16.

1.1K 92 3
                                    

Semoga di pandemi korona ini kita masih diberi kesehatan, staysafe and stay at home guys..

Selamat membaca, semoga terhibur.😍😍

Matahari semakin tenggelam, Kina yang sedang asik mewarnai bersama anak-anak pun dikejutkan karena Satria yang menghampirinya memberitahu bahwa jadwal mengajar sudah selesai. Kina yang mendengar itu mengangguk dan berpamitan kepada teman-teman barunya itu. Di pojok sana Yusuf tengah duduk di sebuah bale dengan memejamkan matanya menikmati suasana sore hari.
Satria menghampiri Yusuf dan berpamitan, “Gue duluan.” Yusuf yang mendengar itu membuka matanya menatap satria kemudian dia bangkit dari tidurnya menoleh ke arah Kina dibelakang sana. Kina yang ditatap hanya bisa memberikan senyum ramahnya yang dibalas oleh Yusuf. “hati-hati” tanpa menjawab Satria dan Kina pun meninggalkan tempat itu.

Diperjalanan kina masih memikirkan keseruan bersama teman-teman barunya tadi. “kenapa?” Tanya satria sat mendapati kina yang melamun dari kaca sepion motornya. Tak ada respon satria mencoba memanggil kina dan kini berhasil, “iya kenapa sat?” kina memajukan kepalanya agar bisa mendengar suara satria, “kamu kenapa bengong gitu?” ulangnya.
“hmm.. masih kepikiran sama keseruan tadi, hmm sat..” satria bedehem “apa aku boleh kesana lagi?” Tanya Kina takut-takut. Satria yang mendengar itu tersenyum. “sat..” panggil Kina karena tidak ada jawaban dari satria, “ya tentu boleh, dengan senang hati kita akan menyambut kamu.”
Deg.
Jantung kina, berdegub hanya karena sambutan baik yang diberikan satria kepada dirinya. Hanya hal sepele yang dilakukan oleh satria sudah membuat perasaan kina tak karuan. “makasih.”
Setelah itu tidak ada obrolan diantara mereka, kina menatap langit yang mulai menggelap sementara Satria fokus menyetir motornya membelah kota Bandung. Hingga motor Satria berhenti di alun-alun Bandung. “kita shalat maghrib dulu. Sekalian nyari makan” kina menurut, dia juga butuh ke toilet saat ini. Setelah memakirkan motor, satria dan kina menuju masjid Raya Bandung untuk melakasanakan shalat magrib.

Setelah melaksanakan kewajiban, Kina dan satria pun keluar dari masjid tersebut, mereka bersantai di halaman masjid yang terlihat indah bahkan ketika malam hari, lampu-lampu jalanan dan kendaraan menghiasi malam mereka, “mau makan apa?” Tanya Satria. Kina menimang apa yang akan dia makan, seharian ini dia belum kemasukan nasi. Kina mengedarkan pandangannya hingga kini dia menatap tempat makan kaki lima yang tak jauh dari tempat mereka, “bubur ayam kayanya enak.” Satria mengangguk.

Mereka pun memesan bubur ayam lima rasa, dan ini terkenal enak di bandung. Setelah memesan mereka pun mencari tempat duduk lesehan dekat taman, satria menselonjorkan kaki panjangnya tangannya diletakkan ke belakang sebagai penyanggah tubuhnya, sementara Kina tak kuasa merasa gejolak aneh di dalam dadanya. Dia tak menyangka bahwa satria mau berteman dengannya.
“langitnya cerah ya.” Ujar satria kepalanya menengadah ke atas menatap keindahan ciptaan Allah SWT. Kina mengangguk setuju dia juga ikut menatap langit malam yang begitu cerah saat ini, seketika beban pikiran dirumah menguap begitu saja, rasanya ingin sekali memberhentikan waktu.

Lamunan mereka berhenti saat pesanan mereka sudah tiba, dua mangkuk bubur ayam dengan teh hangat tawar mengisi perut kosong mereka. “aku suka buburnya, selalu enak.” Ujar satria, entah mengapa saat dekat dengan kina rasanya satria ingin sekali mengexplor wanita dihadapannya itu, dilain sisi Kina mengangguk setuju tanpa menoleh ke satria, kina lebih memilih menghabiskan makananya.

Satria menatap kina yang lahap sekali saat memakan bubur ayam hingga sesuatu mengalir dari sudut mata wanita dihadapannya itu. Kina menangis.
Satria ingin sekali bertanya namun dia urungkan, dia hanya menatap kina yang sedang menyembunyikan kesedihannya, mengapa saat melihat kina dia merasa ada sebuah beban yang ditanggung wanita ini namun sangat sulit untuk menggalinya.

Kina menghapus air matanya, dia tidak ingin satria melihatnya. Dering ponsel terdengar, kina dengan cepat merogoh tasnya mengambil ponselnya. Terpampang nama lestari disana, tanpa menunggu kina langsung menggeser tombol hijau itu ke atas, “iya mah..” kina menatap satria kemudian memalingkan wajahnya saat mendapati satria juga menatap ke arahnya.

Tak mau mengganggu, satria bangkit untuk membayar makanan mereka, sepeninggalan satria kina melanjutkan perbincangannya dengan sang ibu

‘iya mah. Kabar kina baik..’ belum selesai menjawab, disana Rina, adik kina langsung merebut ponsel dari Lestari, membuat suara cempreng sang adik terdengar.
‘mbak kapan pulang?’ kina tersenyum saat melihat wajah sang adik di sana. Saat kepergian satria kina mengubah panggilan suara menjadi via video.
Kina melihat wajah adiknya yang cemberut menggemaskan terpampang jelas memenuhi layar ponselnya. “mbak kan baru kemarin pulang dek, insyaallah liburan mbak pulang.” Kina mencoba memberi pengertian kepada sang adik. Namun Rina malah semakin sedih, wajahnya dia buat menyedihkan, kina hanya bisa tersenyum dia juga sangat merindukan keluarga kecilnya.

Saking asiknya kina sampai tak sadar bahwa kini satria sudah kembali duduk disampingnya memperhatikan interaksi antara kakak dan adik yang dibatasi oleh jarak. Satria tak ingin mengganggu dia membiarkan Kina dengan urusannya, namun tangannya dengan reflek mengambil ponsel dan mengarahkannya pada kina yang sedang memunggunginya, mengambil gambar Kina walau hanya terlihat punggungnya saja.

Satria melihat hasil jepretan yang dia hasilkan, lumayan. Dia menggeser dan mendapati foto kina yang sedang mengajar anak-anak jalanan tadi, disana terlihat dengan jelas raut bahagia pada wajah chuby kina.
“sat..” panggil Kina.

Satria langsung mematikan ponselnya, dia gelagepan mendapati kina memanggilnya, apa kina melihat isi posnselnya?

“iya gimana? Sudah selesai?” Tanya satria mengalihkan pembicaraan.

Kina mengangguk, “kita pulang sekarang ya, sudah makin malam.. besok ada kuiz, aku belum belajar.” Satria mengangguk.

“buburnya?” Tanya kina saat mendapati satria yang berjalan begitu saja.

“udah aku bayar ko.” Kina menatap satria tak enak.

“ko gitu..”

“udah gak papa. Ayo, udah malam nanti malah kemalaman sampe kos.”

Assalamualaikum, Alhamdulillah bisa up lagi.. terimakasih buat teman-teman yang masih setia nungguin ceritaku..

Semoga suka ya

Not perfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang