24

864 80 8
                                    

“kamu yakin?” Tanya danu. Kina mengangguk sambil mengunyah batagor yang dia masukan kedalam mulutnya.
Danu hanya tersenyum dan mengangguk, “ya mau gimana lagi, itu keputusan kamu.” Kina tak menanggapi lagi dia lebih memilih untuk menghabiskan makanannya dengan menikmati orang-orang yang berlalu lalang.

Setelah selesai menghabiskan batagor, danu pun mengantar kina kembali ke kos. Namun saat di depan kos, mereka mendapati satria yang berada di depan kos. Satria yang sedari tadi menunggu ke pulangan kina bangkit dari motornya dan menghampiri kina.

“kin.. ada yang mau aku omongin ke kamu.” Pinta satria.

Kina menatap Danu, danu mengangguk. “Selesaikan, gue balik dulu ya.” Pamit Danu. Kina agak sedikit ragu namun mengiyakan ajakan satria. Kina pun turun, sementara Danu pun pamit dari sana.

Kina berjalan dan duduk di halaman kosnya. “Ada apa sat?” Tanya kina.

Satria masih terdiam, dia bingung apa dia benar-benar mencintai kina. Satria menatap kina di sebelahnya, mencari-cari apa yang membuat hatinya terus berdebar tak karuan seperti ini. Tak ada jawaban, kina membuka suaranya lagi. “Sat?” kina bangkit.

Namun satria menahan tangan kina. “Aku suka sama kamu.”

Deg.

Kina terdiam, hatinya berdebar. Apa dia tidak salah dengar? Satria menyukainya, kina menatap satria dia tersenyum. “kamu yakin?” satria mengangguk kemudian menggeleng, “Aku juga gak  tahu pasti, yang pasti aku senang dekat kamu, aku nyaman jalan sama kamu, dan aku gak suka lihat kamu bisa deket dengan cowok lain.” Senyum kina semakin melebar, namun entah mengapa tiba-tiba kina merasa tidak pantas bersanding dengan satria. Kina menggeleng, “kamu tidak mencintaiku, kamu hanya nyaman sat.”

Satria terdiam, dia bingung, perasaannya labil saat ini. Kina melepaskan genggaman tangannya pada satria, kina pamit untuk masuk ke dalam. Satria diam membatu saat kina memilih untuk meninggalkannya masuk ke dalam.

Satria memilih meninggalakan kos kina, dia pulang ke rumah dan memikirkan apakah dia benar-benar mencintai kina. Berbeda dengan Satria, Kina merebahkan dirinya memikirkan setiap kata yang terucap.
“Satria menyukainya?” Kina menepuk-nepuk pipinya.
“Ini bukan mimpi.” Kina tersenyum bahagia.
Kina berjalan memutari ruang kos nya. Kina langsung mencari ponselnya dan menghubungi Danu. Dering ketiga Danu mengangkat sambungan telepon Kinan.
“Danu….” Teriaknya. Danu yang kaget pun menjauhkan ponselnya dari telinga. Yusuf yang melihat itu bingung. “Kenapa?” Tanya Yusuf dengan suara yang amat kecil. Satria yang baru saja sampai pun duduk disana.
“Iya kenapa ki?” Tanya Danu, Satria yang mendengar nama Kina disebut oleh Danu terlihat antusias. Danu yang melihat perubahan sikap Satria berinisiatif untuk meloadspeker telponnya sehingga satria dapat mendengarkan percakapan mereka.
“Aku seneng banget…” dari suaranya Kina tampak sekali bahagia, seperti telah memenangkan sebuah pertarungan.
“Tapi seneng kenapa?” Tanya Danu pura-pura tidak tahu.
“Tadi Satria bilang kalau dia suka sama aku, dia juga nyaman sama aku… ini gak mimpi kan nu? Dia beneran bilang gitu kan nu?” Danu yang bingung menatap Satria meminta jawaban, Satria yang mendengar itu entah mengapa merasa bahagia, dia mengulas senyum kemudian mengangguk.
Danu yang melihat Satria menganggukan kepala, “Iya lo gak mimpi ko. Gimana pasti lo bahagia banget kan?” tidak ada jawaban.
“Ki..” panggil Danu.
Kina diujung sana tersadar, mana mungkin Danu mengetahui kalau dia hanya menganggukan kepala, kemudian Kina menjawab pertanyaan Danu. “Iya nu.. tapi aku harus apa? Aku gak mungkin sanggup buat ketemu langsung sama Satria kalau kaya gini.”
“Cie salting..” goda Danu.
“Ih nu.. ko malah di cie-cie in, aku ini tuh bingung banget, soalnya tadi aku bilang ke Satria kalau dia hanya nyaman sama aku.” Danu melirik Satria dan diberi anggukan oleh Satria.

“Ah lu aja yang bego.. dia udah buka gerbang, lu malah balik arah.”

“Terus gimana?”

“Coba sekarang lu chat dia ajalah.”

“Ya masa aku sih nu..”

“Terus siapa? Satria?”

“Hmm.. ya gimana, aku juga bingung mau mulai gimana nu, setelah apa yang aku bilang ke dia.” Danu hanya tersenyum.

“Yaudah lo mending mandi dulu deh. Biar lebih rilek, sapa tau nanti Satria chat lo.” Ledek Danu.

Tanpa menjawab Kina langsung mematikan ponselnya dan bergegas pergi ke kamar mandi. Danu benar badannya yang lelah dan lengket harus segera di bersihkan.

Sepuluh menit dalam kamar mandi, Kina kini sudah terlihat lebih segar dengan rambut yang dia sanggul dengan handuk. Tak lupa baju tidur menghiasi tubuhnya. Kinan merebahkan tubuhnya di kasur dan menatap ponselnya, dia sangat ingin mengirim pesan pada Satria namun dia takut dan bingung harus chat apa, akhirnya Kina membuka sosial medianya dan melihat foto-foto Satria disana.
Kina tersenyum geli, dia merasa ada ribuan kupu-kupu yang terbang saat ini di dalam perutnya dan sungguh itu menggelitik hingga ke hatinya. Saking senangnya Kina memeluk guling dengan amat erat.

Dilain tempat Danu menatap Satria, “Jadi lu udah nyatain perasaan lu ke Kina?” Satria mengangguk membenarkan.
“Gue harap lo gak nyakitin dia. Karena ini pertama buat dia.” Peringat Danu.

“coba sekarang lu chat dia aja, kayaknya dia lagi nunggu lo.” Satria mengambil ponselnya dan mengetikan sesuatu disana.

‘Selamat istirahat.’

Sedetik, dua detik hingga satu menit berlalu namun tidak ada tanggapan, “Engga di bales.”

“Udah tidur kali.” Sambung Yusuf, “Yaudah santai aja, gue lihat Kina orang yang baik ko, cocok lah sama lo.” Satria menatap Yusuf, sedangkan Yusuf hanya fokus pada lukisannya di tangan.

Maaf ya aku baru post, soalnya baru kelar UAS.

Semoga pada suka ya
Ditunggu komentarnya.💞😘

Not perfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang