Paduan warna dari pohon-pohon tinggi yang melengkung di atas kepala dan menyaring cahaya sehingga segalanya terasa lebih lembut dan terang pada saat bersamaan. Kupu-kupu yang memiliki pola-pola berbeda pada sayapnya terbangan seperti tengah menari mengikuti angin yang berhembus. Samar namun pasti, Beatricia dapat mendengar lantunan musik yang manis namun janggal.
Keajaiban yang dibawanya terasa begitu nyata, Beatricia sempat mengira kalau dia tengah tertidur sambil berjalan. Langkahnya semakin terasa gontai, kantuk menyerangnya tiba-tiba karena terlalu banyak menghirup aroma manis yang menggoda. Namun tangan Luc seolah menahannya agar tetap sadar, dan Vilia yang terbang di sampingnya, mengamati pepohonan di sekitarnya sembari bersenandung mengikuti alunan musik. Sepertinya pixie itu juga mendengarnya.
Beatricia mencoba menghilangkan rasa kantuknya dengan menggelengkan kepala, menepuk wajah dan memelototkan matanya menatap sekitar. Pemandangan tenang dan indah namun terasa gelap dalam artian berbeda. Tak ada yang buruk—sangat sempurna untuk tempat bersenang-senang—tidak ada kesan menakutkan sama sekali seolah dunia itu menolak rasa takut.
Mereka berjalan selama beberapa menit hingga Beatricia menangkap cahaya yang lebih terang memasuki indra penglihatannya, membuatnya harus mengeryit sesaat dan menyesuaikan dengan penglihatannya.
Hamparan rumput hijau muda dan keemasan yang berakibat dari cahaya yang menyembur dari langit. Beatricia mendongak untuk menatap langit cerah yang gembira hari itu. Semakin lama dia menatap keatas semakin kuat pula rasa kantuknya. Ada apa ini? Dia tidak bisa mengendalikan tubuhnya.
Beatricia menahan matanya agar tidak terpejam, dia berusaha keras dan berharap menemukan aliran sungai untuk membasuh wajah. Dan tiba-tiba pendengaranya mendengar gemerisik air yang deras, Beatricia segera membuka mata lebar-lebar dan menarik tangannya yang digenggam luc.
"sebentar, bisahkan kita pergi ke arah sungai?" kata Beatricia penuh harap, dia tidak tahu berapa lama lagi dia dapat bertahan dari kantuknya.
Luc berhenti berjalan dan menatapnya, lalu menatap sekitarnya atau hamparan rumput berkilau yang menggoda untuk menidurinya atau sekedar berbaring menatap langit yang cerah.
"kau memikiarkan untuk pergi ke sungai?" tanya Luc, membuat Beatricia mengeryit bagaimana dia tahu, sebenarnya lebih tepatnya dia memikirkan air.
"ya," kata Beatricia cepat, terasa begitu putus asa. "aku mengantuk, aku harus membasuh wajah ku dengan air."
Luc menghela nafas panjang dan kembali menatap sekitarnya. "tidak perlu, kau akan dapatkan apapun yang kau inginkan di sini. Tapi sebaiknya tidak kau turuti apa mau mu itu, jika tidak kau bisa tersesat."
"apa maksud mu?" tanya Beatricia terdengar marah, ya dia marah, karena apa yang dia inginkan tidak terpenuhi. Dan anehnya dia merasa tubuhnya memerintah sendirian.
"bangun, Beatricia." Kata Luc dan menyentakkan tangannya yang menggenggam tangan Beatricia.
Beatricia tersentak, nyaris terduduk di jalanan jika Luc tidak segera menariknya untuk kembali berdiri. Beatricia menyentuh kepalanya yang terasa berputar-putar, seolah baru saja dikejutkan saat dia hampir tertidur. Beatricia menatap Luc dengan kening berkerut bingung.
"apa—apa yang terjadi?" katanya linglung.
Luc mendesah dan menarik tangannya kembali membuat Beatricia berjalan di sampingnya. "tempat ini diciptakan untuk memberikan kepuasan tanpa kau merasa puas. Namun itu hanyalah ilusi, kaum ku tidak memerlukan segerombolan kesatria untuk menjaga perbatasan kami, hanya memberikan sedikit kekuatan yang dapat membuat manusia bahagia dan puas."
Mendengar perkatan Luc membuat Beatricia bergidik, dia ingin menjauhkan dirinya dari Luc namun tangannya masih digenggam erat oleh peri itu.
"tidak," kata Luc tegas, wajahnya melembut saat menatap Beatricia kemudian. "sebaiknya kau tetap ku pegang, pengaruh dari dunia ini akan semakin kuat jika kau ku lepaskan. Mungkin lady Bronya bisa mengurangi sedikit efeknya pada mu nanti."
KAMU SEDANG MEMBACA
CURSE OF THE BLACK HEART (END-REVISI)
ParanormalBeatricia Deven hanyalah segelintir dari banyaknya anak 17 tahun dimuka Bumi, dan dari sejumlah remaja yang kesulitan menghadapi masa-masa muda di hidupnya. Karena memiliki tubuh yang gemuk dan penampilan yang buruk, dia kerap mendapatkan kekerasan...