Pelajaran sejarah yang dibawakan oleh Mr. Fredeus sangatlah membosankan. Pria berambut pirang pucat itu mengenakan kemeja putih bergaris hitam dan celana panjang kotak – kotak berwarna hijau tua, membuatnya nampak seperti kutu buku yang sering di bully.
Saat ini Mr. Fredeus tengah sibuk membuat sejarah menjadi pelajaran yang menyenangkan bagi generasi muda, begitu katanya. Sejak setengah jam yang lalu nama Ethan Carey sudah dua kali disebut, hingga yang ketiga kalinya—Beatricia tidak pernah mengakui Ethan sebagai sahabatnya jika pemuda itu sudah berulah—Mr. Fredeus menghampiri sekumpulan anak laki – laki yang duduk dibarisan belakang.
Sejak tadi Ethan dan kelompoknya sibuk mengobrol—dari sependengaran Beatricia—membicarakan aksi mereka mengusik anak – anak dari kelompok musik yang takut dengan cicak. Sayang sekali suara tawa mereka tidak bisa teredam dari pendengaran Mr. Fredeus dan pada akhirnya kelima anak laki – laki itu diberi kuliah dadakan dan pelajaran sejarah terhenti seketika.
Namun kali ini Beatricia berterimakasih kepada Ethan dan teman – temannya, karena dia sedang sangat bosan mengikuti pelajaran sejarah.
Pelajaran Mr. Fredeus berakhir dengan Ethan dan teman – temannya diminta untuk menghadap ke ruang kepala sekolah. Beatricia mendesah diam – diam, dia akan pulang sendiri hari ini, Ethan dipastikan akan terkurung di ruang eksekusi itu hingga matahari nyaris tenggelam. Mungkin Beatricia akan mampir ke rumah Ethan dan memberitahu hal ini ke pada ibunya.
Beranjak dari tempat duduknya dan mengambil tas dukung merah mudanya, Beatricia keluar dari ruang kelas sejarah. Dia merasakan pundaknya di rangkul dengan cukup kencang, membuat punggungnya bertabrakan dengan dada orang yang merangkul pundaknya.
"Ethan!" desis Beatricia kesal.
Pemuda pirang itu hanya memperlihatkan deretan gigi putihnya, tanpa melepaskan rangkulannya dia berbisik dengan nada takut.
"jangan beritahu ibu ku, ya?" Beatricia melihat iris hijau itu menatap penuh harap dan sedikit memelas. "dia akan mengembalikan komputer ku ke rumah paman jika dia tahu aku masuk ke ruang kepala sekolah lagi."
Beatricia berdecak, memutar matanya dan mengibaskan rambut hitamnya yang nyaris menutupi wajah. "siapa suruh kau ribut."
"ayolah, Deven. Tolong lah aku."
Beatricia mendorong Ethan pelan, menjauhkan dirinya dan menatap pemuda itu dengan alis bertaut. "dengar, Carey. Baiklah, aku tidak akan beritahu ibu mu, namun dengan satu syarat."
"baiklah, apa?" Ethan terlihat malas, namun Beatricia tahu pemuda itu tidak punya pilihan.
Tersenyum penuh kemenangan, Beatricia membusungkan dadanya. "nanti, akan ku pikirkan."
Terdengar decakan dan gumaman dari Ethan namun pada akhirnya dia mengangguk dengan memutar mata. "ya, terserah. Jadi, janji, ya?"
"tentu saja!" Beatricia menepuk pundak pemuda itu beberapa kali, sekalian memberi simpati. Ethan segera menepis tangan Beatricia dan memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana.
"ya sudah, aku pulang dulu. Selamat dihukum!"
Beatricia berlalu sembari melambaikan tangannya, Ethan berdecak di belakang sana. Bersenandung riang Beatricia keluar dari wilayah sekolah, dia agak senang sekarang. Dia akan memikirkan apa yang dia akan minta kepada Ethan nanti.
Menatap jalanan yang cukup padat, dia menunggu lampu penyebrangan berubah warna menjadi hijau untuk pejalan kaki. Dan segera mengambil langkah lebar untuk menyebrang jalan saat lampu hijau menyala.
Beatricia berhenti melangkah saat ia tiba di jalan besar yang mengarah ke sebuah jembatan yang menghubungkan kota sebrang dan kota ini. Beatricia menatap ke arah kanan di mana jembatan dan kota sebrang sana berada. Orang-orang kota Vidonia biasa menyebut kota bagian sebrang sebagai Kota Tua, hal itu dikarenakan bentuk bangunan kota yang masih berkesan klasik dan kebanyakan telah ditutup.
KAMU SEDANG MEMBACA
CURSE OF THE BLACK HEART (END-REVISI)
ParanormalBeatricia Deven hanyalah segelintir dari banyaknya anak 17 tahun dimuka Bumi, dan dari sejumlah remaja yang kesulitan menghadapi masa-masa muda di hidupnya. Karena memiliki tubuh yang gemuk dan penampilan yang buruk, dia kerap mendapatkan kekerasan...