30. Yang Terikat

20 7 0
                                    

Beatricia masih berada di ruangan bercahaya tanpa ujung itu. berjalan perlahan bersama dirinya yang lain di sampingnya, juga menyamakan langkah mereka sembari bersenandung, nampak tenang seolah tengah mengikuti tur sekolah yang diadakan disebuah kebun binatang.

"Erenkinza'kal," panggil Beatricia, suaranya tidak seserak tadi namun kemuraman masih terdengar jelas.

"ya?" sahut Erenkinza'kal tanpa minat menoleh kearah Beatricia dan memilih menikmati kekosongan cahaya di sekitarnya.

"bukankah waktu mu tidak banyak?"

Erenkinza'kal meliriknya dengan kening berkerut tak suka. "apa kau mengusir ku? Padahal aku sudah membantu mu!"

Beatricia memutar mata dan mendesah. "kau mengatakannya, aku hanya berfikir akan merangkai ucapan terimakasih dan selamat tinggal. Lalu bergegas menemukan pintu keluar dari tempat berkilau yang membuat mata ku sakit ini, sebelum pemilik tempat ini menghilang."

"oh, tidak akan secepat itu juga." Erenkinza'kal merenggangkan otot lengannya, seolah telah menggunakannya untuk memindakan kotak kardus berisi penuh ke dalam loteng. "setidaknya, hingga beberapa menit kedepan. Ku harap kau tidak keberatan dengan keberadaan ku."

Sekali lagi Beatricia memutar matanya lalu menggeleng malas. "tidak, tidak sama sekali."

Bukan maksudnya Beatricia tidak nyaman dengan keberadaan Sang Penyihir pertama yang telah membuat sumpah aneh yang bersamaan memberikan keuntungan untuk orang-orang di berbagai masa setiap kekacauan terjadi. Namun tetap saja, mengetahui kenyataan kalau kau berjalan dengan seseorang yang sangat mirip dengan mu terasa sangat aneh, seperti melihat cermin yang membangkang dari kenyataan pantulan nyatanya.

Kedatangan Erenkinza'kal juga patut dia syukuri, Beatricia tertorong dengan kedatangannya. Dia memang memerlukan seseorang untuk menamparnya dan menariknya dari keterpurukan. Beatricia belum pernah merasakan kehilangan dan awalnya dia berfikir tidak akan pernah merasakannya, kehilangan berbeda dengan rasa kesendirian yang memiliki ujung yang selama ini dia rasakan.

Orangtuanya akan pulang beberapa bulan lagi, dan mereka akan melakukan kegiatan seperti biasa dengan kecanggungan jika Beatricia tidak menarik diri dari kesendiriannya di dalam kamarnya yang nyaman. Mungkin Beatricia harus berinteraksi dengan orang tuanya saat mereka pulang, kapan lagi dia dapat merasakan kebersamaan layaknya sebuah keluarga sungguhan, bukannya bayangan yang selama ini dia ikuti.

Lalu sesuatu mendorongnya dengan kuat, kenang-kenangan seorang Ethan menghambur masuk seperti air yang ditumpahkan di atas kepalanya. Beatricia menggeleng cepat, menghilangkan kenang-kenangan itu untuk sementara. Berlama-lama mengenang masa silam tidak akan ada gunanya dan pada saat ini dia perlu berfikir jernih.

"apa rencana mu, Beatricia?"

Beatricia menoleh kearah Erenkinza'kal sejenak dan merunduk melihat sepatuhnya yang menginjak daratan bercahaya yang tidak biasa. Tentu saja. Seperti yang dia fikirkan sebelumnya, dia memang perlu berfikir jernih sekarang.

"Openos telah mendapatkan apa yang dia inginkan, yang bisa ku lakukan sekarang adalah menggagalkan rencananya."

Erenkinza'kal mengerutkan keningnya dan menatap langit bercahaya. "tepat. Tapi ku rasa tidak akan sesederhana itu, walau lokasi dia berada sudah di ketahui. Dan kau memiliki tekat untuk balas dendam, yang ku harapkan tidak akan segera pudar. Bagaimana kau menggagalkan rencananya?"

Beatricia melirik Erenkinza'kal dengan tajam, dia mendesah berat dan menghantikan langkahnya. "Menggunakan kekuatan mu! Tentu saja karena hanya itu yang bisa ku lakukan. Rencana lain akan datang saat aku terdesak!"

Erenkinza'kal mendesah dan melipat tangan di depan dada. "termasuk menyerah?"

Mendengus, Beatricia mengalihkan pandangannya kearah lain. "ku harap tidak datang dengan cepat."

CURSE OF THE BLACK HEART (END-REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang