13

1.4K 108 7
                                    


Setelah hari itu kina lebih memilih sendiri, Dia semakin tak terlihat di kampus. Bukan karena bolos, tapi dia melakukan semua itu dengan diam, benar-benar seperti mayat hidup. Kina juga tak menemui Danu, lebih tepatnya menghindarinya, satria.. Itu adalah terakhir dia bertemu dengan satria.

Saat di kelas kina akan memilih bangku yang tak semua orang dapat melihat nya, setelah perkuliahan selesai dia akan menyibukkan dirinya dengan bekerja. Kina juga mematikan ponselnya.

Hingga akhirnya dia menyerah, di sana Danu mengejarnya, Danu menarik tangan kina, "Lo kemana aja?" Tanya Danu. Kina hanya terdiam menatap Danu.

Sedangkan Danu memperhatikan wajah kina, kina benar-benar seperti mayat hidup, tidak ada semangat hidup yang di pancarkan. Danu mengajak kina untuk duduk di kursi depan kelas. Kina hanya menundukkan kepalanya, "sekarang Lo cerita." Perlahan kepala kina terangkat menatap Danu.

Air matanya kembali keluar, kina dengan cepat menghapusnya. "Bukan ini yang aku mau nu..aku emang kesel, aku pergi dari rumah untuk membuktikan sama ayah kalo aku itu ga sebodoh yang ayah pikir, kalau aku itu ga serendah yang di tau. Walau aku akui, aku tidak pintar.."

"Shuttt.... tenang." Danu membawa kina kedalam dekapannya, dia memeluk sahabatnya itu mengelus punggung kina dengan sayang. "Lo gak boleh nyalahin diri Lo..ini semua udah jalan tuhan, Lo sendiri yang bilang bukan?" Kina masih terdiam.

"Gue tau, ini berat buat Lo..tapi apa dengan Lo terus menerus sedih kayak gini bisa bikin bokap Lo balik lagi? Enggak kan..dan juga kalo Lo sedih gini yang ada bokap Lo makin sedih disana. Lo mau?" Kina menggelengkan. Danu mengangguk.

"Ok sekarang kita ke kantin dulu.. liat pipi Lo ilang gini? Lo pasti ga makan." Kina kembali menggeleng. Danu menghela nafasnya.

Danu bangkit dan menarik tangan kina untuk ikut. Sepanjang jalan ke kantin kina terlihat lemas, kepalanya terasa berat, dia merasa penglihatannya sedikit menggelap, pendengarannya juga samar-samar, kina terdiam. Danu menoleh, "Lo gak papa kan?" Danu yang melihat wajah kina semakin pucat merangkul sahabat nya.

Kina memegang kepalanya yang semakin sakit, wajah Danu juga perlahan menggelap, kina tak bisa mendengar suara Danu. Hingga akhirnya kina terjatuh, kina pingsan.

Danu yang tidak kuat pun ikut terjatuh, dia menepuk-nepuk pipi kina. "Na..bangun..na, lo denger gue? Na..." Danu panik, kina tak sadarkan diri.

Seseorang langsung membawa kina ke klinik kampus, Danu yang melihat itu bingung. "Satria?" Satria menoleh, "kenapa diem?" Danu langsung bangkit menyusul Satria yang pergi membawa kina.

Semua orang tertuju pada mereka, pandangan penasaran menyelimuti mereka, itu kenapa? Ko bisa di gendong satria?
Wah..modus tuh palingan bohong pingsannya
Ya ampun... beruntung nya..

Semua orang pada membicarakan  hal yang mengejutkan, seorang satria menggendong wanita gendut dan tak terkenal di kampusnya.

Satria dan Danu tak menghiraukan, mereka berjalan dengan cepat membawa kina ke klinik. Sesampainya di klinik, satria langsung berteriak, "sus..." Dia meminta agar kina cepat di tangani.

Seorang suster pun datang, dan menyuruh satria untuk membawa kina masuk kedalam. Satria meletakkan kina di atas kasur, dokter pun memeriksa keadaan kina. Satria tampak cemas, sedari tadi dia memperhatikan kina dari belakang, akhir-akhir ini kina terlihat pucat persis seperti mayat hidup. Namun satria tak bisa mendekati kina, entahlah dia juga tak tau.

Namun saat melihat kina pingsan, dorongan dari mana membuat satria langsung membawa kina bahkan dia menggendong kina. Danu yang berada di samping satria pun menoleh dia melihat satria yang begitu khawatir pada sahabatnya, dia bingung namun kemudian tersenyum. 'sepertinya kebahagiaan akan datang padamu.' ucap Danu dalam hati.

"Thanks." Kali ini Danu mengucapkan nya pada satria, dia tersenyum tulus pada satria. Danu bukan tak tau satria, dia kenal dekat dengan satria, mereka adalah teman satu tongkrongan walau tak sedekat dia dengan kina namun dia tau isi hati satria karena sesama lelaki.

Satria mengangguk. Setelah itu tak ada pembicaraan di antara mereka, dokter menatap kedua lelaki di hadapannya. "Saya calon suaminya dok." Ucap satria yang membuat Danu terkejut membulatkan matanya tak percaya dengan apa yang dia dengar barusan.

Dokter mengangguk, "bisa ikut saya."

Satria mengangguk dan menyusul dokter, sementara Danu menunggu kina.

....

"Dia kelelahan, dan banyak pikiran, maag nya kambuh dan itu tidak baik tekanan darahnya juga rendah sekali. Emm..apa dia ada riwayat penyakit maag?" Satria yang di tanya seperti itu bingung, dia tak tau apa kina memiliki riwayat penyakit seperti itu?

"Sejauh ini dia tidak mengeluh sakit dok..tapi memang beberapa hari sedang ada masalah, mungkin itu yang buat pacar saya gak nafsu makan." Dokter mengangguk mengerti dia tersenyum dengan masalah anak muda.

"Jaga pacar kamu baik-baik, jangan sampai dia stress. Makan yang teratur." Satria mengangguk.

"Terimakasih dok."

"Sama-sama.. ini resep obatnya." Satria pun menerimanya.

....

Di lain tempat kina perlahan membuka matanya, dia melihat sekitar dimana dia? Danu duduk sambil memainkan ponselya. "Nu.." panggil kina.

Danu seketika langsung menatap kina, "Lo sadar?" Danu menghela nafas. "Syukurlah..Lo tau, gue panik pas Lo pingsan tadi."

"Aku pingsan?" Danu mengangguk.

"Untuk ada satria, dia yang gendong kamu ke sini." Kina mengernyitkan dahinya.

"Satria?" Danu mengangguk lagi.

"Iya..Lo tau semua orang pada liatin Lo pas lu di gendong sama dia.."

Suara pintu membuat mereka menoleh, disana satria masuk membawa obat yang telah dia tebus di apotik. Satria tersenyum dan menghampiri kina disana. "syukurlah kamu udah sadar." Kina kikuk. Dia bingung harus bagaimana.

"Makasih ya " ucap kina, pipinya sudah memerah saat ini. Satria mengangguk dengan senyum yang paling manis yang kina lihat selama ini. Satria menaruh obat itu. "Ini obatnya diminum.. jangan telat makan lagi." Satria menepuk pundak Danu. "Gue tinggal dulu. Nu..Gue titip kina." Danu mengangguk mantap satria kemudian menatap kina sambil tersenyum jail.

Sepeninggalan satria Danu tak hentinya meledek kina, dan itu berhasil membuat rona merah di pipi kina tampak.
"Kamu tau..tadi dia bilang kalau dia tuh calon suami kamu loh..." Ledek Danu.

"Serius?" Tanya kina penasaran wajahnya semakin merah pasi, hawa panas menghinggapi wajah.

"Cieee..."

"Danu...."

"Iya zeyenggg."

Gimana suka ga??

Not perfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang