Peri itu dapat menghindari serangan dengan mudah. Dia menyibakkan kedua tangannya, sesuatu mengepul dari jalanan dan melesat cepat berubah ujut menjadi para anjing.
Sesuatu menghangatkan dan sekaligus menggerakkan hatinya. Tongkat itu bercahaya seolah menjawab kemarahan yang memenuhi hati kecilnya. Mulutnya tak mengucapkan mantra, namun sihir terus melesat dari ujung tongkatnya. Melemparkan para anjing, para burung yang datang kemudian, mahluk berkaki banyak yang muncul menahan kakinya.
Desisan listirk menyambar udara, menerangi sekitar membuat para anjing berdengkik dan menjuh mendekati tuannya. Peri itu masih berdiri di tempatnya, kali ini dengan sesuatu bercahaya di tangannya, terlilit oleh tali tembaga. Tangan lainnya menggegam sesuatu bercahaya merah.
Sesuatu berwarna merah itu dilemparkan, Beatricia kembali mengulurkan tangannya yang memegang tongkat dan sihir kembali menghalang serangan. Benda merah kecil itu meledak di detik kemudian, mencipratkan cairan merah kental yang berbau amis. Mengotori tanah dan terciprat para baju dan wajahnya.
Beatricia tersentak, seolah kembali pada kenyataan. Cairan kental itu mengeluarkan asap saat menyentuh permukaan, Beatricia segera menggosok wajahnya yang terciprat cairan merah. Dia menggeram, menahan rasa terkabar akibat cairan merah itu. Dia mengibaskan bajunya yang ikut melepuh seperti terkena lahar.
"bagaimana? Sepertinya kali pertama mu menerima sihir peri. Ya, kalian seharunya waspada dengan kaum ku, kami tidak selembek yang kalian pikirkan. Manusia harusnya mengerti itu!"
Kemarahan tercetak jelas diwajahnya, peri itu berseru bersama anjing-anjingnya yang melolong. Dia kembali merogoh jubahnya, mengerluarkan batu berwarna yang berbeda.
"kalian harus merasakan, apa yang kami rasakan ribuan tahun yang lalu. Perang antara penyihir dan manusia berimbas pada kaum kami. Seharusnya kalian menyadari hal itu, kalian sadar! Namun kalian menutup mata dan telinga."
Peri itu merunduk, siap melemparkan batu sihirnya. "dan, dan peri ningrat itu, sial, ratu peri sialan. Dia sangat sombong dan angkuh, para bangsawan yang hina. Mereka malah membuang ku dan mengatakan kalau aku berdosa. Seharusnya mereka berterima kasih pada ku, aku adalah pahlawan disini!"
"sial." Beatricia menulurkan tongkatnya, dia tidak tahu apa yang akan batu itu bawa jika dia meledakkannya seperti sebelumnya.
Namun sebelum batu itu sampai padanya, terpaan angin kencang melemparkannya menuju pemakaman. Dan sesosok berjubah lainnya telah berdiri dihadapan Beatricia beberapa detik kemudian.
Beatricia mundur beberapa langkah, keterkejutannya membuyarkan konsentrasinya. Tubuhnya terhuyung kebelakang, nyaris saja punggungnya mencium aspal, namuan sesuatu bercahaya melesat dari balik jubah sosok dihadapannya dan mendorongnya dari belakang.
Masih dalam keterkejutan Beatricia menangkap cahaya kecil bagaikan kunang-kunang yang sekarang terbang disampingnya.
"pahlawan, kau sebut diri mu yang berkerja sama dengan penyihir hitam itu pahlawan?" Beatricia terkejut mendengar sosok bercahaya disampingnya berdesis marah. "kau lebih pantas disebut iblis daripada peri!"
"cukup, Vilia."
Beatricia mendongak menatap sosok berjubah yang kali ini menarik tudung jubahnya kebalakang. Beatricia hanya melihat surai hijau gelap bagaikan rumput liar yang tubuh di sela-sela pagar rumah.
"Lord Nubian," kata sosok bertelinga runcing dihadapannya, menyembul dari balik surai lumutnya. "sebaiknya kau hentikan perbuatan mu dan menghadap ke Lady Bronya."
"Tanduk Kanan sialan." Peri yang sekarang Beatricia ketahui bernama Nubian itu mendesis, meludah kejalanan. "berhenti menyeruhkan nama ratu hina itu, dia memperdaya semua peri atas perintahnya!"
KAMU SEDANG MEMBACA
CURSE OF THE BLACK HEART (END-REVISI)
ParanormalBeatricia Deven hanyalah segelintir dari banyaknya anak 17 tahun dimuka Bumi, dan dari sejumlah remaja yang kesulitan menghadapi masa-masa muda di hidupnya. Karena memiliki tubuh yang gemuk dan penampilan yang buruk, dia kerap mendapatkan kekerasan...