20

1.4K 95 18
                                    

Hai semua..

Satria masih disana menunggu kina selesai kerja, ada yang ingin dia bicarakan pada wanita itu. Detik demi detik berlalu, ini sudah cangkir kedua yang dia pesan namun dia tidak bosan menunggu.
Ayu yang sedari tadi memperhatikan pun menghampiri kina, “kin..engga coba kamu temui dulu? Mungkin ada yang mau dia bilang ke kamu” ayu menatap jam yang ada di tangannya sudah menunjukkan pukul Sembilan malam, yang artinya sebentar lagi café akan segera tutup. Mata kina pun menatap satria yang masih setia duduk di ujung sana sambil membaca buku.
Dia tau satria adalah tipe orang yang akan lupa segalanya jika sudah ditemani dengan buku dan juga coklat panas, namun dia juga heran mengapa satria tidak pulang, karena ini sudah jam bersih-bersihnya.
Kina menghela nafas, dia menyimpan alat perkakas dan menghampiri satria. Hatinya berdebar, kakinya berat sekali hanya untuk melangkah mendekat, dia menarik nafas kemudian membuangnya dengan perlahan.
Kina berhenti tepat dihadapan satria, “emm.. sat.” ucap kina, satria mengangkat kepalanya dan mendapati kina yang berdiri dihadapannya dengan menautkan kedua tangannya di depan. Satria tersenyum dan itu berhasil membuat debaran jantung kina berdebar tak karuan, kina mencoba menahan kegugupannya.
“sudah pulang?” Tanya satria, kina menggeleng. Kenapa satria bertanya, apa satria menunggunya pulang. Satria menatap sekitar yang sudah sepi, “tapi ini sudah malam, kamu tidak pulang?” Tanya satria bingung.
“bukan gitu, emm..” kina benar-benar bingung mau bilang apa, dia takut ke ge’eran kalau bertanya apa satria menunggunya.
“lalu..” satria menatap kina lekat, dan itu semakin membuat kina tak nyaman, debaran jantungnya semakin tak karuan, dan dia membenci perasaan ini.
“apa..” satria mengangkat alisnya menunggu kalimat selanjutnya yang akan kina katakan, “…kamu menungguku?” satria tersenyum dan mengangguk dengan imutnya.

Astaga jantung kina rasanya akan copot saat ini juga. Melihat senyum satria dan kenyataan bahwa satria menunggunya membuatnya tak kuasa bahagia, dia merasa ribuan kupu-kupu terbang didalam perutnya menggelitik disana, apa seperti ini rasanya, rasa saat ada seseorang yang menunggumu ditambah dia adalah orang yang kamu sayang. Kina masih terdiam, dia bingung harus mengatakan apa. “yasudah di lanjutkan, aku tunggu.” Kina hanya mampu mengangguk dan meinggalkan satria.

Kina kembali sambil memegang dadanya. Dia masih merasa ini semua hanya mimpi, ayu menghampirinya. “gimana?” kina hanya menggeleng-gelengkan kepalanya sambil senyum tak jelas, ayu menatap temanya bingung, “dasar yang lagi poling in lop..” dia berlalu meninggalkan ayu yang bingung, kina langsung mengambil kembali perkakasnya dan membersihkan café dan menutupnya. Tidak butuh waktu lama untuk kina melakukannya.

Satria sudah di luar menunggu kina, satria duduk di atas motornya, sesekali dia menatap pintu café menunggu kina keluar. Tak berapa lama sosok yang ditunggu pun keluar dengan cepat satria  melambaikan tangan saat mendapati kina yang keluar dari café. Kina menghampiri satria.
“ada apa?” bukannya menjawab, satria malah memberikan helm kepada kina, kina menatap helm itu bingung, “ini udah malem loh, kita ngobrol di tempat lain.” ucap satria tangannya masih menyodorkan kina helm.
“kenapa engga disini aja?” satria menatap kina. Kemudian mengangguk dia menaruh kembali helmnya di atas tangki bensin motornya, “kamu udah dapet undangan yang aku kasih ke danu buat kamu?” kina mengangguk.
“kamu datang kan?” kina terdiam, menatap wajah satria yang memperlihatkan wajah memohon padanya dan itu malah terlihat imut dimatanya, “insyaallah.” Hanya itu yang mampu kina katakan, dia tak tau harus bilang apa, dia tidak ingin membuat janji untuk menghadiri sebuah pesta, walaupun hati kecilnya mengatakan ingin sekali datang.
Satria mengangguk lagi, setidaknya dia sudah mendengar langsung dari wanita dihadapannya, satria kembali menyodorkan helmnya. “pake” ucap satria, lagi-lagi kina hanya diam, bingung. Dengan cepat satria menarik tangan kina agar wanita itu lebih dekat dengannya kemudian satria pun memasangkan helm itu pada kina.

Kina kaget tentu saja, satria sampai repot-repot memasangkannya helm. “ayo naik, aku antar kamu.. udah malem” kina menurut dan naik kemotor satria. Satria menoleh saat kina sudah naik ke atas motornya, “aku kira aku harus gendong kamu buat naik kemotor.” Ujar satria.
Satria menyalakan mesin motornya.“pegangan.” Ujarnya.
Tak membutuhkan waktu lama, mereka sudah sampai di depan kost. Satria memberhentikan motornya dan kina pun turun dari sana, kina menyerahkan helm pada satria. “akhirnya sampe juga.” Ucap seseorang dari belakang, dan itu berhasil membuat mereka menoleh ke sumber suara, disana danu dengan muka bantalnya karena menunggu kina menghampiri dua manusia yang baru saja datang.
“mana kunci kos kamu?” ucap danu, menjulurkan tangannya meminta kunci, kina dengan cepat memberikan, sementara satria bingung menatap danu, apa danu menginap di kos kina, satria menatap kina sementara kina yang merasa di pandang menoleh seperti tahu maksud tatapan satria kina mengangguk, “besok dia ada acara kampus jadi gak boleh telat.”
Sementara danu tak peduli dengan dua sejoli itu, setelah mendapat kunci danu segera masuk ke dalam kost. “lalu kamu?”
“aku tidur di kasur sedangkan dia di kasur lipat yang sengaja dia taruh disana. Pintu kost akan terbuka, saat danu disana.” Mengapa kina susah payah untuk menjelaskan itu pada satria.
Satria mengangguk, kemudian dia pamit pulang pada kina. “hati-hati, aku tau kalian memang dekat, tapi.. danu juga laki-laki, kita tidak tau isi otak laki-laki seperti apa.” Ucap satria sedikit khawatir. Kina mengangguk mengerti.

….

Setelah kepergian satria, kina langsung melangkahkan masuk ke dalam, dia menatap kesal pada danu yang tertidur di atas kasur lipatnya. Dengan santainya meminta kepadanya kunci kamar kos. Namun karena tubuh kina juga sudah lelah, dia tidak akan mempermasalahkannya, dia berjalan menuju kasurnya merebahkan tubuhnya begitu saja dengan sepatu yang masih melekat pada kakinya.
….

Berbeda dengan kina yang sudah terlelap bersama mimpinya, satria malah masih terjaga, pikirannya tak karuan saat mengetahui bahwa danu menginap di kos kina. Satria kini sudah mirip seperti setrikaan yang hanya mondar-mandir tidak jelas. Pikirannya terus saja memikirkan danu yang dengan tenangnya meminta kunci kos.
Satria mengambil ponselnya, dia ingin sekali menghubungi kina menanyakan apakah danu berbuat macam-macam pada wanita itu, namun yang dapat dia lakukan hanya menatap nomor whatsaap gadis itu.
Satria yang semakin tidak tenang akhirnya menuju kamar mandi dan mengambil air wudhu, dia akhirnya bersujud meminta diberikan ketenangan hatinya. Tak lama hatinya mulai membaik, dia memutuskan untuk menjemput kina besok.
Setelah merapikan alat shalat, satria mengmabil ponselnya dan mengirim pesan pada kina bahwa besok dia akan menjemputnya, namun pesan tersebut hanya ceklis satu, “mungkin udah tidur.” Pikir satria.

Pagi ini kina dikejutkan dengan danu yang membangunkannya secra brutal, menggoyang-goyangkan tubuhnya membuat tidurnya terusik, “kenapa nu..” ujar kina malas, kemudian wanita itu bangkit dari tidurnya dengan muka bantal yang masih terlihat jelas disana, kina menutup mulutnya yang menguap.
“gue laper, buatin sarapan.” Ujar danu tanpa bersalah. Kina hanya berdehem kemudia bangkit dari duduknya menuju kamar mandi, hari ini dia tidak sedang shalat karena sedang kedatangan tamu bulanannya.
Danu yang melihat itu mengikuti kina dari belakang, setelah mencuci muka. Kina pun memasak nasi goring, dia mengambil nasi di mejikom kecilnya dan telur. Dengan cekatan tangannya menghaluskan bumbu dan menumis bumbu tersebut, aroma harum masakan pun memenuhi kamar kos kina.
Ketukan pintu terdengar, “nu coba kamu lihat siapa itu.” Danu yang malas pun meminta kina saja yang melihatnya, perutnya sudah berbunyi sedari tadi meminta diisi, kina memutar matanya, kesal. “yaudah ini kamu aduk dulu, biar tanak, aku lihat dulu siapa.” Kina melangkah meninggalkan danu yang tersenyum menang.
Kina terejut mendapati satria yang berdiri di ambang pintu kost nya. Satria tersenyum, “kamu engga lihat pesanku?” Tanya satria saat mendapati kebingungan pada kina, kina menggeleng. “batre ku lobet, jadi aku cas, dan belum lihat lagi.”
“kin.. udah mateng nih..” teriak danu dari dalam. Satria memperhatikan itu, “ada danu?” tak lama, danu keluar mengajak kina untuk sarapan, “eh sat.. ada apa pagi-pagi kesini?” ujar danu, satria menatap keduanya bergantian.
“engga papa” ujar satria kikuk.
“yaudah sini sarapan, lu harus cobain nasi goring buatan kina.” Ucap danu, satria menatap kina yang hanya diam. Tidak meu menunggu, danu menaruh nasi goring itu di lantai dan mengajak satria untuk masuk.





Permisi numpang lewat..

Not perfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang