Sebelumnya aku mau minta maaf, ga sesuai ekspektasi kalian, aku udh mulai masuk kuliah, dan jadwal benar-benar padat, dari pagi sampai sore aku di kampus.
Semoga kalian suka ya
Selamat membaca...Mengetahui itu Alma langsung berbinar, dia menarik Kina untuk masuk kedalam. "Wah.. kebetulan banget, Tante lagi buat kue juga. Gimana kalau kamu bantuin tante?" Ucap Alma, Alma teramat senang. Ini pertama kalinya satria mau membawa seorang wanita pulang ke rumah, biasanya anaknya itu tak akan mau membawa teman wanita ke rumah. Paling Bantar hanya ketemu di cafe, atau tempat dimana asal bukan di rumah.
Satria terbengong melihat mamahnya yang persis seperti anak kecil yang mendapat permen. Satria kembali ke motor nya dan mengambil belanjaan yang dia beli. Satria menyusul kina dan mamahnya di dapur.
Satria tak menyangka, kehadiran kina membuat rumah lebih berwarna. Biasanya mamah nya akan diam, sedangkan kini rawut bahagia tampak sangat jelas di wajah sang ibu. Satria menaruh belanjaan di meja dapur, kemudian dia pergi menuju kamar. Kina sempat melihat satria yang masuk ke kamarnya. Kina penasaran dengan isi kamar satria.
"Na.." panggil Alma, saat kina terus saja memperhatikan kamar satria. "Eh..iya tan?" Alma tersenyum, "gak usah dilihat in terus, satria gak kemana-mana." Godanya.
Alma sedang memasukkan dua butir kuning telur dan mengocoknya, "Tante boleh minta tolong masukin terigu itu?" Kina mengangguk, Alma memelankan kecepatan mixser sedangkan kina memasukan tepung terigu pada kocokan telur.
"Udah berapa lama kenal satria?"
Kina tak langsung menjawab, wanita itu menimbang apa yang akan dia jawab. "Emm.. semenjak satria pesen coklat panas di cafe aku kerja Tan."
"Kamu kerja?" Kina mengangguk.
"Dimana?" Tanya satria yang kini berada tepat di belakang kina, kina menoleh dan mendapati satria yang tersenyum padanya.
Tampan.
Satria hanya mengenakan kaos rumahan dan juga celana pendek, membuat postur tubuh atletisnya terlihat jelas. Kina dengan cepat langsung memutuskan pandangannya, dia kembali fokus membuat kue.
Satria mendekat, kepalanya dia majukan di sela Alma dan juga kina, mengintip apa yang sedang di buat. "Cafe mentari." Satria terkejut, "sungguh?" Kina menganggukan kepalanya.
"Aku mau bantu." Satria menyempit pada kina dan juga Alma, Alma memukul satria, "mamah sensi banget sih..aku di pukul terus."
"Ya lagian kamu bikin kesel mamah terus."
Satria tak menyahut, dia mengambil tepung itu dan memepernya pada Alma, satria berlari dan Alma pun mengejarnya, persis seperti anak kecil.Kina hanya memperhatikan anak dan ibu, mereka tertawa bersama saling melindungi satu sama lain, air mata kina menetes. Saat seperti ini dia sangat iri pada satria yang memiliki keluarga harmonis, tidak seperti keluarga nya yang hanya ada kegelapan, kebencian, bahkan dendam.
Kina memegang dadanya yang terasa amat sakit, dia mengingat dimana selalu ada aja yang diributkan dalam satu hari. Hanya hal sepele, itu menurutnya namun tidak untuk sang ayah. Dia di tuntut sempurna, sedangkan dia hanya manusia biasa.
"Dasar anak tak tahu terimakasih. kamu tuh emang gak pernah bisa buat orang tua seneng, otakmu dimana hah, percuma kamu sekolah, untuk apa? Kalau bodoh ya selamanya akan bodoh, Kamu pergi pun lebih baik." Semua perkataan itu terus saja berputar dalam otak kina, hati Risa sakit, sungguh.
Kina hanya bisa diam, dan menangis, bahkan menatap mata sang ayah saja sangat membuatnya takut. Kina selalu bertanya dalam dirinya, ada apa? Kenapa? Semua yang dia lakukan lenyap begitu saja. Ayahnya hanya melihat hal buruk dalam dirinya.
Ada rasa takut setiap kina melakukan sesuatu dirumah. Apa ayahnya membencinya? Itu lah yang kina lihat Dimata sang ayah, tatapan ayahnya selalu berbeda saat menatap kina dan juga Rina sang adik.
Tatapan sahabat ke Rina seketika lenyap begitu saja saat menatap kina, kina hanya bisa diam, teman? Dia tak butuh teman, yang dia butuhkan hanya ayahnya yang mempu menerima kekurangannya. Itu saja.
Kina ingin sekali mengatakan pada sang ayah, bahwa dia juga tak ingin menjadi bodoh, dia tak ingin membuat kekacauan di rumah, dia tak ingin membuat ayahnya marah. Tapi ayahnya memang tak benar-benar menyayangi nya. Itulah yang membuat kina kini keluar dari rumah nya. Dia ingin membuktikan pada sang ayah bahwa dia tidak seburuk itu, bahwa dia tidak bodoh,
Satria menepuk pundak kina. Kina tersadar dari lamunannya, "kamu nangis?" Kina dengan cepat menghapusnya, "emm..Tante maaf kayaknya hari ini aku ga bisa bantuin tante buat kue, mungkin besok. Ada yang harus aku urus. Permisi Tante, satria." Kina berpamitan.
Satria menahan kina, "Aru u okay?" Kina hanya mengangguk.
"Ku antar?" Kina tersenyum dia mencoba menahan rasa sakit di hatinya.
"Tak usah, ada yang mau aku beli."
"Really?"
"Sure.." satria mengangguk, dia membiarkan kina pergi.
Jangan lupa like dan komen kalian..biar aku makin rajin buat up
![](https://img.wattpad.com/cover/214071153-288-k540519.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Not perfect
Teen Fictionsequel the fat dreams. "apa jika aku cantik aku bisa berada di dekatnya?" wanita itu memandang lelaki yang tengah duduk tenang di taman kampus sambil membaca sebuah buku.