Pagi semua.. selamat membaca
Pagi ini Danu sudah sibuk membangunkan kina yang masih tertidur dengan pulas nya. Menggedor-gedor sampai menelpon ponsel kina, tapi emang dasarnya kina Sulit sekali bangun pagi. Kina benar-benar tak terusik dengan suara bising apapun, ditambah kali ini dia sedang kedatangan tamu membuat tubuhnya semakin tak karuan.
"Jangan-jangan ni bocah mati di dalem." Danu tak kehabisan akal, dia pergi dari sana menuju rumah ibu kost. Dia meminta izin untuk dipinjamkan kunci duplikat kamar kina. Setelah itu Danu kembali dan membukanya, dia memutar matanya saat melihat kina yang tertidur bagai kudanil yang sedang berjemur.
Danu melihat setiap sudut kamar kina, disana tersusun dengan rapi foto satria yang di ambil gadis itu. "Wah.. bener-bener sayko nih bocah." Danu langsung menggoyangkan tubuh kina brutal. "Woy bangun..." Teriaknya tepat di kuping kina dengan tangan yang terus mengguncang tubuh gempal sahabatnya itu, tapi kina malah memutar tubuhnya memunggungi Danu dan memeluk guling disebelahnya. "Kebo banget nih anak."
Danu pergi menuju kamar mandi dia mengambil air dengan gayung lalu menyipratkan tepat di wajah kina, tapi yang terjadi kina malah mengelapnya dan kembali tidur. "Emak Lo ngidam apaan dah punya anak kebo banget."
Danu berfikir harus pake cara apalagi biar dia bisa membangunkan kina, segala cara sudah dia lakukan. Tiba-tiba lampu di atas kepala Danu menyala.
Cling..
"Kin..bangun ada satria di depan." Seketika mata kina langsung terbuka sempurna, dia langsung terduduk partuh, bagai anjing yang sudah terlatih. Danu yang melihat itu menggelengkan kepala, "giliran denger nama satria langsung sadar Lo.." Danu melempar handuk pada kina.
"Cepet mandi. Kita gak punya waktu banyak." Kina menatap Danu dengan muka bantalnya. "Mau kemana sih? Masih pagi nu..ini hari Minggu juga." Kina baru saja akan merebahkan tubuhnya kalau saja Danu tak menahannya. "eh..eh.. gada tidur tidur kebo, cepet bangun. Kita bakal nengok bokap Lo."
Kina menghela nafas, "hmm..iya." ucapnya malas, dia menyibak selimutnya dan turun dari ranjang. Danu yang tak sabar langsung menarik kina dan mendorong nya masuk ke dalam kamar mandi.
Danu menepuk tangannya seperti telah menyelesaikan pekerjaan yang kotor saat dia berhasil menyuruh kina untuk masuk ke kamar mandi.lelaki itu pun berjalan dengan malasnya sambil menguap menuju kasur kina. Dia merebahkan tubuhnya di sana, mencari posisi ternyaman lalu terlelap.
...
Kina kini sudah segar, dia pun ke luar dengan menggunakan baju handuknya, dia memutar matanya saat mendapati Danu yang tertidur pulas di atas kasur. "dia nyuruh aku bangun dan mandi, sedang dia malah tidur?" Kina tak kaget dengan tingkah sahabatnya ini. Apa boleh dibuat, nasi sudah menjadi bubur. Dia sudah dekat dengan Danu, bahkan Danu sudah dia anggap sebagai sodaranya.
Melihat Danu yang masih tidur, kina mencari baju dan membawanya kembali ke dalam kamar mandi, setelah itu dia berias sedikit agar wajahnya tidak terlalu pucat.
Kina yang sudah rapih pun membangunkan Danu. "nu..ayok, kamu kesini tuh mau tidur apa nemenin aku ketemu ayah?" Danu yang mendengar itu membuka matanya, "hmm..harumnya, na.. aku selalu suka wangi parfum mu." Ucapnya sambil tersenyum tulus.
"Udah ayo." Kina menarik Danu agar bangun.
....
Setelah menempuh perjalanan menggunakan kereta kini mereka sudah sampai di stasiun. Kina melihat sekitar mencari angkutan umum yang menuju arah rumah nya.
Di ujung sana seorang kenek angkutan umum berteriak nama daerah angkutan itu, "Depok..Depok.." ujarnya. Kina dan Danu pun melangkahkan kakinya menuju angkutan itu.
...
Perjalanan dari stasiun menuju rumahnya tak terlalu jauh, sekitar lima belas menit kalau menggunakan angkutan umum. Namun akan lebih cepat bila menggunakan sepeda motor, sepanjang perjalanan kina tak hentinya menatap kampung halamannya yang sudah mulai berubah menjadi kota, banyak bangunan baru yang terpampang jelas.
"Kiri bang.." ucap kina memberhentikan angkutan umum itu. Kina dan Danu turun dan membayar ongkos kepada supir angkot.
"Semalam aku hubungi ibu, kata ibu ayah udah di rumah." Danu hanya mengangguk dan melangkah masuk, kina menahan Danu, tangannya menggenggam tangan Danu. Danu menoleh, "kamu yakin?" Tanya kina yang sedikit ragu, namun terlihat jelas bahwa kina takut. Dia takut bertemu sang ayah yang tidak akan menerimanya.
Danu meraih tangan kina yang menggenggam nya. "percaya padaku." Ucap Danu meyakinkan. Kina masih terdiam tubuhnya sulit sekali sekedar hanya untuk digerakkan. Danu mengusap tangan kina, menguatkan gadis itu. Akhirnya kina pun menguatkan dirinya.
"Kak kina..." Seorang gadis berusia sepuluh tahun berlari ke arahnya dengan sangat riang, dia memeluk kina erat, kina pun membalas pelukan sang adik. "kakak kapan pulang? Rina kangen kakak." Rina mendongak menatap kina dari bawah. Rina menoleh ke Danu. "eh, ada kak Danu." Rina langsung melepaskan pelukannya pada kina dan beralih ke Danu yang berada di samping kina.
Kina merentangkan ke dua tangannya minta di Gendong, Danu dengan senang hati menggendong bocah kecil ini. "Rina makin cantik." Danu mencubit pipi tembam Rina dengan gemas. Sedangkan Rina memanyunkan bibirnya, yang membuat anak itu semakin menggemaskan.
"Kak Danu bawa apa?" Danu menimbang, seperti berfikir. Kemudian Danu menatap Rina, "rahasia.. nanti di dalam ya." Ucap Danu.
"Ayah sakit." Ucap Rina yang berubah sedih, kina dan Danu pun masuk ke dalam. "Ibu mana dek?" Tanya kina pada sang adik yang masih setiap dalam gendongan Danu.
"Ibu lagi masak ka.." kina menatap ayahnya yang berbaring lemas di atas kasur. Hatinya sakit saat melihat kondisi sang ayah yang terbaring di atas kasur. Kina melangkahkan kakinya mendekat ke Gusti. Sedih, itu lah yang dia rasakan, dia memang bukan anak yang baik. Dia merasa tak pantas untuk berada di dekat ayahnya.
Kina mengingat kata yang di ucapkan sebelum dia memutuskan pergi meninggalkan rumah ini. Saat itu kina benar-benar gelap dia tak tahan berada di rumah. Semua yang dia lakukan selalu salah Dimata sang ayah, terkadang kina bertanya-tanya apakah ayahnya membencinya. Mengapa dia selalu melihat kebencian di mata sang ayah saat menatap dirinya.
Pertengkaran terakhir dengan sang ayah memutuskan dia untuk pergi, kata-kata sang ayah yang membuat hatinya sakit. Menurut kina sudah melewati batas. Hanya sekedar mengingat saja sudah membuatnya menangis.
Kina meraih tangan sang ayah yang diam disana, air mata kina terjatuh saat dia tak mampu untuk meraih dan menggenggam tangan yang kini sedikit mengerut akibat usia.
"Ayah..kina datang, kina..minta maaf sama ayah." Dia hanya dapat mengucapkan itu semua di dalam hatinya. Kina tak tahan, dia bangkit dan meninggalkan sang ayah.
Kina keluar dan pergi dari sana, "na.." panggil Danu yang sedang berbincang dengan sang ibu juga Rina yang asik menonton tv.
Bu Lastri menghampiri kina di teras rumah, Bu Lastri duduk di samping anaknya mencoba menenangkan. Kina yang mengetahui keberadaan sang ibu Langsung menghambur dalam pelukan ibunya.
Kina memperdalam kepalanya pada pundak sang ibu, dia menumpahkan semua keluh kesahnya, rasa sakitnya, air matanya terus menangis membasahi pipinya. Mereka diam membiarkan air mata itu mengatakan semuanya.
Semoga suka ya..
![](https://img.wattpad.com/cover/214071153-288-k540519.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Not perfect
Ficțiune adolescențisequel the fat dreams. "apa jika aku cantik aku bisa berada di dekatnya?" wanita itu memandang lelaki yang tengah duduk tenang di taman kampus sambil membaca sebuah buku.