"datang lah pada ku, putra ku." alunan suara merdu itu dibawah oleh angin mendekat.
Luc mengangkat tubuhnya, sejauh yang dapat Beatricia ingat. Berdiri tegak layaknya kesatria yang datang kepada sang ratu, memandang kearah cahaya yang membuatnya terlihat seperti hendak memasuki pintu surga.
Namun Luc tak kunjung mengambil langkah, Beatricia entah mengapa merasa kesal dengan tidankan peri itu. Dia merasa aneh, sangat ingin memukul kepala hijau gelap Luc karena telah mensia-siakan penggilan sosok yang bahkan tidak Beatricia kenal.
Tanpa di duga Luc menoleh kearah Beatricia, menatapnya lewat iris biru gelapnya yang terlihat berkilau dibalik cahaya terang. Lalu dia kembali menatap ke depan, suaranya terdengar lembut namun tegas.
"my lady, aku membawa apa yang kau minta."
Beatricia cukup terkejut saat Luc menggunakan kata 'kau' alih-alih Yang Mulia atau lady. Dia kira akan ada teguran dari sosok dibalik cahaya itu, namun yang dia dengar pada akhirnya hanya lah deheman panjang dan tawa kecil yang indah seperti kicauan burung.
"kalau begitu, kau juga kemari, putri ku."
Suara itu terdengar memanggilnya, atau memang demikian. Beatricia mengambil langkah masuk ke dalam cahaya terang, entah mengapa dia tidak perlu menyipitkan mata untuk menyesuaikan dengan cahaya yang begitu terang. Cahaya yang memenuhi ruangan itu malah terlihat lembut dan tenang.
Beatricia berdiri dibalik bayangan Luc yang menjulang, walau begitu dia dapat melihat pusat dari cahaya itu muncul. Tentu saja, pikir Beatricia. Tidak ada atap atau sesuatu yang disebut plapon atau sejenisnya yang menutupi langit-langit. Hanya peta-petak kaca dengan akar-akar kecoklatan yang melintang ke segala arah, termasuk dinding terdepan, sedangkan dari pintu masuk dan setikarnya ditutupi oleh batang kayu pohon dan beberapa helai dauh keemasan.
Tubuh sosok itu nyaris tertelan oleh cahaya terang yang memenuhi ruangan, Beatricia heran bagaimana bisa wanita itu berada di ruangan seterang ini tanpa merasa terganggu?
Luc melangkah maju sedekat yang dia bisa, Beatricia memperhatikan bagaimana cara peri itu melangkah, mungkin dia harus mengikuti suatu tradisi dalam berhadapan dengan seorang ratu? Mungkin begitu jika di pikir-pikir, gadis sekolahan sepertinya tidak di didik untuk melenggok anggun menghadap seorang ratu, dan dia membutuhkannya sekarang. Hingga Luc berhenti setelah mengambil beberapa langkah dengan Beatricia yang mengikutinya perlahan dan setenang mungkin dalam langkahnya.
"aku sungguh senang melihat mu kembali." Wanita itu kembali berbicara, lembut dan penuh keibuan dari pada tegas dan berwibawa seperti seorang ratu. "dan aku senang kau kembali dengan Gadis cantik yang ku tunggu-tunggu."
Beatricia merasa jantungnya berdegup kencang dan wajahnya memanas, dia di puji oleh seorang wanita yang memiliki posisi tinggi diantara kaum peri, di hormati dan di junjung tinggi. Menyentuh hati dan merasa sangat terhormat, Beatricia mengalihkan pandangannya menatap lantai berkilau dibawahnya, coklat keemasan, beruntung sedikit lebih gelap sehingga cahaya tidak berpantul.
Selama ketegangan yang lembut itu, Beatricia mencoba untuk menangkap apa saja yang bisa dia lihat. Ruangan itu berbentuk setengah lingkaran, sedikit lebih besar dari yang dia bayangkan. Tentunya dengan atap kaca dan sebagian dinding kaca dengan pilinan akar kecoklatan. Tidak di temukan barang-barang khusus atau dekorasi tambahan, Beatricia hanya melihat sebuah sofa besar berjuntai kain putih yang mengelilinginya, di bagian depan dimana siluet sosok itu berdiri terdapat dua tiang kayu melengkung yang tidak diketahui fungsinya. Selain itu, tidak ada barang apapun. Cukup mengejutkan untuk sebuah ruang milik seorang ratu.
"bagaimana dengan misi kalian, Luc dan Vilia?" tanya wanita itu beberapa saat kemudian, senyumnya terbawa dalam suaranya.
"cukup menyulitkan, my lady. Beberapa kali kami bertemu dengan lord Nubian, namun belum menemukan tempat persembuyiannya. Dan benar, tujuannya adalah mengumpulkan jiwa-jiwa yang akan menopang pembukaan. Kabar mengenai Penyihir Openos benar, dia benar-benar kabur dari tahanan para dewan. Dan penyihir Godwar berserta Sang Kesatria pergi untuk menemukannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
CURSE OF THE BLACK HEART (END-REVISI)
ParanormalBeatricia Deven hanyalah segelintir dari banyaknya anak 17 tahun dimuka Bumi, dan dari sejumlah remaja yang kesulitan menghadapi masa-masa muda di hidupnya. Karena memiliki tubuh yang gemuk dan penampilan yang buruk, dia kerap mendapatkan kekerasan...