14. Catatan Hitam

20 8 0
                                    

Joan menuntun mereka menuju pinggir kota, dimana perbatasan antara kota dan danau yang dibatasi oleh pagar batu setinggi satu meter lebih dengan tiang-tiang lampu jalan. Sebuah gerbang besi membatasi satu sisi dengan jembatan yang mengarah ke kabut tipis di ujung danau yang merupakan hutan di jalanan Kota Tua.

Beatricia menatap sosok Joan yang menuntun mereka, membutuhkan waktu beberapa menit dengan berlari tanpa henti—dan Beatricia nyaris jatuh tersungkur beberapa kali karena kelelahan dan nyaris kehabisan nafas—pada akhirnya sampai ke pinggir kota.

Di balik gerbang atau pintu keluar masuk antara Kota Kabut dan daerah luarnya. Beatricia mengenali jembatan yang sebelumnya hendak mereka gunakan untuk masuk, namun pada akhirnya Joan menuntun mereka ke jalan lain yang lebih aman.

Ingin sekali Beatricia menanyakan dari mana saja sosok Joan selama ini. Dia tidak melihatnya dimanapun, dan Beatricia merasa jika sosok itu tidak hadir di antara mereka akan terasa sangat aneh.

Sepertinya Joan tidak berniat menjelaskan apapun selama perjalanan mereka dan terus membimbing mereka. Hingga dia tiba-tiba berhenti dan berlari kesalah satu bangunan di pinggir jalan yang berseberangan dengan danau. Dia berjongkok pada salah satu gerobak usang dan tumpukan barang-barang.

Beatricia dan Ethan mengikutinya dari belakang dan ikut merunduk. Ethan hendak melemparkan kata-kata kekesalannya yang telah dia pendam beberapa saat yang lalu. Namun dia menahan perkatannya saat melihat sesuatu yang melewati jembatan, dari arah luar Kota Kabut.

Gerbang menuju Kota Kabut terbuka lebar saat rombongan orang-orang berjubah perak dengan tunggangan kuda putih bersurai hitam mereka memasuki kota. Suara derap kaki yang tegas dan perlahan memperlihatkan kewibawaan mereka, sosok-sosok itu terdiri dari laki-laki dan perempuan dewasa dengan wajah pekerja keras.

"Dewan Luar," gumam Joan namun dapat terdengar oleh Beatricia.

Sesuatu membuat kembali jantungnya berdetak cepat. Beatricia sedikit menjulurkan kepalanya untuk melihat sosok-sosok itu, dia ingin memastikan sesuatu yang sangat penting.

Dan dia menemukannya, sosok wanita berambut coklat kemerahan lurus—yang dia ragu kenapa tidak memutih mengingat usia pemiliknya—dengan jubah perak yang sama dengan yang lain. Sosok Genna Anyellen menunggangi kuda putihnya dan berjalan paling depan, seolah memimpin rombongan.

Mereka bergerak lebih cepat saat menginjak kota, suara derap kaki kuda putih gagah mereka terdengar walau mereka telah menjauh. Suasana sepih kota itu hanya menyisakan derap kaki kuda mereka yang menjauh.

Joan keluar dari tempat persembuyiannya di ikuti oleh Beatricia dan Ethan. Dia berjalan kearah gerbang yang kembali tertutup dengan sendirinya, menghadap kearah jalanan yang dilewati Genna dan rombongannya. Jalanan itu telah kembali sepih, walau sayup-sayup mereka masih mendengar suara derap sang kuda.

"mereka selalu datang terlambat." Joan bergumam dengan wajah datar, sedikit Beatricia dapat menangkap nada mencemoh dari perkataannya.

"itu tadi, nenek, bukan?" Ethan memastikan, menoleh kearah Beatricia.

Beatricia melirik Ethan sekilas dan kembali menatap jalanan. "ya, aku melihatnya."

"bagus untuk mu." mereka menoleh kearah Joan yang berbicara. "sebaiknya kalian kembali, Dewan Luar telah datang untuk mengurus semuanya."

"ya—"

"tunggu dulu," Ethan memotong perkataan Beatricia, maju lebih dekat kearah Joan dan menatapanya tajam. "dari mana saja kau?"

Joan terdiam beberapa saat. "aku ada urusan, kalian tidak bilang akan datang."

"Kodar tidak memberitahu mu?" tanya Beatricia.

CURSE OF THE BLACK HEART (END-REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang