Joan bangkit dari duduknya, dia melirik danau singkat dan menatap Beatricia dengan pandangan datar. Dia menuju kearah gadis itu dan berhenti tepat di depannya, Joan merunduk menatap Beatricia yang masih terpaku bagai terkena sihir pengekang. Dia melirik tongkat perak yang tergeletak di atas dedaunan kering.
Merunduk, Joan memungutnya, namun tongkat itu banyak tidak bisa dia sentuh, tergeletak di atas rumput-rumput kering. Dia menatap tangannya sesaat, tangan itu semakin pucat bahkan tanpa dia sadari, sudah terlalu banyak waktu yang dia buang selama ini. Joan mendesah dan mendongak kearah Beatricia.
"aku tahu, aku tak termaafkan. Bahkan kehidupan kedua pun dengan penebusan doa tidak cukup untuk memberikan pengampunan."
Tubuh Beatricia tak bergerak, Joan menghal nafas dan kembali menatap tongkat. Sekali lagi dia mencoba untuk mengambil tongkat itu, namun tangannya bahkan melewati dedaunan.
Menarik kembali tangannya, Joan mendesah berat. "bahkan penyihir itu mengambil lebih banyak setelah apa yang ku lakukan."
"aku belum mati, Beatricia." Joan terdiam beberapa saat, menunggu reaksi dari Beatricia namun dia tidak mendapatkan apapun.
"aku koma, seharusnya tidak begitu. Seharusnya aku baik-baik saja, hanya tiba-tiba dan itu sudah direncanakan." Joan nampak terkejat oleh suaranya sendiri, dengan kening berkerut menahan rasa sesak di dadanya yang tidak memerlukan udara. "Ibu ku adalah seorang penyihir, dia pernah mengambadi pada Openos sebelum di tangkap. Setelah bertahun-tahun kemudian—setelah ibu ku berkeluarga dan melupakan pengabdiaannya—Openos tiba-tiba datang, benar-benar tidak terprediksi. Terjadi setahun yang lalu, dan aku masih sangat ingat. Dia mengancam ibu ku, dia meminta ibu ku untuk menemukan Para Legenda dan mengambil kunci dari Sang Penyihir."
"Ibu ku menolak," Joan tercekat, lagi-lagi merasa udara meninggalkannya. Tubuhnya membungkuk rapuh di hadapan Beatricia. "Openos membunuh ayah ku saat itu juga. Mengetahui Openos dapat melakukan apapun, ibu ku bersedia. Dia mencari Para Legenda beberapa bulan, tapi dia juga membuat rencana lain dengan menyiapkan pengaduan pada para Dewan Dalam. Namun terlambat, sebelum ibu sempat mengadukannya, Openos mengetahuinya dari Nubian, dia hendak membunuh ibu ku, tapi aku di sana saat itu. Aku menghalaunya, bersujut di hadapan Openos dan ku bersumpah akan menemukan Para Legenda dan membawanya kepadanya. Lalu dia membuat ku jatuh koma, dia memisahkan tubuh ku dengan jiwa ku."
Joan berhenti berbicara, dia melirik Beatricia yang tanpa dia sadari telah menatapnya dengan pandangan kosong, dapat dia lihat kalau tatapan itu masih menuntut penjelasan.
"Openos berencana memisahkan kedua legenda. Dia tahu kekuatan penyihir jauh lebih sulit bangkit dari pada kesatria, dia menempatkan mu yang memegang semua kunci kesuksesan pada ku. Karena aku bebas dari pantauan siapapun, dan Nubian yang mengurus kesatria. Openos menemukan Nubian saat peri itu ditugaskan untuk menghadari pertemuan di Kota Kabut, dia mengunjungi sel tahanan atas tugasnya. Dan dia bertemu Openos saat itu, Openos dengan mudah mengetahui keinginan terbesar Nubian."
"apa yang kau dapatkan jika kau gagal?"
Perkataan Beatricia membuat Joan tersentak, bukan isi dari perkatannya. Namun tatapan dan suara itu berbeda dari sebelumnya, Joan meneguk ludah tanpa sadar. Dia merasakan jiwanya bergetar saat menatap iris berkilau keemasan itu.
"aku tidak akan bisa bertemu dengan ibu ku, dan dia pastinya akan di bunuh." Joan menghela nafas panjang, dia mengulurkan tangan untuk meraih lengan Beatricia, namun sekali lagi dia melihat tangannya menembus. "aku tidak bisa biarkan itu terjadi, Beatricia. Apapun yang aku korbankan, sungguh! Aku menyesali semua ini, aku tahu semuanya akan berakhir buruk dan aku tidak peduli. Tapi itu karena aku tidak memilki cara apapun lagi. Aku memiliki kekuatan sihir, tapi tidak besar. Aku hanya darah campura! Hanya dengan mengikuti perkataan Openos, hanya itu yang bisa ku lakukan."
KAMU SEDANG MEMBACA
CURSE OF THE BLACK HEART (END-REVISI)
ParanormalBeatricia Deven hanyalah segelintir dari banyaknya anak 17 tahun dimuka Bumi, dan dari sejumlah remaja yang kesulitan menghadapi masa-masa muda di hidupnya. Karena memiliki tubuh yang gemuk dan penampilan yang buruk, dia kerap mendapatkan kekerasan...