Kina pamit dari sana, dia memilih untuk menenangkan pikirannya. Mencari inspirasi untuk novelnya, editor terus mengiriminya email untuk segera melanjutkan cerita. Hingga mata Kina menemukan kursi kosong dibawah pohon rindang. Dengan cepat Kina pun duduk disana.
Tak butuh lama, Kina segera mengeluarkan ponselnya dan mengetik disana. Kina memperhatikan sekitar, melihat orang-orang yang berlalu lalang dengan wajah yang bahagia, serta beberapa orang yang terlihat tergesa-gesa. Mata Kina terfokus pada seseorang di ujung sana. Lelaki yang tengah duduk terdiam di ujung sana, melihat itu Kina teringat akan kisah percintaannya.
Kisah yang benar-benar seperti dunia dongeng, Upik abu yang mendapat cinta pangeran tampan. Kina tersenyum saat pertama dia memberikan cake ke Satria. Perasaan takut, takut kalau Satria akan menolaknya, namun entah mengapa Kina dengan beraninya mendekati pangeran tampan itu.
Seketika inspirasi itu datang dengan sendirinya, Kina mulai memijat-mijat layar ponselnya dan menghasilkan kata demi kata tercipta disana.
Kalian tau, hal apa yang membuat kita bahagia. Hal sederhana namun begitu bermakna, tidak perlu menggunakan banyak tenaga, tidak perlu berkoar-koar di depan banyak orang. Namun hanya dengan memberikan kesempatan dan menghargai mereka yang berusaha untuk memberanikan berbicara.
Kina tersenyum, dia bukan wanita yang pandai dalam berbicara di depan umum. Namun jemarinya mampu berbicara keseluruh dunia, dengan tulisan ini setidaknya Kina mampu mengutarakan isi hatinya. Apa yang ingin dia tunjukkan untuk semua orang.
Langit mulai menggelap, Kina masih asik memainkan jemarinya di atas benda datar itu. Saking asiknya, Kina tidak menyadari seseorang duduk di sampingnya.
"Indah namun sesaat, begitulah senja." Ucap seseorang disamping Kina.
Kina menoleh dan mendapati senyum tampan dari kekasihnya, Satria. Kina membalas senyum itu. Satria merangkul Kina, magusap bahu Kina dengan sayang.
"Mencari inspirasi?" Kina yang masih terus mengetik hanya memberikan anggukan. Satria pun tak berkata, membiarkan kekasihnya melanjutkan pekerjaannya. Mereka berdua berdiam disana menghabiskan waktunya berdua sambil menunggu adzan Maghrib memanggil.
......
"Sat.." panggil Kina, saat mereka selesai melaksanakan shalat Maghrib berjamaah di masjid kampus. Satria yang sedang mengikat tali sepatu menoleh.
"Terimakasih."
"Untuk?"
"Everything..." Satria tersenyum kemudian mendekati Kina, "seharusnya aku yang terimakasih, karena kamu udah hadir dalam hidupku." Satria menyubit gemasl hidung Kina."Makan yuk..aku laper." Tawar Satria.
" Ke kost aja, kebetulan kemarin aku beli cumi-cumi. Nanti kita masak aja, biar hemat." Ujar Kina menawarkan dan Satria mengangguk, menyetujui."Besok ada praktikum yang harus dikerjakan di luar... Tugas mu sudah?" Kina mengingat ingat, kemudian dia mengagguk.
"Sudah." Satria menyerahkan helm kepada Kina.
Tidak sampai sepuluh menit mereka tiba di kostan Kina. Kina segera turun dan masuk ke dalam kost diikuti Satria di belakang. Satria memperhatikan kamar kost kekasihnya yang ternyata selama ini Kina begitu menyukainya, bahkan foto-foto dirinya tertata rapih disana."Ini kapan kamu ambil?" Ucap Satria saat menatap dirinya yang tengah duduk di taman. Kina yang sedang sibuk di dapur menoleh, "oh, itu pas acara demo besar-besaran. Dan kamu malah memilih untuk duduk manis." Ujar Kina, Satria mencoba mengingat.
Satria terus memperhatikan foto dirinya yang di pajang oleh Kina di kamar kost. Satria bingung apa dia harus bahagia? Mendapati ada seseorang yang begitu mencintai nya. Atau hanya terobsesi? Satria menatap Kina disana, 'Apa kamu benar-benar mencintai ku?' hati kecilnya berucap.Satria mengingat kedekatan kina dengan Yusuf dan Danu. Tapi apa Kina tau bahwa Yusuf menyukainya juga. Satria melihat tatapan Yusuf yang berbeda saat memandang Kina di kantin tadi. Bahkan saat Kina memutuskan untuk pergi, Yusuf masih saja memandang kepergian Kina.
Niat ingin menghampiri mereka di kantin tadi, Satria lebih memilih untuk melihat Kina dari jauh. Dan begitu mengejutkan saat mengetahui bahwa Yusuf memiliki rasa, Satria tidak bodoh, dia lelaki, dia paham bagaimana kalau lelaki sudah memiliki perasaan kepada lawan jenisnya. Satria terus mengeratkan rahangnya menahan amarah.
"Sat.." panggil Kina, dan itu membuyarkan kemarahannya. Satria mendekat dan duduk disana, tersaji dua piring nasi hangat dan juga cumi asam pedas buatan Kina.
Saat sedang makan, ponsel Kina berdering. Satu panggilan masuk ke dalam ponsel nya. Kina yang sedang makan pun terhenti dan mendapati Yusuf menelponnya. Dengan cepat Kina mengangkatnya.
"Iya Suf gimana?" Ucap Kina setelah menelan makanan yang ada didalam mulutnya.
"...."
"Oh, iya... Udah ko, besok tinggal kamu ambil aja."
"...."
"Iya siap.."
"...."
"Waalaikumsalam."Satria hanya memandang keakraban Yusuf dengan Kina, walaupun hanya via telpon. Hatinya tidak bisa dibohongi, Satria cemburu.
"Siapa?"
Kina yang baru saja meletakkan ponsel mendongak, Kina mendapati wajah Satria yang terlihat berbeda. "Yusuf. Tadi mau pinjam jurnal buat besok."
Satria tidak menjawab, Kina bingung, "Kenapa?" Satria hanya menggelengkan kepala dan melanjutkan makannya. Niat ingin bertanya banyak hal harus Satria urungkan, karena perasaannya tiba-tiba sedikit kesal.See u😘😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Not perfect
Teen Fictionsequel the fat dreams. "apa jika aku cantik aku bisa berada di dekatnya?" wanita itu memandang lelaki yang tengah duduk tenang di taman kampus sambil membaca sebuah buku.