23. Pembebasan Sepihak

21 8 0
                                    

Cahaya keemasan menjadi sinar yang lebih terang dari pada sinar bulan purnama malam itu. Hilang dan menyisakan sekelompok orang berdiri di padang rumput gelap tanpa cahaya, di ujung yang mereka punggungi cahaya kecil bagaikan bintang terlihat dan atap-atap rumah menjulang menjadi bayangan.

Beatricia menatap sekitarnya dengan saskama. Gelap dan sunyi, bahkan tidak terdengar suara hewan malam sekali pun. Dia mendongak untuk melihat langit malam yang di hampari oleh lautan bintang yang terlihat sangat jelas, apalagi dikarenakan tempat mereka saat ini yang gelap.

Berbalik ke arah hutan lebat yang ada dihadapannya, kening Beatricia berkerut saat menatap hutan itu lalu menoleh kearah Luc.

"dimana kita?" tanya Beatricia.

"belakang Kota Kabut," jawab Luc singkat, dan tanpa menolehkan kepalanya dia mengambil langkah memasuki hutan.

Beatricia melirik Ethan yang berdiri di sampingnya, sama-sama mengerutkan kening bingung. Dia berterima kasih sebesar-besarnya kepada Luc dan Vilia yang telah menyelamatkan mereka dari sidang itu, yang sebenarnya tidak di duga. Beatricia malah sempat berfikir kalau Joan yang akan menyelamatkan mereka, tapi siapa sangka? Malah orang-orang yang seharusnya tidak menampakkan diri mereka dihadapan orang-orang Kota Kabut yang malah menolong mereka.

Walau sepertinya pertolongan tepat waktu itu memiliki tujuan lain selain hanya sekedar menyelamatkan saja. Luc sudah memasuki hutan bersama Vilia yang bagaikan bintang di dalam kegelapan hutan, menjadi titik cahaya yang menerangi sekitar mereka.

Apapun itu rencana Luc dan sepertinya mereka juga harus mengikuti pemuda peri itu, tidak mungkin Luc hanya menyelamatkan mereka dan membawa mereka ke tampat yang entah di bagian mana dari Kota Kabut.

Mengambil langkah panjang, Beatricia mencoba menyamakan langkah mereka di ikuti Ethan dari belakangnya. Dengan susah payah melewati semak-semak tinggi dan tanah yang lembab, mengingatkan Beatricia dengan hutan yang harus mereka lewati sebelum mencapai jembatan penghubung menuju Kota Kabut. Beatricia masih bertanya-tanya bagaimana neneknya dapat melewati hutan itu dengan keadaan bersih, mungkin dia bisa menayakannya kelak, itu pun kalau mereka masih bisa kembali.

Vilia melirik beberapa kali kearah Ethan yang nampak gusar saat melewati semak setingi pinggang dan akar-akar pohon yang mencuat dari tanah, Beatricia memperhatikan mereka dan berfokus ke arah Ethan yang seperti tengah menahan gejolak untuk memekik.

"ada apa?" tanya Beatricia pada akhirnya.

Ethan meliriknya singkat dan menggeleng. "tidak, hanya—aku merasa bosan, sungguh perasaan yang aneh. Aku tidak mengerti, aku berfikir untuk menggunakan kuda atau memotong semak-semak ini. Sungguh, ini menganggu sekali."

"wajar," Beatricia sontak menoleh saat mendengar Luc berbicara, benar-benar dibuat terkejut setelah mendengar suara peri itu yang bagaikan lantunan musik alam yang misterius. "Berkuda melintasi medan perang, mengangkat pedang dan menarik busur. Segalanya sudah dipersiapkan, Sang Kesartia tidak melewati medan berlumpur dengan mengendap, namun langsung terjun ke medan peperangan. Wajar bila kau tidak biasa berlama-lama."

"bukan salah ku, kebiasaan ini tidak membuat ku nyaman. Jadi, bisakah aku menggunakan kuda?"

Beatricia menatap Ethan dengan kening berkerut. "kuda?" ulang Beatricia yang membuatnya bingung. "tidak ada kuda di sekitar sini, Ethan."

Mendengar itu Ethan memutar mata malas. "aku tidak bilang akan mencari kuda, aku hanya bilang apakah aku bisa menggunakan kuda sekarang? Aku bisa memanggil kuda ku dan membawa kita lebih cepat."

"tidak," potong Luc tegas, dia melirik melalui ekor matanya. "jika kau gunakan kekuatan mu sekarang, kemungkinan para Dewan dapat mendeteksi keberadaan kita. Sebenatar lagi, kita akan sampai ke tempat tujuan."

CURSE OF THE BLACK HEART (END-REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang