"na'dum tia!!"
Cahaya putih melesat cepat dari ujung ranting perak yang terjulur kedepan. Bagaikan bintang jatuh menghujam tubuh sosok mahluk hitam raksasa yang berjarak beberapa meter darinya.
Beatricia menahan nafasnya, dia tidak tahu bagaimana dia bisa melakukan hal itu. Namun dia merasa bersyukur karena dengan itu dia bisa selamat dari kematian.
Asap putih yang mengepul dari sosok itu perlahan memudar, sosok hitam itu masih berada disana dengan geramannya yang membuat tubuh merinding. Dia terlihat mencoba bangkit berdiri, Beatricia tidak dapat melihat luka di tubuhnya, seolah tubuh itu tidak dapat dilukai.
Sekali lagi, Beatricia melirik sekitarnya. Benar-benar kosong, seolah tidak pernah ada keramaian di sekitarnya. Seperti telah terbiasa orang-orang itu segera berlindung saat sesuatu terjadi.
Beatricia kembali menatap kedepan saat mendengar suara geraman. Mahluk itu telah berdiri dengan wajah mengerikan yang nyaris menyatu dengan kegalapan pada tubuhnya.
Saat mahluk itu bergerak maju, lagi-lagi Beatricia merasa sesuatu menggerakkaan tangannya. Teracung ke depan dimana ranting peraknya bersinar, kembali mulutnya mengucapkan kata-kata aneh yang tidak dia mengerti. Tiba-tiba keluar begitu saja dari mulutnya.
Ujung dari ranting nya kembali bercahaya dan meletus bagaikan senapan angin kearah mahluk itu.
Serangan yang dilakukan diterima dengan mudah oleh mahluk tersebut, membuat Beatricia merasa serangannya selalu pecuma. Hanya membuat mahluk itu tersungkur akibat dorongan.
"tidak adakah yang lain?!" Beatricia berdesis dan mulai merasa gusar saat mahluk itu mulai menghindari serangannya.
Beatricia harus ikut bergerak menghadap mahluk itu, jika saja dia melencengkan pandangannya sedetik saja bisa saja mahluk itu sudah menyerangnya.
Beatricia pun mencoba untuk membongkar isi kepalanya, dia memang tidak tahu dari mana asal kata-kata sihir itu muncul. Tapi Beatricia tetap berusaha untuk mengucapkan kata-kata sihir lain, selain hanya melemparkan bola-bola cahaya kearah mahluk itu.
"krat'is bien!!"
Cahaya di ujung tongkat berubah menjadi gelap, segera lenyap setelah beberapa saat mengeluarkan cahaya. Sesuatu muncul dari bawah mahluk itu berdiri, sulur-sulur hitam muncul dan melilit tubuh mahluk itu.
Dia menggeram keras, Beatricia dapat merasakan tanah bergetar saat mahluk itu mencoba untuk membebaskan diri. Beatricia kembali mengacungkan tongkatnya, masih bingung apa yang harus dia lakukan, Beatricia memaksakan kepalanya untuk memikirkan kata sihir lain yang bisa digunakan.
Lebih baik dari pada hanya sulur yang mengikat.
Tiba-tiba cahaya melesat cepat bagaikan cahaya lampu mobil yang bergerak cepat dijalanan, cahaya itu jatuh diatas mahluk hitam itu dan ledakan muncul kemudian. Asap putih mengepul keatas dari arah serangan tersebut.
Beatricia menolehkan kepala kebelakangnya dimana cahaya tadi berasal. Di depan undakan pintu masuk menara, sosok Ethan berdiri dengan sebuah busur ditangan.
Beatricia menatap pemuda itu dengan terpukau, tangan kirinya yang memegang busur teracung ke depan sedangakan tangan kanan tertekuk setelah melepaskan anak panahnya.
Ethan menoleh kearahnya saat dia menurunkan busurnya, wajahnya nampak pucat dan pias tapi pemuda itu memaksakan senyuman dan berlari kearah Beatricia.
"kau baik-baik saja?" tanya Ethan setelah dia berdiri di samping Beatricia.
"ya, terima kasih." Beatricia memandangi wajah Ethan beberapa saat dan melirik busur yang ada di tangannya. "dapat dari mana?"
"oh," Ethan merunduk menatap busurnya. "dari dalam," Ethan mengangguk kearah menara.
KAMU SEDANG MEMBACA
CURSE OF THE BLACK HEART (END-REVISI)
ParanormalBeatricia Deven hanyalah segelintir dari banyaknya anak 17 tahun dimuka Bumi, dan dari sejumlah remaja yang kesulitan menghadapi masa-masa muda di hidupnya. Karena memiliki tubuh yang gemuk dan penampilan yang buruk, dia kerap mendapatkan kekerasan...