Kina berlari saat melihat satria di ujung sana, nafasnya tersengal-sengal. Kina meraih tangan satria, "tunggu." Satria berhenti kemudian menoleh, mendapati kina yang kelelahan mengatur nafas di sebelahnya, "sebentar..huh..huh.." kina
Menegakkan tubuhnya. Dia tak menatap satria, bukan karena takut. Tapi hatinya akan berdebar-debar saat menatap wajah satria sehingga dia lebih memilih menundukkan pandangannya.Kina menyerahkan cake cokelat yang dia buat kemaren, "ucapan terimakasih." Satria belum mengambilnya, dia hanya menatap kina, "kamu ngasih kue ke siapa?" Tanya satria, kina langsung mengangkat wajahnya tepat dihadapan satria. Mereka terdiam saling tatap, kina mengedipkan matanya berulang kali.
"Kalau ngomong sama orang itu di tatap wajahnya." Tangan satria menangkup wajah kina sehingga satria bisa melihat wajah Kina. Satria tersenyum saat kina malah memejamkan matanya. "Buka mata kamu kina.." ucap satria lembut.
Kina perlahan membuka matanya, satria masih betah meletakkan tangannya di pipi kina. Kina mencoba membuka matanya perlahan, namun belum sepenuhnya terbuka dia menutupnya kembali dan itu membuat satria terkekeh. "Mau sampai kapan kamu merem gitu?hmm.."
"Kamu lepas dulu tangan kamu." pinta kina.
"Kalo aku gak mau?" Itu berhasil membuat wajah kina semakin merah padam, persis seperti kepiting rebus.
Satria yang melihat itu tak tega dia melepaskan tangannya dan erlahan kina pun membuka matanya, dia dapat melihat wajah satria yang tersenyum padanya.
Satria mengambil cake cokelat yang diberikan kina. Dia menarik tangan kina dan mengajaknya ke suatu tempat, "ikut aku sebentar." Kina yang tak siap hampir saja terjatuh, untung dia masih bisa mengendalikan keseimbangannya.
Satria melangkahkan kakinya lebar-lebar membuat kina yang dibelakang sedikit sulit untuk mengikutinya. "Sat..bisa pelan sedikit." Satria menoleh, mengangkat sebelah alisnya.
"Kamu jalannya cepet banget..aku gak bisa ngimbanginnya." Satria tersenyum, dia mengacak rambut Kina gemas. "Okay." Kini satria berjalan sedikit lebih lambat.
Kina menatap tangannya yang digenggam oleh satria, hatinya menghangat, kina merasa puluhan kupu-kupu terbang di perutnya, menciptakan sensasi geli di tubuhnya.
Mereka berhenti, satria menuntun kina untuk duduk di tempat biasa satria habiskan untuk membaca buku. Di kursi bawah pohon belakang gedung F. Disini sangat sepi, jarang mahasiswa lewat sini, mereka akan menghabiskan waktunya di kantin.
Satria ikut duduk di samping kina. Dia menyandarkan tubuhnya di bangku itu, sementara kina duduk diam mematung, kina menatap satria yang memejamkan mata disebelahnya.
"Gimana keadaan mu?" Tanya satria yang masih memejamkan matanya. Kina tak menjawab, dia masih betah memandang wajah satria yang terlihat tenang.
Tak mendengar jawaban membuat satria membuka matanya, dia menatap kina, kina dengan cepat memutuskan pandangan mereka, kina salah tingkah.
"Udah mendingan."
"Emm.. makasih sudah menggendong ku, pasti berat ya?" Ucap kina, satria mengangguk lucu, ekspresi wajahnya sungguh menggemaskan dengan bibir manyunnya. Satria pura-pura memijat bahunya seperti terasa pegal-pegal.
"Disini rasanya sakit sekali.." ucap satria yang pura-pura kesakitan. Kina yang melihat itu dengan sigap langsung memijit bahu satria. Diperlakukan seperti itu satria pun mengulas senyumnya. Ternyata kina adalah gadis yang baik, juga imut.
Satria merentangkan sebelah tangannya, "sebelah sini juga pegel banget." Kina lagi-lagi dengan cepat langsung memijit bagian yang dibilang satria.
Satria meraih tangan kina membuat kina terhenti. "Kenapa?" Satria menarik Kina agar kembali duduk di sampingnya.
"Aku nyuruh kamu ikut dengan ku bukan buat mijitin Kin.."
"Terus?"
"Aku..mau makan kue ini bareng kamu." Ucap satria, dia membuka kotak bekal yang dibawa kina dan menaruh nya di atas pangkuannya.
Satria mengambil potongan kue itu dan memasukkannya kedalam mulut, mengunyahnya dalam diam, sesekali akan mengeluarkan suara seperti orang yang sedang menikmati makanan yang sangat enak.
Kina yang melihat itu tersenyum senang karena satria menyukai kue buatannya. "Pas..tidak terlalu manis dan juga pait.. tekstur nya juga lembut, apalagi ada kacang almond dan juga kismis di dalam, itu bikin enak banget." Satria kembali memasukkan kue tersebut kedalam mulutnya.
Satria menoleh ke kina dan tersenyum senang hingga matanya pun ikut tersenyum. Satria menelan kue tersebut, kemudian menatap kina. "Kamu dicariin mamah."
"Aku?" Satria menggeleng. "Bukan..pohon dibelakang kamu." Ucap satria sedikit ketua.
"Oh.." jawab kina polos.
Satria menepuk jidatnya. Dia tak menyangka kina sangat polos, tunggu polos apa bodoh. "Ya kamu lah Kin..buat apa mamah nyariin pohon." Kina hanya menyengir kuda.
"Abis ini kamu ada kelas?" Kina menggeleng.
"Aku baru aja selesai. Terus nyari kamu." Satria senyum-senyum tak jelas. "Cie nyariin aku..kangen ya?" Goda satria.
"Engga sat, aku mau ngasih kue." Satria tak menjawab.
"Sat..." Satria berdehem.
"Kenapa kamu mau repot-repot gendong aku ke klinik?" Satria terdiam, dia menatap kina. Dia juga tidak tau mengapa dia menggendong kina membawa gadis itu ke klinik kampus.
Satria masih belum menjawab, dia masih menatap Kina tepat di bola mata hitam pekat milik kina. Satria terpana akan mata indah yang dimiliki kina. Spontan satria menggelengkan kepalanya, "gak tau." Kina mengangguk, sebenarnya dia tak puas dengan jawaban satria. Entahlah dia berharap bahwa satria memilik perasaan lebih kepadanya. Kina tersenyum, dia bangkit.
"Aku pergi dulu ya..udah ditunggu danu." Pamit kina.
Namun satria menahannya, "biar aku antar pulang." Kina terdiam, "udah ayok..aku yang bilang ke Danu." Satria pun menggandeng tangan kina.
Boleh kan minta bintang nya dan comen kalian
Makasih 😘😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Not perfect
Teen Fictionsequel the fat dreams. "apa jika aku cantik aku bisa berada di dekatnya?" wanita itu memandang lelaki yang tengah duduk tenang di taman kampus sambil membaca sebuah buku.