31

1.1K 63 9
                                    

Alhamdulillah bisa lanjut, setelah maksa Ilham buat bantuin nulis...

Enjoy guys, jgn lupa komennya ya..lov u more

Satria dan Kina tengah duduk memperhatikan nyenyaknya bayi itu tidur. Satria tidur disamping sang bayi memiringkan badannya menghadap Kina dan bayi itu. “Kira-kira kita kasih nama siapa ya?” ucap Kina menatap bayi yang tertidur pulas tersebut. Saat seperti ini Kina jadi ingat sang adik dirumah.

Satria menatap keduanya kemudian mengucapkan satu nama yang menurutnya pas untuk bayi dihadapannya. “Abbiyya fatih yang Artinya pemimpin yang berani.” Ucap Satria, dengan senyum yang tentunya membuat Kina selalu luluh dan terpana.

“Gimana?” Kina hanya mengangguk, ini lah yang membuatnya menyukai sosok Satria, lelaki itu terlihat tenang dengan banyak pemikiran yang ada didalam kepalanya, terkadang Kina bingung untuk menyamakan isi pemikiran satria dengan dirinya, terlalu susuah ditebak.

Satria tersenyum, kemudian dia bangkit karena mendapati Alma yang kembali dengan beberapa keperluan bayi, seperti popok, pakaian, dan juga susu. “Ini mamah taruh sini, pokoknya kalian harus jaga ya.” Ucap Alma, Alma menghampiri kedua anaknya tersebut. “Sudah kalian kasih nama?” Kina dan Satria mengangguk bersama, “Abbiya Fatih.” Seketika suara senyum di wajah Abbi terpancar, apa bayi ini menyukai nama yang diberikan oleh, menakjubkan. “Besok mamah dan papah, mau buat akte buat Abbi, jadi Abbi akan mamah angkat sebagai anak. Papah juga sudah setuju.”

“Sekarang kalian istirahat, Kina nginep sini dulu aja sudah malam soalnya.” Kina menatap arloji yang melekat dipergelangan tangannya, rupanya sudah malam. Kina menganggukkan kepala, dia juga tidak tega kalau Satria harus mengantarnya pulang.

“Iya mah, nanti Kina bisa tidur bareng Abbi aja.” Alma menganggukan kepalanya. Kemudian bangkit karena Mahen yang sudah menunggunya di ruang makan. “Nanti kalau mau mandi, sudah mamah siapkan baju dan handuknya ya. Anggep aja rumah sendiri.” Kina menganggukan kepala mengerti.

Satria yang mendengar bahwa Kina akan menginap senyum senyum tidak jelas, Kina mengernyitkan dahinya heran. “Kamu kenapa?” Satria hanya menggelengkan kepala. “Kalo kita tidur disini bertiga sama Abbi udah kayak keluarga yang bahagia banget ya.” ucap Satria.

Kina sungguh membayangkan itu, apa kelak dia dan Satria akan bisa terus bersama? Sungguh Kina sangat mengharapkan itu, hidup bahagia bersama Satria dan keluarga kecilnya.

“Kamu ini, kita tuh masih Kuliah.”

“Terus kenapa? Banyak loh orang yang kuliah tapi dia juga sudah menikah.” Ucap Satria.

Kina tidak menjawab, dia lebih memilih bangkit. “Kamu mau kemana?”  Kina menoleh menatap Satria, “Aku mau mandi.” Satria menganggukkan kepalanya.

“Kin...” panggil Satria lembut, dan itu membuat Kina kembali berhenti dan menatap Satria yang kini sudah duduk dengan posisi yang benar menatap Kina dengan serius. Kina menatap Satria menunggu kelanjutan yang akan lelaki itu ucapkan.

“Aku serius tentang ingin menikahimu.” Tidak ada jawaban dari Kina membuat Satria bangkit kemudian berjalan kearah Kina, kini mereka sudah berhadapan dan jarak antara mereka hanya seujung kedua kaki mereka. Satria kembali bersuara.

“Aku tau mungkin ini terlihat konyol menurutmu, tapi sungguh… aku bukan tipe cowok yang ingin berlama-lama pacaran, kamu tau aku paling tidak suka status pacaran.
Jadi aku ingin, aku ingin kamu menjadi milikku seutuhnya. Aku akan bicarakan ini dengan mamah dan papah.”Setelah itu Satria meninggalkan Kina yang mematung disana, Kina memegang jantungnya yang berdebar tak karuan, Satria melamarnya?
….
Tengah malam Kina dibangunkan karena tangisan Abbi yang haus, Kina bangun kemudian bangkit untuk membuatkan Abbi susu. Kina ke dapur dan memasak air. Kina tersentak saat Mahen, ayah Satria tengah duduk di meja dapur.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 05, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Not perfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang