk mendekat ke arah mulut Kak Bagas. Namun, bukannya mau membuka mulut, cowok itu justru menjauhkan kepalanya dariku.

"Makan," ucapku dengan sedikit penekanan. Masih saja keras kepala.

Mendengar ucapanku, membuat Kak Bagas pun akhirnya mau memalingkan pandangan ke arahku. Dengan segera, aku memberikan tatapan tajamku kepadanya. Berharap dia akan menurutiku.

Benar saja, dia mulai mendekatkan kembali kepalanya. Bahkan mau menerima suapan amplang dariku.

"Enak kan?" tanyaku dengan percaya diri. Tidak ada yang bisa menolak keenakan amplang.

Kak Bagas mengangguk-anggukan kepalanya pelan. "Lumayan," jawabnya acuh, sambil terus mengunyah.

Aku tersenyum mendengar ucapannya.
"Suka juga kan," tuturku kemudian dan kembali memasukkan beberapa amplang ke dalam mulutku.

"Udah baikan?"

Aku mengalihkan pandanganku ke arah Kak Bagas.

"Em," jawabku dengan mulut yang masih penuh dengan makanan.

"Udah mau cerita?" tanyanya lagi. Kali ini aku hanya memilih untuk menganggukan kepalaku saja.

Aku mengunyah makanan yang ada di mulutku dengan cepat, kemudian segera menelannya.

"Gue lagi berantem sama sahabat gue. Ara ngira kalau gue nikung dia. Padahal gue gak ada hubungan apa-apa sama Kak Zarel. Bahkan, Mao sama Anna juga lebih mihak ke Ara," jelasku dengan nada sedih.

Aku tidak bisa menutupi kesedihan hatiku ketika semua sahabat yang aku miliki mengabaikanku begitu saja.

"Gue udah berusaha buat jelasin semuanya ke mereka. Tapi, mereka gak ada yang mau denger ataupun percaya sama gue," tambahku.

ArishtaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang