Beatricia tidak pernah menyangka kalau rumah yang dibangun di tengah hutan itu dapat lenyap seketika. Sekali lagi, ingatkan dia siapa pemiliknya, tepat saat mereka semua keluar dari dalam rumah dan saat Beatricia berbalik untuk menatap gubuk kecil itu, hanya menyisakan sebuah tanah kosong tanpa ditumbuhi rerumputan.
Beatricia dapat merasakan gejolak rasa kesal sekaligus malu saat di dapatinya Tessa menatap dirinya sembari menahan tawa. Sepertinya gadis penyihir itu melihat dirinya terkejut saat melihat rumah itu hilang. Beatricia sangat ingin berteriak untuk membela diri—siapapun, jika kau tidak pernah melihat rumah menghilang sebelumnya, akan terkejut saat melihat hal itu—namun dia tahan niatannya itu untuk nanti.
Situasi saat ini tidak memungkinkan mereka untuk meneriakkan kekesalan. Apa lagi sepertinya Tessa memiliki dendam terselubung terhadapnya, walau Beatricia tidak pernah merasa jika dirinya pernah melakukan sesuatu yang buruk terhadap Tessa.
Godwar berada ditengah lapangan kosong, dengan jubah penyihirnya—Beatricia mengira akan melihat Godwar dengan tongkat sihir yang terbuat dari kayu setinggi tubuh pemiliknya—dan sekantung bubuk peri yang diberikan Vilia. Godwar mengatakan kalau bubuk itu akan digunakan untuk menyamarkan diri mereka dalam Hutan Gagak agar tidak terdeteksi, dan menghindari sengatan sihir hitam yang memenuhi udara di hutan itu.
Jujur saja, mendengar hal itu membuat Beatricia merasa cemas terhadap Ethan. Dia tidak ingin memikirkan hal buruk sekarang, dia ingin semuanya akan berakhir dengan aman. Ethan akan kembali saat mereka menyelesaikan tugas masing-masing, namun dengan kenyataan kalau Ethan akan langsung berhadapan dengan penyihir Openos—mengingat si peri penghianat Nubian saja memiliki kuatan yang hebat—walau di bantu oleh Godwar dan Tessa, penyihir-penyihir hebat itu. Dia masih mencemaskan soal Ethan, Beatricia tidak meragukan kemampuan mereka, tapi, tetap saja.
Menghampiri Ethan yang tengah mempersiapkan dirinya, walau wajahnya juga terlihat gusar sejak tadi. Beatricia menyikut pinggangnya membuat Ethan menoleh dengan kening mengeryit.
"apa?"
"tidak, hanya." Beatricia menghentikan kalimatnya, dia berbalik untuk menatap Ethan dari ujung rambut hingga ujung kaki. Dia benar-benar berhadap semuanya akan berakhir dengan baik, dia tidak ingin menjadi penyampai pesan buruk untuk keluarga Carey. "dengar, aku tahu kau hebat, kuat, dan berani. Tapi, tetap berhati-hati. Tetap bersama Godwar dan Tessa, jangan sampai terpisah dari mereka."
Mendengar itu membuat Ethan mengeryit, lalu tertawa hingga memegangi perutnya. Beatricia yang sejak tadi dilanda kekawatiran merasa dipermainkan. Dengan kesal dia memukul kaki Ethan dan berteriak.
"hei! Aku serius. Aku khawatir! Jangan buat ini sia-sia. Aku tidak akan tahu apa yang akan ku lakukan jika kau tidak kembali! Jadi berjanjilah! Kau akan kembali—" Beatricia menahan kalimatnya, dia benci perpisahan. Tidak, dia sudah sering merasakan perpisahan, dengan orangtuanya yang selalu jauh darinya. Namun, cukup mereka, kedua orangtuanya akan kembali beberapa bulan lagi. Beatricia bisa pastikan itu, tapi, dia tidak bisa pastikan jika Ethan bisa kembali atau tidak.
Beatricia mencoba mengatur pernafasannya yang tersendat oleh getaran di tubuhnya, air matanya sudah menggenang di sudut mata. Dia tidak ingin menangis, dia tidak ingin terlihat cengeng. Jika hal ini saja bisa membuatnya menangis, bagaimana jika hal buruk terjadi dan dia masih harus mempertahankan satu-satunya keselamatan dunia? Dia tidak mungkin langsung jatuh terpuruk, bukan?
Menyekan air matanya, Beatricia kembali mendongak menatap Ethan yang menatapnya dalam. Setidaknya dia senang pemuda itu tidak kembali menertawakan kekhawatirannya yang serius.
"lakukan yang terbaik." Kata Beatricia penuh penekanan.
Ethan menatapnya beberapa saat, lalu mendengus dan tersenyum. "tentu saja, kau terlihat membosankan sekarang. Jangan berlaku seperti ibu ku, aku akan baik-baik saja. Aku akan kembali pada mu, pegang janji ku itu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
CURSE OF THE BLACK HEART (END-REVISI)
ParanormalBeatricia Deven hanyalah segelintir dari banyaknya anak 17 tahun dimuka Bumi, dan dari sejumlah remaja yang kesulitan menghadapi masa-masa muda di hidupnya. Karena memiliki tubuh yang gemuk dan penampilan yang buruk, dia kerap mendapatkan kekerasan...